Bola.com, Jakarta - Pada 1975 silam, Indonesia kedatangan dua tamu istimewa dari Eropa: Ajax Amsterdam dan Manchester United. Keduanya diundang dalam turnamen segitiga bersama PSSI Tamtama.
Era 1970-an memang menjadi periode yang penuh sejarah buat Indonesia, tidak cuma di rumput sepak bola saja. Tercatat, Ali Sadikin (alm.), Gubernur DKI Jakarta kala itu resmi menjadikan Stadion Menteng sebagai warisan budaya. Lalu, tim bulutangkis Indonesia memenangi Piala Uber untuk kali pertama.
Era 1970-an juga periode di mana sejumlah klub Belanda tampil superior di pentas antarklub Eropa. Ajax merupakan peraih tiga gelar Liga Champions secara beruntun, yakni 1971, 1972, dan 1973. Selain Ajax, ada PSV Eindhoven dan Feyenoord.
Tak pelak, kedatangan Ajax Amsterdam ke Tanah Air mampu menyedot animo penonton di Stadion Senayan. De Godenzonen, julukan Ajax, selain mengikuti turnamen segitiga, melanjutkan turnya di Tanah Air dengan berkeliling meladeni perlawanan tim-tim kuat nasional.
Saat itu, Ajax terbang ke Medan untuk bertanding dengan PSSI Wilayah I. Djohar Arifin Husin (saat itu belum menjabat sebagai Ketua PSSI dan usianya juga masih 24 tahun) mengatakan bahwa tim yang dihadapi adalah PSMS Medan. Sebab, mayoritas PSSI Wilayah I memang dihuni oleh pemain PSMS.
Seterusnya, PSSI Wilayah II dihuni pemain Persija dan Persib, PSSI Wilayah III diperkuat mayoritas pemain Persebaya, lalu PSSI Wilayah IV didominasi PSM Ujung Pandang, dan PSSI Wilayah V bermaterikan pemain Persipura Jayapura.
Setelah menghadapi PSMS Medan, Ajax menjajal kekuatan Persija di Senayan. Tak cukup sampai di situ, Johnny Rep dkk. menuntaskan turnya di Indonesia dengan menghadapi Persebaya di Stadion Gelora 10 November, Surabaya.
Lalu bagaimana dengan Manchester United?
United yang datang pada 1975 silam tidaklah sama dengan yang sekarang. Mereka jauh berada di bawah bayang-bayang seteru abadinya, Liverpool.
Manchester United yang datang ke Indonesia pada saat itu diasuh oleh Tommy 'The Doc' Doherty. Pada 1972, ia sanggup menyelamatkan The Red Devils dari degradasi, namun musim berikutnya ia gagal total. United pun hanya berstatus tim Divisi Dua (Inggris belum memasuki era Premier League).
Tiga bintang mereka, Bobby Charlton, George Best, dan Denis Law sudah tak berseragam United. Pada lawatannya ke Indonesia, Setan Merah datang ala kadarnya, bahkan cuma membawa 14 orang saja: 12 pemain, satu manajer, dan satu pelatih.
"MU ternyata mengecewakan pengurus PSSI maupun masyarakat penggemar sepakbola sejak mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, sehari sebelum pertandingan," tulis Sumohadi Marsis, wartawan Kompas yang meliput, dikutip harian TopSkor.
"Mereka tidak datang dengan seluruh pemain intinya seperti yang telah dijanjikan kepada PSSI. Rombongan mereka hanya 14 orang, terdiri atas 12 pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer," sambungnya.
Video
Turnamen Segitiga, Momen PSSI Tamtama Tahan Imbang Manchester United tanpa Gol
Pada turnamen segitiga ini, Timnas Indonesia bernama PSSI Tamtama, yang dihuni oleh legenda-legenda Merah Putih macam Ronny Pasla, Sutan Harhara, Oyong Liza, Andi Lala, sampai Anjas Asmara. Sementara Manchester United tak banyak membawa pemain intinya. Namun, ada nama Stuart Pearson dan Alex Stepney, figur beken di Manchester Merah era 70-an.
1 Juni 1975, Manchester United yang tampil di hadapan 70.000 pasang mata di Stadion Senayan, hanya bisa bermain imbang 0-0. Gawang Ronny Pasla sempat dihujani serangan bertubi-tubi pemain depan United. Namun, yang menyita perhatian pada laga tersebut adalah masuknya Docherty yang tak lain adalah manajer United.
"Manchester United bermain ala kadarnya, asal tidak kebobolan. Ketika terjadi pergantian pemain pada babak kedua, yang masuk sebagai pengganti adalah pemain nomor 15 bertubuh gendut bernama Tommy Docherty, yang tidak lain adalah sang manajer!" cerita Sumohadi.
Dua hari berselang, giliran Ajax yang menantang United. Ajax mampu menang dengan skor 2-3. Lalu pada pertandingan penentu yang dihelay Kamis 5 Juni 1975, PSSI Tamtama menyerah 1-4 dan Ajax pun dinobatkan sebagai juara turnamen tersebut.
Sebagai informasi tambahan, bagi Wiel Coerver, pelatih Indonesia pada saat itu, hasil turnamen segitiga ini bukan menjadi acuan meski mendapatkan tekanan berat membawa Merah Putih berprestasi di kancah internasional. Tantangan berat Coerver, didampingi asisten pelatih Wim Hendriks, adalah membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 1978.
Coerver bukanlah pelatih sembarangan. Ia merupakan mantan pelatih Feyenoord yang pada msuim 1973-1974 sukses memberikan gelar Piala UEFA. Itu menjadilan Feyenoord sebagai tim Belanda pertama yang meraih titel bergengsi tersebut.
Tur Keliling Indonesia
Ajax menggelar pertandingan melawan juara turnamen antar regional tahun 1974, PSSI Wilayah I atau PSMS Medan menurut versi Dhohar Arifin Husin. Secara mengejutkan, De Joden tumbang di tangan PSSI Wilayah I dengan skor 2-4 di Stadion Teladan, Medan, 7 Juni 1975.
Kemudian, Ajax menggelar pertandingan melawan Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 9 Juni 1975. Ketika itu, Macan Kemayoran berhasil menahan imbang Ajax dengan skor 1-1.
Dipertandingan terakhirnya, Ajax menantang Persebaya Surabaya di Stadion 10 November, Surabaya, 11 Juni 1975. Dalam pertandingan tersebut, de Godenzonen mampu mengalahkan Bajul Ijo dengan skor 3-2.
Berselang 39 tahun kemudian tepatnya pada bulan Mei 2014, Ajax Amsterdam kembali mengunjungi Indonesia. Saat itu, Ajax berhasil mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta pada 11 Mei 2014.
Selanjutnya, Ajax Amsterdam menggelar pertandingan melawan Persib Bandung, di Stadion Si Jalak Harupat Soreang Kabupaten Bandung, 15 Mei 2014. Ketika itu, Maung Bandung mampu menahan tim anak asuh Frank de Boer dengan skor 1-1.
Baca Juga
Netizen Ngeri dengan Skuad Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024: Ada Trio Ronaldo - Rivaldo - Kaka
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026