4 Duet Pemain Paling Berbahaya yang Pernah Terjadi di Liga Indonesia

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 14 Apr 2020, 08:30 WIB
Duet ganas Rico Simanjuntak/Marko Simic dan Paulo Sergio/Spasojevic. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Pada sepak bola modern tak banyak klub yang memainkan dua penyerang sekaligus dalam skema 4-4-2. Hal itulah yang membuat sangat sulit menemukan adanya tandem penyerang berbahaya dalam sebuah tim.

Situasi tersebut membuat terjadi perubahan duet pemain sepak bola dalam sebuah tim. Duet pemain berbahaya saat ini biasanya merupakan perpaduan antara seorang pemain sayap dan penyerang.

Advertisement

Maklum di kompetisi sepak bola Indonesia, para pelatih saat ini lebih sering mengandalkan skema 4-3-3. Pada formasi tersebut biasanya di dihuni winger kanan dan kiri yang bertugas membangun serangan sekaligus memanjakan penyerang.

Dalam beberapa kasus, duet antara pemain sayap dan penyerang berhasil membuat tim tampil menakutkan. Para pemain gelandang memiliki kecepatan untuk menusuk lini pertahanan lawan dari sayap, kemudian memberikan umpan-umpan silang yang siap dilahap sang penyerang.

Peran saling melengkapi inilah yang membuat adanya ketergantungan. Jika gelandang sayap andalannya tak dimainkan, si penyerang jadi kesulitan mengembangkan permainan atau mencetak gol.

Sebaliknya, jika si penyerang yang absen maka umpan-umpan matang yang dihasilkan seorang pemain sayap jarang berbuah gol. Ini merupakan situasi nyata yang saat ini terjadi di sepak bola modern, khususnya Indonesia.

Lantas, siapa saja duet pemain berbahaya yang pernah terjadi di Indonesia? Berikut ini duet-duet pemain yang pernah dan masih menakutkan buat lawan yang ada di Liga Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 5 halaman

Peri Sandria - Dejan Gluscevic

Legenda Sepakbola Indonesia yang juga merupakan Top Skor Liga Dunhill 1994/1995, Peri Sandria saat diwawancara Bola.com yang berlangsung Selasa (01/07/2017), bertempat di kediamannya daerah Kebagusan, Jakarta, (Bola.com/Reza Bachtiar)

Bandung Raya pernah menjadi tim yang ditakuti di Indonesia. Puncak kejayaan klub berjulukan Maung Totol Jawa terjadi pada Liga Indonesia era 1995-1996.

Ketika itu, pelatih Henk Wullems asal Belanda dipercaya untuk membentuk tim tangguh yang bisa bersaing. Maklum, semusim sebelumnya Persib Bandung berhasil meraih gelar juara di Indonesia.

Pelatih Henk Wullems kemudian meminjam Dejan Gluscevic dari Pelita Jaya. Kehadiran pemain asal Serbia itu diharapkan bisa menambah ketajaman di lini depan Bandung Raya.

Apalagi ketika itu Bandung Raya sudah memiliki sosok Peri Sandria di lini depan, yang musim sebelumnya menjadi top skorer liga dengan sumbangan 34 gol.

Kecerdikan Henk Wullems langsung terlihat. Dejan Gluscevic berhasil mencetak 30 gol sekaligus menjadi top skorer ketika itu. Adapun Peri Sandria mengemas 21 gol untuk Bandung Raya.

Ketajaman kedua pemain itu berdampak langsung pada Bandung Raya. Pada laga final, Bandung Raya berhasil mengalahkan PSM Makassar sekaligus menyegel gelar liga 1995-1996.

3 dari 5 halaman

Cristian Gonzales - Oscar Aravena

Oscar Aravena dan Cristian Gonzales. (Bola.com/Dody Iryawan)

PSM Makassar pernah menjadi tim yang ditakuti karena memiliki duo pemain tajam di lini depan. Hal itu terjadi pada musim 2003 di mana klub berjulukan Juku Eja itu memiliki Oscar Aravena dan Cristian Gonzales sebagai juru gedor tim.

