Bola.com, Jakarta - Nama Bayu Pradana baru tenar empat tahun belakangan. Itu pun karena ia dipanggil pelatih Timnas Indonesia saat itu, Alfred Riedl, untuk Piala AFF 2016. Saat itu, usianya telah menginjak 25 tahun.
Sejak saat itu, Bayu Pradana mulai mendapatkan tempat di Timnas Indonesia. Dia tidak selalu terpilih, namun sering menghiasi materi pemain tim berjulukan Skuat Garuda itu di berbagai pertandingan uji coba.
Tidak banyak yang mengetahui beta krusial peran Bayu Pradana sebagai gelandang bertahan. Karakteristiknya mirip seperti Hariono atau pun Sandi Sute yang gemar melanggar pemain lawan. Namun, dia juga banyak melakukan intersep dan terkadang menjadi pengalir bola dari lini belakang ke depan.
Lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 19 April 1991, Bayu memulai karier dari bawah. Dia bergabung dengan Persis Solo pada 2010-2011 sebelum pindah ke Persipasi Bekasi pada 2011-2012.
"Perjuangan saya dalam bermain sepak bola bisa dibilang benar-benar dimulai dari nol. Saya memulainya sejak masih sekolah dasar dan saya bermain bersama Diklat Salatiga," ujar Bayu pada November 2016 lalu.
"Setelah saya lulus dari diklat, kemudian saya pernah bermain di Divisi I, Divisi Utama, lalu akhirnya bisa bermain di Indonesia Super League, dan akhirnya memperkuat Mitra Kukar sebelum mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia," imbuh Bayu.
Setelah itu, Bayu memulai petualangannya di Pulau Kalimantan dengan berkostum Persepar Palangkaranya untuk 2012-2014. Mulai dari situ, pemain bernomor punggung 13 ini setia merumput di Tanah Borneo.
Nama Bayu mulai terangkat ketika dia berbaju Persiba Balikpapan pada 2015. Tidak bertahan lama di tim berjulukan Beruang Madu itu, Bayu hijrah ke Mitra Kukar pada 2016.
Di Mitra Kukar, kepopuleran Bayu makin meningkat. Dia juga berhasil memikat Riedl untuk memanggilnya ke Timnas Indonesia. Debutnya berseragam Garuda di dada terjadi ketika melawan Malaysia sebelum gelaran Piala AFF 2016.
"Rasanya bangga dan sangat bersyukur karena diberi kenikmatan bisa masuk ke Timnas Indonesia seperti ini. Setelah mendapatkan kesempatan ini, tentu saya harus bisa memberikan performa maksimal karena tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan dan dipanggil ke timnas seperti ini," jelas Bayu Pradana.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Membuka Lembaran Baru di Barito Putera
Tiga tahun mengabdi di Mitra Kukar, Bayu Pradana memilih hijrah ke sesama tim Kalimantan lainnya, Barito Putera pada musim lalu. Satu di antara penyebabnya ialah karena mantan timnya itu terdegradasi ke Liga 2.
"Saya ingin tetap bermain di Liga 1. Keinginan saya itu yang membuat saya menerima kontrak bersama Barito Putera. Saya ingin mencari tim yang bisa membuat saya nyaman," tutur Bayu.
"Dulu saya datang ke Mitra Kukar dengan baik-baik, lalu sekarang keluar dengan cara yang sama. Mitra Kukar sudah seperti keluarga saya sendiri. Banyak momen yang tentu akan sulit saya lupakan selama saya di Mitra Kukar," ucapnya mengenang.
Kontribusi Bayu sendiri untuk Barito Putera kurang maksimal lantaran cedera. Dia hanya membukukan 21 laga alias absen sebanyak 13 pertandingan. Tim berjulukan Laskar Antasari ini pun harus puas mengakhiri musim di posisi ke-13.
Selama di Mitra Kukar, Bayu berperan sebagai kapten. Pada musim terakhirnya, dia gagal menyelamatkan tim berjulukan Naga Mekes itu keluar dari cengkeraman degradasi. Pada periode 2017-2018, bayu mencatatkan 52 penampilan untuk tim kebanggaan Mitman tersebut.
Sial bagi Bayu, musim pertamanya bersama Barito Putera tidak berlangsung mulus. Dia dihantam cedera lutut kiri pada pertandingan pembua Liga 1 2019. Dia baru sembuh setelah absen selama dua bulan.
"Alhamdulillah bersyukur pastinya bisa kembali ke lapangan. Apalagi setelah absen sekitar dua bulan, jadi kaki sudah terasa gatal ingin bermain," kata Bayu, Juli 2019.
Era Shin Tae-yong Jadi Titik Balik Karier Bayu di Timnas Indonesia
Sepanjang 2018, Bayu nyaris gagal menembus skuat Timnas Indonesia untuk dua turnamen bergengsi: Asian Games 2018 dan Piala AFF 2018.
Bayu tidak terpilih ke dalam tiga pemain senior untuk membela Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018. Untungnya, dia tetap dipanggil ke Piala AFF 2018 bersama timnas senior. Namun, dia kehilangan tempat utama dari Zulfiandi.
Bayu sempat melewatkan dua pertandingan pertama Timnas Indonesia Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia melawan Malaysia dan Thailand karena diacuhkan oleh pelatih Simon McMenemy. Penyebabnya, peran Zulfiandi makin paten sebagai gelandang bertahan.
Namun, Bayu kembali masuk skuat untuk melawan Uni Emirat Arab (UEA), Vietnam, dan leg kedua menghadapi Malaysia.
Saat pergantian kepemimpinan dari Simon ke Shin Tae-yong, posisi Bayu tidak tergantikan. Arsitek berusia 51 tahun itu memanggilnya untuk pemusatan latihan pada Februari 2020.
"Utamanya selama pemusatan, semua berorientasi untuk perkembangan fisik pemain. Shin Tae-yong pelatih disiplin. Itu menjadi hal yang utama di dalam dan luar lapangan. Seperti halnya soal waktu makan," ujar Bayu.
Baca Juga
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026
Rapor Penggawa Timnas Indonesia di Pekan Ke-11 BRI Liga 1: Sayuri Bersaudara Menggila, Egy Sukses Jadi Pahlawan