Bola.com, Surabaya - Pandemi virus corona atau Covid-19 membuat banyak orang bergerak untuk memberikan donasi. Tak terkecuali bagi seorang jurnalis, Miftahul Fahamsyah, yang bekerja sama dengan seorang dosen, Fajar Junaedi, untuk mendonasikan hasil penjualan buku berjudul Bola Kita yang dirilis bertepatan dengan hari jadi PSSI yang ke-90, Minggu (19/4/2020).
Miftahul Fahamsyah, jurnalis Jawa Pos, berniat untuk turut membantu pasien yang terinfeksi virus corona. Pria yang akrab disapa Mifta itu tidak menyumbang dalam bentuk nominal uang. Dia memilih menulis buku berjudul Bola Kita bersama seorang dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi.
“Mulanya, kami hanya berniat untuk mendonasikan penjualan buku yang kami tulis saja untuk membantu di tengah pandemi Corona ini. Kebetulan, saya sudah punya beberapa naskah dan Fajar juga ada beberapa. Kami lalu sepakat untuk segera merilis buku ini,” kata Mifta kepada Bola.com, Senin (20/4/2020).
Keputusan mereka diambil dengan cepat. Mifta dan Fajar mulai merumuskan rencana ini pada 14 April 2020. Pada momen itu, mereka teringat dengan hari jadi PSSI ke-90 yang jatuh pada 19 April lalu.
Keduanya ingin mendedikasikan buku tersebut untuk induk organisasi sepak bola tertinggi Indonesia. Mereka berkejaran dengan waktu karena harus segera merampung buku, meski naskahnya telah siap.
Satu hal yang sempat menjadi kendala adalah pemilihan sampul buku. Mereka menggunakan foto dua mantan pemain Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto dan Bejo Sugiantoro.
“Alhamdulillah, keduanya mengizinkan kami untuk menggunakan foto sebagai sampul,” ungkap Mifta, yang merupakan pria asli Lamongan tersebut.
Terdapat sebanyak 22 artikel yang terdapat dalam buku Bola Kita, sembilan di antaranya ditulis oleh Mifta, sedangkan 13 sisanya merupakan karya Fajar. Buku ini menceritakan mengenai wajah sepak bola Indonesia.
“Kami ‘memotret’ kondisi sesungguhnya sepak bola Indonesia, dari sisi ekonomi politik juga. Bagaimana mulai 2010, klub harus menjadi profesional tanpa mengandalkan APBD. Lalu, ada Bali United yang ke lantai bursa,” tutur Mifta.
“Ada pula sisi politik lahirnaya Deltras (Sidoarjo). Lalu, bagaimana suporter melawan stigma media. Saya menulis pertikaian yang kemudian menjadi perdamaian Bonek (suporter Persebaya) dan LA Mania (suporter Persela),” imbuh pria berusia 38 tahun itu.
Video
Corona dan Sepak Bola Tanah Air
Mifta juga mencantumkan sebuah fragmen yang melibatkan sepak bola dengan virus corona. Dia menggambarkan perjuangan asisten pelatih Barito Putera, Yunan Helmi, yang sempat positif Corna hingga berusaha melawannya.
“Hal-hal ini seperti ini harus dicatat untuk menggambarkan wajah sepak bola tanah air,” ujar penggemar Persela Lamongan tersebut.
Bagi Mifta, ini bukanlah buku pertama. Sebelumnya dia sudah menulis tiga buku tentang sepak bola dengan berbagai tema. Di antaranya adalah Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut, Persela: Menegaskan Identitas Kami, dan Sepak Bola Tak Pernah Mati.
Buku Bola Kita sendiri bekerja sama dengan penerbit Fandom dan didistribusikan oleh beberapa toko daring lewat akun instagram. Saat ini, mereka masih membuka pre-order buku yang dijual dengan harga Rp55 ribu itu pada 20-30 April 2020.
“Rencananya akhir April ini bukunya sudah jadi. Kami tidak mengambil royalti untuk kami sendiri. Hasil penjualan buku tersebut akan kami donasikan melalui Lazismu (lembaga zakat infaq dan Shadaqah Muhammadiyah),” ucap Mifta.