Bola.com, Jakarta - Praveen Jordan punya catatan manis pada turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England. Pemain spesialis ganda campuran itu mengoleksi dua dengan dua partner berbeda.
Praveen Jordan kali pertama mencicipi titel pada All England 2016. Dia berhasil naik podium utama bersama Debby Susanto.
Empat tahun berselang keberhasilan serupa diraup pemain kelahiran 26 April 1993 tersebut. Kali ini, Praveen menguasai takhta All England bersama pasangan barunya, Melati Daeva Oktavianti.
Menengok kembali sepak terjang Praveen Jordan/Debby Susanto pada All England 2016, banyak kisah menarik yang terselip. Satu di antaranya keberhasilan mereka menyingkirkan juara bertahan sekaligus unggulan pertama asal China dalam perjalanan meraih gelar.
Pada babak pertama dan kedua, Praveen/Debby menghadapi lawan yang di atas kertas masih di bawah mereka. Praveen/Debby mampu menyingkirkan ganda Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo, dalam dua gim langsung 21-14, 21-17 pada babak pertama.
Ujian cukup alot dihadapi ganda Indonesia itu pada babak kedua. Meladeni ganda Jepang, Kenta Kazuko/Ayane Kurihara, Praveen/Debby dipaksa bermain tiga gim 13-21, 21-14, 21-18. Adapun pada perempat final, Praveen/Debby menyingkirkan ganda campuran China, Liu Cheng/Bao Yixin, 21-14, 23-21.
Rintangan terberat mengadang Praveen/Debby pada semifinal. Ganda campuran terbaik dunia saat itu, Zhang Nan/Zhao Yunlei, saat itu sudah menunggu. Pasangan China itu sangat difavoritkan menjuarai All England 2016 karena sedang dalam performa terbaik dan berstatus juara bertahan.
Namun, Praveen/Debby berhasil menjungkirbalikkan prediksi. Mereka bisa meredam Zang/Zhao bahkan dalam dua gim langsung. Tiket final masuk genggaman setelah Praveen/Debby mengalahkan Zhang/Zhao 21-19, 21-16.
Praaven/Debby dipastikan berjumpa pasangan Denmark yang menempati unggulan kelima, Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen, di partai puncak All England 2016.
Tanpa Pelatih
Praveen/Debby tampil percaya diri pada partai puncak. Mereka sukses merebut gelar di nomor ganda campuran All England 2016 pada laga di Arena,Birmingham, Inggris, Minggu 13 Maret 2016, dengan mengalahkan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 21-12, 21-17.
Menariknya keberhasilan tersebut diraih Praveen/Debby itu diraih tanpa didampingi pelatih mereka, Richard Mainaky. Sang pelatih terpaksa pulang ke Jakarta sebelum babak semifinal digelar, pada 11 Maret 2016.
“Anak saya sakit dan dirawat di rumah sakit. Pikiran saya tak tenang. Kondisi fisik saya juga hampir sakit selama berada di Inggris. Mungkin kondisi saya drop karena harus membagi fokus antara mendampingi atlet dan memikirkan anak yang sakit di Jakarta. Setelah berdiskusi dengan Praveen dan Debby, akhirnya saya terpaksa memutuskan untuk pulang lebih dulu ke Jakarta,” kata Richard saat itu.
Sejak semifinal, Praveen/Debby didampingi Herry Iman Pierngadi yang aslinya merupakan pelatih nomor ganda putra. Sebetulnya ada beberapa pelatih yang bisa saja mendampingi Praveen/Debby.
Namun bukan tanpa alasan jika akhirnya Herry yang ada di tepi lapangan.
“Saya sering berdiskusi dengan Koh Herry. Kalau mendampingi atlet ke turnamen di luar negeri, kami sering sekamar dan berdiskusi. Ada sejumlah kesamaan dalam hal melatih antara saya dan Koh Herry. Alasan itu yang membuat saya yakin saat menitipkan Praveen/Debby ke dia,” ujar Richard lagi.
Tampil Santai dan Tenang
Apa kunci kesuksesan Praveen/Debby menyabet trofi All England 2016 meski tak didampingi pelatih mereka? Tampil santai dan tenang menjadi kunci keberhasilan pasangan Indonesia itu.
"Kami memperlakukan final seperti pertandingan babak pertama. Kami tetap santai dan tenang," kata Debby setelah pertandingan, seperti dikutip dari situs PBSI.
“Dari awal kami bilang ke diri kami sendiri harus main santai. Jangan anggap lagi bermain di final, tetapi tampil seperti babak-babak sebelumnya, enjoy dan keluarkan semua kemampuan,” tutur Praveen.
Selain itu, dukungan fans juga menjadi faktor penting dari kemenangan Praveen/Debby. Peraih medali emas SEA Games 2015 tersebut mengatakan dukungan fans yang hadir di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, membuat mereka seperti tampil di rumah sendiri.
"Kami ingin melakukan ini demi fans yang ada di sini. Terima kasih kepada suporter yang mendukung kami di sini. Sampai jumpa tahun depan," ujar Debby.
“Gelar ini juga kami persembahkan untuk keluarga di ganda campuran. Kak Richard (Mainaky), Kak Nova (Widianto) dan Koh Enroe, para pelatih kami,” tambahnya.
Praveen dan Debby mengaku sangat bangga dengan prestasi yang mereka raih di All England 2016. Keduanya tak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga mereka bisa menjadi juara.
"Kami sangat bangga bisa mengharumkan nama Indonesia. Apalagi dengan menjuarai kejuaraan bergengsi seperti All England yang awalnya cuma mimpi, tapi bisa menjadi kenyataan," kata Debby.
"Siapa sih atlet yang tak mau juara di All England yang merupakan turnamen tertua di bulutangkis? Karena itu, kami hanya bisa bersyukur bisa meraih gelar prestisius ini," ujar Praveen.
Sumber: PBSI, All England, BWF