Bola.com, Malang - Cukup langka ada saudara kandung, kakak beradik, yang bermain dalam satu klub yang sama di Indonesia. Apalagi jika keduanya bisa sama-sama meraih kesuksesan. Arema memiliki cerita itu, di mana ada kakak beradik Achmad Kurniawan dan Kurnia Meiga Hermansyah, pernah sukses menjadi andalan Singo Edan di bawah mistar gawang. Bahkan pernah bermain bersama pada musim 2011 hingga 2016.
Ketika bermain bersama di Arema, Kurnia Meiga yang merupakan sang adik sudah lebih dulu menjadi kiper utama. Ia juga mulai mendapat panggilan memperkuat Timnas Indonesia, baik tim U-23 maupun senior.
Sementara itu, Achmad Kurniawan atau yang karib disapa AK, kerap jadi pelapis jika Meiga absen. Secara kualitas dan postur, Meiga memang lebih ideal kala itu.
AK yang sudah termakan usia dan badannya makin gemuk. Sehingga pergerakannya menjadi kurang lincah. Namun, tetap saja keduanya menjadi kunci ketangguhan di bawah mistar gawang Arema. Sayang, kedua kiper itu mengakhiri kebersamaan pada 2017.
AK tutup usia pada 10 Januari 2017 di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Ia sempat mengalami koma dan beberapa kali melakukan cuci darah. Pertengahan tahun, giliran Meiga yang menepi dari sepak bola karena pembengkakan syaraf mata.
Setelah kedua penjaga gawang tersebut pergi, Arema seakan tak memiliki kiper utama yang tetap. Beberapa nama sudah dijajal, hingga musim lalu posisi kiper utama belum ada, di mana semua penjaga gawang terus dirotasi. Itu jadi bukti Arema belum menemukan kiper sekelas dua bersaudara itu.
Video
Bermula dari Kebetulan
Sebenarnya Meiga dan AK tidak punya rencana bermain satu tim di Arema. Awalnya, AK lebih dulu bergabung bersama Singo Edan pada musim 2006, di mana ia dibawa oleh pelatih Benny Dollo.
Namun, pada 2008 dia berkelana ke Persik Kediri dan lanjut ke Semen Padang. Justru ketika AK tidak berada di Arema, Meiga datang sebagai kiper keempat Singo Edan.
Meiga ditarik pelatih kiper Beny van Bruekelen dari Timnas Indonesia U-19. Waktu itu Meiga belum punya pengalaman di klub profesional karena sebelumnya menimba ilmu di Diklat Ragunan dan sempat diperbantukan ke Persijap Jepara Junior. Hanya butuh satu setengah tahun baginya untuk jadi kiper utama Singo Edan.
Pelatih Arema musim 2009-2010, Robert Rene Alberts, melihat ada bakat besar dalam diri Meiga sehingga dia dipromosikan jadi kiper utama menggantikan Markus Horison yang akhirnya keluar pada putaran kedua. Pada usia 20 tahun, Meiga berhasil membawa Arema juara ISL dan jadi pemain terbaik tahun itu.
Kegembiraannya makin lengkap pada 2011. Arema merekrut kembali AK dari Semen Padang. Kebetulan Arema hanya mempertahankan Meiga dan melepas semua kiper cadangan. Sehingga AK yang sudah punya banyak pengalaman dan punya historis dengan Singo Edan bisa direkrut kembali.
Ini kali pertama mereka berada satu tim. Namun, AK jadi kiper kedua kali ini karena Meiga dalam perfoma gemilang. Hal unik lainnya, mereka justru membela tim asal Malang, bukan Persita Tangerang atau Persija Jakarta yang bisa dibilang klub kampung halaman kedua kakak beradik itu.
Mereka sudah merasa nyaman di Arema. Meiga membangun karir profesionalnya di tim ini. Sementara AK sudah dua kali membela Singo Edan.
