Bola.com, Jakarta - Sejak digelar pada 1994, Liga Indonesia pernah menghadirkan alumnus Piala Dunia. Mereka adalah Mario Kempes (Argentina), Roger Milla, Jules Onana, Maboang Kessack, Pierre Njanka (Kamerun), Nastja Ceh (Slovenia), Ivan Bosnjak (Kroasia), Michael Essien (Ghana), Shane Smeltz (Selandia Baru) dan Peter Odemwingie (Nigeria).
Di antara ke-10 nama diatas, sosok Kempes dan Milla pantas masuk daftar legenda Piala Dunia. Kempes membawa Argentina juara Piala Dunia 1978 sekaligus menjadi top scorer turnamen dengan enam gol. Dua dari enam gol itu ia cetak pada laga final mengalahkan tim nasional Belanda dengan skor 3-1. Bagi Argentina, itulah gelar pertama mereka di ajang Piala Dunia.
Sementara Roger Milla memang hanya mampu membawa Kamerun menembus perempat final Piala Dunia 1990 setelah dihentikan Inggris pada babak perpanjangan waktu dengan skor 2-3. Tapi, empat tahun kemudian di Amerika Serikat, Milla mencatatkan diri sebagai pemain tertua yang mampu mencetak gol di Piala Dunia. Kala itu, Milla yang dikenal dengan selebrasi goyang pinggul usai mencetak gol, sudah berusia 42 ketika berhasil menjebol gawang Rusia.
Berkat pencapaiannya bersama Kamerun, Milla masuk dalam daftar 100 pemain terbaik sejagat pada 2004 versi Pele, legenda tersukses di Piala Dunia. Tiga tahun kemudian, Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) menunjuk Milla sebagai pemain terbaik benua itu dalam 50 tahun terakhir.
Yang menarik, keduanya datang pertama kali ke Indonesia lewat klub yang sama yakni Pelita Jaya. Milla lebih dulu datang pada musim 1994-1995. Sedang Kempes menyusul semusim kemudian.
Mendongkrak Pamor Liga Indonesia
Ketika datang ke Indonesia, Milla dan Kempes tengah berada pada pengujung karier sebagai pemain. Usia keduanya pun sudah kepala empat. Tak ayal, kehadiran mereka lebih ditujukan untuk pemanis kompetisi sekaligus mendongkrak citra Liga Indonesia yang baru digelar.
Terbukti, sepak terjang Kempes dan Milla tetap menjadi sorotan media di Indonesia dan luar negeri. Mulai pertama kali menjejakkan kaki di Tanah Air sampai mereka memutuskan meninggalkan Indonesia. Meski tak lagi segesit dulu, ketajaman mereka yang masih tersisa jadi senjata Pelita Jaya untuk menjebol gawang lawan.
Pada musim perdananya, Milla tampil tampil sebanyak 23 kali dan mencetak 13 gol. Di Liga Indonesia 1994-1995, bersama Milla, langkah Pelita Jaya terhenti di putaran 8 Besar meski sebelumnya menjadi juara Wilayah Barat. Semusim kemudian, Milla hengkang ke Putra Samarinda.
Di klub Kalimantan itu, Milla masih menunjukkan kualitasnya sebagai striker. Dalam 12 kali penampilan bersama Putra Samarinda, ia mencetak 18 gol.
Pencapaian Kempes di Pelita juga tak berbeda. Eks stiker Valencia (Spanyol) ini mengoleksi 10 gol dari 15 kali penampilan bersama Pelita Jaya di Liga Indonesia 1995-1996. Selain sebagai pemain, Kempes juga merangkap sebagai juru taktik.
Langkah Pelita Jaya juga terhenti di 8 Besar yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Di pengujung kompetisi, Kempes memutuskan pensiun sebagai pemain.