Kedua pemain tersebut menyumbang 58 gol. Rinciannya adalah Oscar Aravena mencetak 31 gol, sedangkan Gonzales menyumbang 27 gol.

Ketajaman dua nama itu tak bisa dipisahkan dari kejelian pelatih Miroslav Janu. Kedua pemain itu mendapatkan sokongan dari dua pemain sayap lain yang cerdik yakni Irsyad Aras di sisi kanan dan Ronald Fagundez di sayap kiri.

Berkat kecerdikan kedua pemain tersebut melalui umpan-umpan silang, Oscar Aravena dan Gonzales menjelma menjadi pemain yang berbahaya. Pada akhir musim, Oscar Aravena didaulat sebagai top scorer musim 2003 dengan sumbangan 31 gol.

Sayangnya, ketajaman kedua nama tersebut tak mampu membawa PSM juara liga. Klub asal Sulawesi Selatan itu finis di posisi kedua klasemen Liga Indonesia 2003, di belakang Persik Kediri dengan selisih 5 poin.

4 dari 5 halaman

Marko Simic - Riko Simanjuntak

Pemain depan Persija, Marko Simic bersama Riko Simanjuntak merayakan gol ke gawang Tampines Rovers pada penyisihan grup H Piala AFC 2018 di Stadion GBK, Jakarta, Rabu (28/2). Persija unggul 4-1. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Persija Jakarta tak salah dalam mengambil keputusan pada 2018 dengan mendatangkan Riko Simanjuntak serta Marko Simic. Kedua pemain beda posisi itu ternyata mampu saling melengkapi di lini depan.

Pada musim perdana di Persija, kedua nama tersebut tak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi. Riko melalui kelincahannya dan umpan-umpan silang mematikan mampu memanjakan Marko Simic di lini depan.

Ketika itu, Simic berhasil mencetak 18 gol di liga dan mayoritas umpannya berasal dari Riko dengan torehan sembilan assist. Penampilan apik kedua pemain itu berbuah gelar Piala Presiden 2018 dan Liga 1 2018 untuk Persija.

Pada musim 2019, duet Riko-Simic semakin mematikan. Simic berhasil menyumbang 28 gol sekaligus menjadi top skorer liga, sedangkan Riko tercatat menyumbang tujuh assist untuk Persija. Akan tetapi, Persija gagal mempertahankan gelar.

Kedua pemain musim 2020 masih sama-sama memperkuat Persija. Menarik untuk menyaksikan kiprah duet pemain tersebut.

5 dari 5 halaman

Ilija Spasojevic - Paulo Sergio

Selebrasi striker Bali United, Ilija Spasojevic, ke gawang Arema di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar (24/8/2019). (Bola.com/Iwan Setiawan)

Duet Ilija Spasojevi dan Paulo Sergio pertama kali terjadi di Bhayangkara FC. Pelatih Simon McMenemy ketika itu mengusung skema permainan 4-3-3.

Skema tersebut membuat Spasojevic menjadi penyerang tengah yang didukung pergerakan Paulo Sergio di sayap kiri dan Ilham Udin Armayn di sayap kanan.

Spasojevic berhasil menjadi pemain tajam ketika itu dengan sumbangan 13 gol dalam 16 laga yang dimainkannya, sedangkan Paulo Sergio sukses menyumbang delapan assist.

Keduanya berhasil membawa Bhayangkara FC menjadi kampiun Liga 1 2017. Ketika itu, klub berjulukan The Guardians itu finis di puncak klasemen dengan raihan 68 poin.

Kebersamaan kedua pemain tersebut sempat terhenti pada 2018. Paulo Sergio bertahan di Bhayangkara FC, sedangkan Spasojevic hengkang ke Bali United. Namun, pada 2019 keduanya kembali dipertemukan di klub asal Pulau Dewata tersebut.

Spasojevic berhasil mencetak 16 gol dalam 31 pertandingan. Adapun Paulo Sergio sukses menyumbang 10 assist sekaligus mengantarkan Bali United menjadi kampiun Liga 1 2019.