Bola.com, Jakarta - Saat menjadi pembina Persija Jakarta, Sutiyoso alias Bang Yos kerap mengeluarkan keputusan nyeleneh. Sang gubernur DKI Jakarta yang dikenal gila bola dikenal sosok yang tak bisa dibantah saat jadi orang nomor satu di tim ibu kota.
Di satu sisi, Persija merasakan keuntungan saat Bang Yos turun gunung menangani tim yang hampir kolaps karena kesulitan pendanaan di akhir 1990-an. Sejak 1997 jadi pembina Persija, klub satu ini menjelma menjadi klub kaya raya.
Setiap musim Tim Oranye, selalu memboyong pemain-pemain bintang dengan banderol mahal. Disokong pendanaan APBD berlimpah Persija leluasa belanja wah. Gelar juara Liga Indonesia 2001 jadi bukti dukungan penuh Bang Yos sukses membangkitkan nama besar klub.
Namun di sisi lain, terlalu dalamnya intervensi gubernur asal Semarang itu kerap merepotkan tim. Ia dikenal sebagai sosok tangan besi. Ia tidak suka akan kegagalan. Pemain, pelatih, ofisial, harus siap ditendang kapanpun saat Sutiyoso merasa ia gagal.
Cerita menarik terjadi pada Liga Indonesia 2007-2008. Kesal karena kegagalan tim pada musim 2006, ia mencopot manajer tim Dharmawan Eddie dengan IGK Manila.
Uniknya, Dharmawan baru bertugas setengah musim. Purnawirawan Jendral TNI AD tersebut dijadikan manajer menggantikan IGK Manila yang dinilai membuat kondisi tim kacau balau.
Di musim 2006, Persija yang mendatangkan pelatih top, Rahmad Darmawan, gagal mendatangkan pemain-pemain terbaik karena strategi transfer Manila yang tak ciamik.
Manila tetap ada di tim sebagai staf manajemen biasa. Alasan yang dipakai Bang Yos, karena faktor kesehatan. IGK Manila menderita penyakit jantung, ia sudah pasang beberapa ring.
"Tugas Pak Manila terlalu berat. Ia akan dibantu Pak Dharmawan, sembari ia memulihkan kesehatannya," kata Bang Yos saat itu.
Apesnya, kondisi Persija makin parah di tangan Dharmawan Eddie, yang sejatinya tak tahu menahu soal sepak bola. Ia bahkan kerap dijuluki 'Jenderal Payung' karena kebiasaannya membawa payung saat menonton Persija latihan.
Video
Meninggal di Semarang
Memasuki musim baru 2007-2008, Bang Yos kembali meminta IGK Manila turun gunung. Sang purnawirawan punya rekam jejak mentereng saat menjadi chef de mission Timnas Indonesia di SEA Games 1991 yang berujung raihan medali emas.
Manila yang dikenal sebagai sosok energik, langsung bergerak cepat membangun tim. Engkong (sapaan akrabnya) diduetkan dengan Haryanto Badjuri sebagai pengelola Persija menggantikan Firman Hutajulu.
Keputusan nyeleneh dibuat Sutiyoso, yang kebetulan masa baktinya sebagai Gubernur DKI Jakarta berakhir pada Oktober 2007. Ia kembali mencopot IGK Manila dengan alasan yang sama dan menggantikannya dengan H. Susanto.
Sosok satu ini orang lama di klub internal Persija (PS Menteng). Namun beberapa tahun belakangan ia masuk jajaran manajemen Persebaya Surabaya.
Penunjukkan Haji Santo (panggilan akrabnya) memicu resistensi di kalangan The Jakmania. Ia baru saja mendapat pengampunan dari Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, atas kasus Walk Out Persebaya di babak 8 besar Liga indonesia 2005. Saat itu Persebaya menolak bertanding melawan Persija karena suporter mereka Bonek ditolak masuk ke Jakarta. Pernyataan-pernyataannya yang menyudutkan Persija memancing kekesalan banyak The Jakmania.
Manila sempat melontarkan kekesalan dengan pencopotan dirinya. "Bang Yos ini aneh ya. Saya dipensiunkan karena sakit jantung, tapi dia menunjuk manajer baru yang punya penyakit sama. Haji Santo sudah pasang ring lebih banyak dibanding saya," katanya.
Haji Santo santai menanggapi pernyataan Manila. "Ya benar saya memang sakit jantung. Manajer kan enggak perlu nonton pertandingan. Saya cukup ngurusin urusan nonteknis klub. Di Persebaya saya juga begitu kok, dan saya sehat-sehat saja toh," ucap pria yang belakangan diketahui memiliki kedekatan dengan Haryanto Badjuri di organisasi Pemuda Pancasila.
Belakangan Haji Santo sukses mengambil hati The Jakmania dan para pemain. Ia sempat menebar janji Persija bakal juara kompetisi. "Pokoknya tenang saja, saya akan bantu sebisa mungkin supaya Persija juara lagi."
Hanya takdir berkata lain. Belum sempat H. Susanto mempersembahkan gelar juara ia terlebih dahulu dipanggil Sang Kuasa karena serangan jantung. Ia meninggal dunia RS Telogorejo, Semarang, setelah ditemukan tergeletak di kamar hotelnya seusai pertandingan Copa Indonesia antara PSIS Semarang Vs Persija yang berkesudahan 1-1 pada Minggu, 24 Juni 2007.
Baca Juga
3 Penggawa PSBS yang Menonjol dalam Kebangkitan Mereka di BRI Liga 1: Semakin Nyaman Berkreasi
Deretan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia yang Sebaiknya Main di Piala AFF 2024: Ngeri-ngeri Sedap Kalau Gabung
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?