Bola.com, Makassar - Aktraktif, pekerja keras, sekaligus petarung kala tampil di lapangan hijau bersama tim yang dibelanya. Itulah karakter yang kental melekat dalam diri Syamsul Chaeruddin, gelandang bertahan terbaik PSM Makassar di era Liga Indonesia. Berkat aksinya itu, ia pernah menjadi sosok inspirator pesepak bola muda di Tanah Air.
Nama Syamsul Chaeruddin pertama kali mencuat di pentas sepak bola nasional ketika membawa PSM menembus semifinal Liga Indonesia 2002 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.
Langkah PSM memang dihentikan oleh Persita Tangerang pada babak itu. Tapi, lewat penampilannya di partai itu, Syamsul masuk pantauan manajemen Timnas Indonesia U-20 untuk mengikuti turnamen Piala Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam, 16–26 Augustus 2002.
Bersama Syamsul, timnas U-20 tampil gemilang pada turnamen yang diikuti Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, Filipina, Myanmmar, Laos, Kamboja, dan tuan rumah Brunei Darussalam.
Indonesia menyapu bersih tujuh laga yang mereka mainkan dengan kemenangan, termasuk mengalahkan Thailand dengan skor 2-0 pada laga final yang berlangsung di Hassanal Bolkiah National Stadium, Bandar Seri Begawan, 26 Agustus 2002. Sukses dalam ajang ini menjadi pembuka jalan Syamsul berkiprah di tim nasional junior dan senior secara reguler.
Pada level timnas senior, Syamsul melakukan debutnya saat Indonesia bermain imbang tanpa gol dengan Malaysia dalam laga uji coba 12 Maret 2004 silam. Setelah itu nama gelandang kelahiran 9 Februari 1983 di Limbung, Kabupaten Gowa, ini menjadi langganan panggilan timnas di sejumlah ajang, seperti Sea Games, Piala Tiger (AFF), Pra-Olimpiade, Pra-Piala Dunia, dan Piala Asia.
Dalam situs Wikipedia, Syamsul tercatat tampil 34 kali bersama Timnas Indonesia pada laga resmi yang diakui FIFA. Penampilan terbaik Syamsul bersama Timnas Indonesia ketika ia menjadi bagian skuat Merah Putih di Piala Asia 2007.
Meski gagal melangkah ke babak selanjutnya, penampilan Indonesia tetap mendapat apresiasi. Mengalahkan Bahrain 2-1 pada laga perdana, Indonesia hanya kalah tipis dari dua tim langganan Piala Dunia, Arab Saudi (1-2) dan Korea Selatan (0-1).
Pencapaian Syamsul Chaeruddin di Timnas Indonesia terbilang baik. Setelah berjaya di level junior dengan meraih trofi juara di Brunei, Syamsul melengkapinya dengan gelar juara timnas senior di Piala Kemerdekaan 2008.
Video
Tanpa Trofi Juara Liga Indonesia
Sebagai pemain, Syamsul Chaeruddin memiliki stamina prima yang menunjang mobiltasnya sebagai gelandang jangkar tim. Ia mendapat kelebihan itu dengan latihan dan kerja keras.
Kala berlatih di Makassar Football School (MFC) 2000 yang dikelola Diza Ali, mantan manajer Persija Jakarta dan PSM, Syamsul Chaeruddin kerap menempuh perjalanan ke tempat latihan di Lapangan Karebosi dengan berlari. Padahal jarak rumahnya di Limbung ke Lapangan Karebosi yang berlokasi di tengah kota Makassar lebih dari 20 kilometer.
Sesampai di Lapangan Karebosi, Syamsul tetap melahap program latihan yang diberikan pelatih secara militan. Mental petarung yang dimiliki Syamsul berkat didikan keras ayahnya, Chaeruddin Daeng Tobo, pembina klub amatir di Limbung. Pada berbagai kesempatan bertemu dengan Bola.com, Syamsul mengakui kuatnya pengaruh sang ayah yang wafat pada 2014 silam.
"Bapak selalu menekankan ke saya agar tampil mati-matian di lapangan. Jangan membuat keluarga malu karena saya tampil jelek," kenang Syamsul.
Setiap Syamsul bertanding, Daeng Tobo selalu berada di pinggir lapangan. Sang ayah pun selalu memberikan masukan bahkan omelan yang memerahkan telinga. Termasuk saat Syamsul bersama PSM berlaga di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.
"Bapak biasa datang bersama keluarga besar memakai mobil carteran. Meski PSM menang, saya pernah takut pulang ke rumah karena merasa tampil kurang baik pada pertandingan itu. Saya takut kena damprat habis-habisan dari bapak," tutur Syamsul.
Meski menjelma jadi idola suporter PSM, Syamsul termasuk kurang beruntung selama berkostum Juku Eja. Ia tidak pernah membawa klub kebanggaan Kota Daeng itu meraih trofi juara Liga Indonesia.
Pencapaian terbaiknya di Juku Eja adalah runner-up dua kali beruntun pada musim 2003 dan 2004. Hal itulah yang membuat Syamsul tak kuasa menahan tangis ketika mengumumkan pengunduran dirinya di PSM pada pengujung Liga 1 2017.
"Saya minta maaf tidak bisa mempersembahkan gelar buat PSM. Saya sudah berusaha mati-matian untuk meraih gelar bersama PSM. Inilah jalan terbaik dari Allah SWT buat saya," ujar Syamsul.
Sejatinya, Syamsul bisa menggenggam trofi juara Liga Indonesia. Ketika memperkuat Sriwijaya FC pada musim 2011-2012, Syamsul memutuskan kembali ke PSM pada putaran kedua. Seperti diketahui, Sriwijaya yang bermaterikan pemain timnas akhirnya meraih juara pada pengujung kompetisi.