Meiga makin matang dengan kehadiran AK di Arema. Jiwa besar sang kakak terlihat. Dia tidak keberatan adiknya atau kiper muda lainnya yang tampil sebagai pemain inti. Asalkan bisa memberikan kontribusi maksimal untuk Arema.
Sementara untuk di luar lapangan, banyak nasihat yang diberikan sang kakak dari pengalamannya bermain di sepak bola Indonesia. Beberapa momen terlihat AK sering menenangkan Meiga yang masih berjiwa muda dengan emosi yang tinggi di lapangan.
Namun, pada musim 2012 mereka sempat terpisah setengah musim karena dualisme kompetisi. Meiga pindah ke Arema Indonesia yang berkompetisi di Indonesia Premier League. Sementara AK menghilang. AK kembali menjelang pendaftaran pemain Arema ISL ditutup. Sementara Meiga menyusulnya ke Arema ISL pada masa bursa transfer.
Kontrak Khusus dengan Proses Tercepat
Setiap musim baru, kedua kiper ini sering mendapat godaan untuk hengkang. Namun, mereka tetap setia di Arema hingga pengujung karirnya. Manajemen klub pun mengapresiasinya dengan kontrak khusus. Arema sempat merilis jika Meiga dikontrak seumur hidup.
Artinya, Singo Edan ingin menggunakan jasanya hingga pensiun. Kabarnya, nilai kontrak Meiga juga tergolong tinggi untuk ukuran kiper lokal. Tapi itu sebanding dengan kinerjanya dilapangan.
Sementara AK selalu jadi pemain dengan negosiasi kontrak tercepat. “Ada salah satu hal yang saya ingat dari almarhum. Dia paling cepat untuk negosiasi kontrak baru. Saat disodori kontrak, dilihat sekilas pasti langsung tanda tangan. Selalu paling cepat,” kata General Manager Arema, Ruddy Widodo.
AK dikenal tidak rewel urusan kontrak. Manajemen Arema sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri. Meskipun waktu itu beberapa kali gajinya dan pemain Arema lain tersendat. Maklum, gaya hidupnya tegolong sederhana dan bisa membaur dengan siapapun.
Terlihat Malas di Latihan, Gemilang di Pertandingan
Kakak beradik ini memang punya banyak keunikan. Yang paling dikenang para pelatih kiper Arema ada dalam sesi latihan. Meiga dan AK sering terlihat malas ketika latihan. Pelatih kiper Arema musim 2016-2018, Yanuar Hermansyah, hingga kini masih mengingatnya.
“Kalau Meiga lebih rajin latihan. Tapi, gesturnya sering terlihat santai. Ketika ada instruksi siap menangkap bola, ancang-ancangnya santai sekali. Anehnya, begitu bola saya tendang, dia bisa dapat bola itu. Ini yang namanya bakat alami. Waktu masih sering ikut latihan Akademi Arema pada 2008, dia sudah begitu gayanya,” kata Yanuar.
Sementara AK lebih nyeleneh lagi. Dia beberapa kali bolos latihan dengan beragam alasan. Asisten pelatih Arema, Kuncoro, sempat dapat alasan yang tidak masuk akal.
“Dia pernah izin latihan lewat telepon. Dia bilang pesawatnya tidak bisa mendarat karena cuaca buruk. Saya sempat mikir apa bisa telepon di atas pesawat seperti itu. Hehehe. Tapi, di luar itu, dia orang yang sangat baik,” kenang Kuncoro.
Meski sering izin latihan, kemampuan AK tak bisa diragukan. Musim 2016 yang jadi tahun terakhirnya jadi bukti. Ketika Meiga cedera, AK naik jadi kiper utama dengan postur yang sudah gemuk.
Tapi, dia bisa menjawab kepercayaan dan tampil tangguh. Sempat juga menepis tendangan penalti ketika melawan Borneo FC di Samarinda. Waktu itu dia sempat dijuluki sebagai Angelo Peruzzi-nya Arema karena badannya yang gemuk tidak menghalangi insting membaca arah bola.