Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia kerap melahirkan pemain berkualitas, mulai dari bomber tajam seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas, maupun pemain bertahan yang kukuh, seperti Robby Darwis dan Sugiantoro. Begitu pun di lini tengah. Indonesia selalu memiliki sejumlah gelandang berkualitas, terutama yang jago menyuplai bola ke lini depan, seperti yang saat ini masih eksis, Evan Dimas.
Evan Dimas merupakan pemain yang masih memiliki masa depan cemerlang di persepakbolaan nasional, termasuk saat membela Timnas Indonesia. Namanya mulai cemerlang ketika memperkuat Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri yang menjuarai Piala AFF U-19 2013.
Evan Dimas merupakan sosok gelandang yang memiliki kemampuan cukup lengkap. Memiliki penguasaan bola yang baik, mampu menjaga keseimbangan di lini depan, hingga yang paling bagus adalah kemampuannya memberikan bola-bola yang akurat kepada penyerang, baik di tengah maupun di sisi sayap.
Umpan berkualitas yang membuat bola bergulir dengan tajam hingga sampai di kaki pemain lini depan menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Evan Dimas. Pemain berusia 25 tahun ini pun kerap maju ke depan dan menyarangkan bola ke gawang lawan dari lini kedua, seperti yang diperlihatkannya saat mencetak gol kedua Persija Jakarta saat bermain imbang 2-2 dengan Bhayangkara FC di pertandingan Liga 1 2020.
"Dia mampu mengubah jalannya pertandingan, mengatur ritme pertandingan, dan bisa saya katakan Evan menjadi aktor penting di sektor gelandang," kata pelatih Persija, Sergio Farias.
Kualitas permainan tersebut membuat Evan Dimas selalu mendapatkan tempat, baik di Timnas Indonesia maupun di klub. Setelah sukses bersama Timnas Indonesia U-19, Evan Dimas masuk dalam skuat Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017 dan Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018.
Untuk level senior, Evan Dimas sudah mendapatkan kepercayaan bergabung bersama Timnas Indonesia sejak Piala AFF 2014. Performa luar biasa bersama Timnas Indonesia U-19 membuat Alfred Riedl tertarik untuk membawanya masuk ke dalam tim.
Namun, baru di Piala AFF 2016 Evan Dimas mampu memperlihatkan permainan yang apik bersama para seniornya, dengan dua kali menjadi starter dan dua kali masuk dari bangku cadangan. Evan Dimas dkk. membawa Tim Garuda hingga ke pertandingan final.
Bicara prestasi, Evan Dimas tak hanya membawa Timnas Indonesia U-19 meraih gelar juara Piala AFF U-19 2013, tapi juga menjadi juara Liga 1 2017 bersama Bhayangkara FC.
Namun, Evan Dimas bukanlah satu-satunya gelandang penyuplai bola yang berkualitas yang dimiliki Indonesia. Sebelum kehadiran Evan Dimas di level tertinggi sepak bola Indonesia, sejumlah pemain berkarakter sama sudah ada.
Video
Fakhri Husaini
Ketika Evan Dimas baru lahir pada 13 Maret 1995, Timnas Indonesia memiliki seorang gelandang serang yang sangat atraktif dan punya umpan matang. Namanya adalah Fakhri Husaini. Sekarang dia dikenal sebagai pelatih yang membawa Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 pada 2018.
Pelatih yang kini berusia 54 tahun itu memang dikenal sebagai pelatih yang kerap menangani tim muda, mulai dari tim PON Kalimantan Timur, Timnas Indonesia U-16 dan terakhir Timnas Indonesia U-16. Namun, sebelum menjadi seorang pelatih, Fakhri merupakan pemain berposisi sebagai gelandang yang sangat penting bagi Timnas Indonesia.
Fakhri Husaini memperkuat Timnas Indonesia dari 1988 hingga 1997. Mantan pemain Pupuk Kaltim itu tampil 42 kali bersama Tim Garuda dengan catatan 13 gol.
Sebagai seorang gelandang serang, Fakhri dikenal sebagai seorang playmaker yang luar biasa. Dalam gelaran Piala Tiger pertama pada 1996, Fakhri membawa Tim Garuda mencapai semifinal.
Fakhri juga merupakan sosok penting yang membawa Timnas Indonesia meraih medali perak SEA Games 1997. Sebuah gol penting dicetak Fakhri ke gawang Vietnam pada laga semifinal yang membawa Tim Garuda menang 2-1 untuk lolos ke final sepak bola SEA Games 1997.
