Bola.com, Jakarta - Memiliki seorang pemain berkualitas di lini depan tentu membuat sebuah tim menjadi berbahaya. Namun, cerita akan semakin menakutkan ketika sebuah tim tak cuma memiliki satu pemain, melainkan tiga nama yang tajam.
Kejadian itu sempat beberapa kali terjadi di Liga Indonesia. Terdapat beberapa klub yang pernah memiliki lebih dari satu pemain tajam di lini depan hingga disebut trisula maut.
Para pemain tersebut semua bisa diandalkan untuk urusan mencetak gol. Selain itu, format trisula maut juga berlaku untuk seorang pemain tajam yang didukung dua gelandang sayap dengan umpan-umpan terukur.
Tak aneh bila adanya pemain-pemain tersebut membuat klub yang memiliki trisula maut menjadi menakutkan. Tak jarang, ketiga pemain itu menjadi kunci keberhasilan klub dalam meraih gelar di akhir musim.
Meskipun, tak adil memang jika keberhasilan klub dalam meraih gelar juara hanya bergantung pada tiga orang. Meski demikian, peran ketiga trisula maut itu memang besar dalam memberikan kemenangan demi kemenangan.
Bola.com mencoba merangkut beberapa trisula maut yang pernah ada di Liga Indonesia. Tak sekadar torehan gol dan gelar, indikatornya trisula maut berikut ini bisa berupa kontribusi yang diberikan untuk timnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Boaz Solossa - Beto Goncalves - Ernest Jeremiah
Gelar Liga Super 2008-2009 sangat layak diraih Persipura Jayapura. Ketika itu, tim asuhan Jacksen F. Tiago berhasil tampil gemilang dengan torehan 81 gol dan hanya kemasukan 25 kli.
Keberhasilan Persipura tak bisa dipisahkan dari penampilan apik Boaz Solossa, Beto Goncalves, dan Ernest Jeremiah di lini depan. Ketiga pemain tersebut menjadi trisula maut yang dimiliki Persipura.
Jika ditotal, ketiga pemain itu mencetak lebih setengah gol Persipura semusim yakni 67 gol. Rinciannya adalah Boaz Solossa 28 gol, Beto Goncalves 23 gol, dan Ernest Jeremiah sebanyak 16 gol.
Ketika itu, Boaz Solossa mendapatkan penghargaan invididu bersama Cristian Gonzales sebagai top skorer musim 2008-2009. Hal itulah yang melengkapi keberhasilan Persipura.
Roman Chmelo - Noh Alam Shah - Muhammad Ridhuan
Semusim berselang, Arema Indonesia berhasil tampil mengejutkan di Liga Super Indonesia 2009-2010. Pelatih Robert Rene Alberts merekrut duo Timnas Singapura, Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan plus pemain Slovakia, Roman Chmelo.
Ketiganya didatangkan untuk mempertajam lini depan Arema. Trisula maut Roman Chmelo, Noh Alam Shah, Muhammad Ridhuan benar-benar saling melengkapi.
Roman Chmelo menjadi otak serangan karena memiliki kecerdasan, dipadukan dengan kecepatan dan umpan silang Muhammad Ridhuan. Adapun di posisi eksekutor ada Noh Alam Shah dengan tembakan yang mematikan.
Musim itu Noh Alam Shah sukses mencetak 14 gol, sedangkan Roman Chmelo mencetak 13 gol. Berkat ketajaman kedua pemain tersebut dan kreasi Muhammad Ridhuan, Arema finis di puncak klasemen dengan raihan 72 poin.
Aliyudin - Bambang Pamungkas - Greg Nwokolo
Persija Jakarta awalnyaa memiliki dua penyerang yang berbahaya pada Liga Super Indonesia 2007-2008. Kedua penyerang tersebut merupakan duet Aliyudin dan Bambang Pamungkas.
Pada musim itu, kedua pemain membuat lini depan Persija menakutkan. Masing-masing pemain sukses mencetak 17 gol.
Musim selanjutkan, lini depan Persija semakin berbahaya. Kehadiran Greg Nwokolo di lini depan membuat Persija memiliki trisula maut.
Greg Nwokolo musim itu mencetak 16 gol, Bambang Pamungkas 19 gol, sedangkan Aliyudin 7 gol. Namun, ketajaman trisula maut tersebut tak banyak berpengaruh pada performa Persija yang finis di peringkat ketujuh klasemen akhir Liga Super Indonesia 2008-2009.
Christian Gonzales - Ronald Fagundez - Danilo Fernando
Persik Kediri berhasil menjelma menjadi tim yang menakutkan pada Liga Super Indonesia 2006. Ketika itu lini depan Persik dihuni Christian Gonzales, Ronald Fagundez, dan Danilo Fernando.
Berkat kontribusi ketiga pemain tersebut, Persik Kediri berhasil menjadi juara Liga Super Indonesia 2006. Ketika itu, Cristian Gonzales sukses mencetak 25 gol.
Sementara itu, peran Danilo Fernando dan Ronald Fagundez adalah menyokong Gonzales dengan umpan-umpan berkualitas. Semusim berselang, ketiga pemain tersebut semakin membuat lini depan Persik disegani lawan.
Pada Liga Super Indonesia 2007-2008, Gonzales menjadi predator menakutkan dengan torehan 32 gol. Akan tetapi, Persik gagal mempertahankan gelar karena tak lolos dari babak kedua.