Ketika tampil di laga final, Timnas Indonesia bermain imbang 1-1 dengan Thailand. Bahkan Fakhri Husaini mampu menjalani tugas dengan baik sebagai eksekutor saat drama adu penalti. Sayang, Timnas Indonesia akhirnya kalah dari Thailand dan harus puas dengan medali perak.
Ansyari Lubis
Ansyari Lubis merupakan seorang gelandang serang yang satu angkatan dengan Fakhri Husaini. Satu hal yang perlu diingat dari pemain yang satu ini adalah banderol harganya saat bergabung bersama Pelita Jaya dari Medan Jaya pada 2013. Ia dihargai dengan Rp25 juta, di mana harga tersebut sangat fantastis saat itu.
Karier profesionalnya dimulai pada 1989 bersama Medan Jaya dan berakhir pada 2012 bersama Pro Duta FC. Sementara bicara soal penampilannya bersama Timnas Indonesia, Ansyari Lubis hanya dua tahun, tapi mengoleksi 21 caps di laga resmi yang dijalani Timnas Indonesia.
Seperti halnya Fakhri Husaini, Ansyari Lubis merupakan pemain yang menjadi sosok penting untuk memberikan umpan matang kepada lini depan Tim Garuda, di mana saat itu Kurniawan Dwi Yulianto dan Peri Sandria menikmatinya di Piala Tiger 1996.
Tak hanya memberikan umpan-umpan matang ke lini depan sembari menjaga keseimbangan di lini tengah, Ansyari Lubis sempat mencetak satu gol di edisi pertama kejuaraan antarnegara Asia Tenggara itu, Ansyari Lubis mencetak satu gol ke gawang Myanmar saat Timnas Indonesia menang 6-1.
Kurniawan Dwi Yulianto dan Widodo Cahyono Putro yang menjadi striker Tim Garuda di SEA Games 1995 merasakan nikmatnya bermain di depan Ansyari Lubis dan Eri Irianto.
Bahkan dalam kemenangan 10-0 atas Kamboja, Ansyari Lubis ikut menyumbang satu gol, di mana sembilan gol lain diborong oleh Eri Irianto yang mencetak empat gol, Kurniawan mencetak tiga gol, dan Widodo C Putro dan Indriyanto Nugroho masing-masing mencetak satu gol.
Bersama Fakhri Husaini, Ansyari Lubis juga merupakan bagian dari skuat Timnas Indonesia yang meraih medali perak SEA Games 1997.
Firman Utina
Firman Utina merupakan langganan Timnas Indonesia sejak masih di kategori U-19. Ia masuk dalam skuad Tim Garuda Muda di Piala Pelajar Asia U-19 2020. Kemudian ia juga masuk dalam skuat SEA Games 2001 dan 2003, kemudian Piala Tiger 2004 dan 2006, Piala Asia 2007, dan Piala AFF 2008 dan 2010.
Posisinya sebagai gelandang serang dengan kualitas umpan terobosan yang sangat bagus membuatnya begitu dibutuhkan oleh Timnas Indonesia saat itu. Bahkan di Piala AFF 2010, peran sentralnya di lini tengah dalam membangun serangan membuatnya terpilih menjadi Most Valuable Player.
Permainannya yang lugas mengawal lini tengah Timnas Indonesia memberikan dampak besar. Transisi menyerang dan bertahan pun cukup baik dengan kehadiran pemain yang dikenal sebagai The Trophy Collector di level klub itu. Dua gol turut dicetaknya sepanjang Piala AFF 2010.
Julukan unik dari AFC yang melekat untuk Firman Utina adalah "The Trophy Collector". Hal itu memang layak mengingat pemain yang berposisi sebagai gelandang ini cukup sering meraih gelar juara di level klub.
Selain menjadi MVP di Piala AFF 2010, Firman Utina juga berhasil menjadi juara bersama empat klub berbeda dalam karier yang panjang di sepak bola Indonesia.
Pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan itu pernah merasakan back to back juara Copa Indonesia pada pertengahan 2000an, hingga akhirnya ia memenangi gelar juara ISL 2012 bersama Sriwijaya FC.
Dalam dua tahun bersama Persib Bandung, Firman Utina membantu Maung Bandung mengamankan gelar juara ISL 2014, dan kemudian ia berhasil meraih gelar ketiganya sebagai juara kompetisi domestik pada 2017 bersama Bhayangkara FC.
Baca Juga
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?