Bola.com, Jakarta - Pelatih asal Belanda, Wim Rijsbergen, hingga kini tak bisa melupakan pengalaman pahitnya melatih Timnas Indonesia. Banyak kasus nonteknis yang membuat karier kepelatihannya seumur jagung di Tim Merah-Putih.
Ia pernah berujar stres tinggi melatih negara kita. "Saya bisa gila lama-lama di Indonesia!" katanya beberapa tahun setelah dipecat sebagai nakhoda Timnas Indonesia.
Wim datang jadi pelatih Timnas Indonesia dengan rapor karier cemerlang. Ia legenda hidup Feyenoord Rotterdam dan menjadi bagian Timnas Belanda yang menjadi runner-up pada Piala Dunia 1974 dan Piala Dunia 1978.
Berposisi sebagai bek, Wim sempat bermain di Liga sepak bola Amerika Utara, untuk New York Cosmos. Rijsbergen memulai kariernya di PEC Zwolle pada 1970, dan mengakhirinya pada tahun 1986 di FC Utrecht.
Ia didapuk sebagai pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI kepengurusan Djohar Arifin dengan reputasi jadi asisten pelatih Timnas Trinidad dan Tobago di Piala Dunia 2006.
Wim Rijsbergen melatih timnas Indonesia mulai Juli 2011, menggeser posisi Alfred Riedl yang baru saja sukses mengantarkan Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2010.
Dia dikontrak PSSI yang ketika itu selesai menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Solo. Dengan pengurus PSSI yang baru, Wim yang sebelumnya melatih PSM Makassar, diangkat jadi pelatih kepala timnas senior.
Penunjukannya langsung membuat penggemar sepak bola nasional penasaran. Tetapi dalam enam bulan masa baktinya, Wim Rijsbergen tidak menghadirkan prestasi.
Ia gagal di babak awal Kualifikasi Piala Dunia 2014. Total dalam 11 pertandingan di bawah arahannya, Indonesia mencatat dua kali menang, tiga kali seri, dan enam kali kalah. Semua di pertandingan resmi internasional.
Yang membuat aneh publik sepak bola Indonesia ketika itu memang Rijsbergen sangat jarang memberi instruksi. Ia justru selalu terlihat asyik mencatat setiap kali kejadian di atas lapangan. Hal itu yang memicu opini negatif publik, ditambah lagi timnas tidak menunjukkan permainan yang mumpuni.
Nada-nada sumbang bermunculan di dunia maya sebagai reaksi ketidakpuasan atas kiprahnya menukangi timnas.
Video
Kambing Hitamkan Alfred Riedl
Barangkali satu-satunya prestasi Wim Rijsbergen yang dipandang lumayan adalah hasil seri 0-0 melawan Arab Saudi dalam uji coba di Malaysia. Pelatih yang sekarang berusia 64 tahun ini diberhentikan PSSI pada Januari 2012.
Kegagalan arsitek kelahiran 18 Januari 1952 tersebut di Timnas Indonesia juga dipicu hubungan kurang harmonis dengan para pemain. Kebiasaannya memaki-maki anggota skuat Garuda tak disukai.
"Kami manusia biasa juga, tiap hari dimaki-maki kesal rasanya," cerita Firman Utina, salah satu pilar Timnas Indonesia saat itu.
Wawancara Wim Rijsbergen dengan salah satu media Belanda sempat memicu kontroversi di Indonesia.
"Melatih di Indonesia sebuah mimpi buruk. Susah sekali berurusan dengan baik dan benar di negara tersebut," katanya.
"Banyak hal yang tahu-tahu terjadi begitu saja. Sepertinya kekuatan lama ingin mengambil kekuasan kembali. Tapi saya tidak ingin ikut campur lagi. Saya di sini untuk sepak bolanya dan bukan politik."
Ia juga menuding PSSI kerap melakukan perbuatan kotor, banyak pertandingan-pertandingan kompetisi dimanipulasi oleh para bandar judi. Tidak ada yang peduli dengan olah raganya sendiri.
"Sebagai pelatih timnas, saya tidak bisa-bisa apa. Posisi saya lebih gampang waktu di klub. Pemain ada di bawah kontrol saya 24 jam sehari, tiap hari. Di PSM Makassar kami cukup sukses. Tujuh kemenangan berturut-turut. Tapi sayang kompetisi lalu dihentikan."
Ia menyebut pemain timnas bukan hasil seleksinya. Alfred Riedl yang menyusun formasi kesebelasan. "Mereka baru saling bertemu satu hari sebelum saya mulai di sini," cerita Wim.
"Waktu pertama kali butuh empat hari sampai seluruh pemain lengkap. Yang satulah tantenya meninggal dan anaknya sakit, yang satu lagi ini, yang sana itu. Selalu ada sesuatu. Dan kalau saya berkomentar, mereka hanya berkata 'This is Indonesia,' lalu nyengir," sambung Wim.
Protes 7 Pemain
Kapten Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, membuka aib konflik internal yang terjadi di Tim Garuda di masa kepemimpinan Wim Rijsbergen
Ia membenarkan perihal kabar adanya tujuh pemain yang tak lagi ingin bermain di bawah arahan pelatih timnas Indonesia Wim Rijsbergen. Namun, ia menolak itu dikarenakan pengaruh dari Alfred Riedl.
Kabar penolakan terhadap Rijsbergen dari sejumlah punggawa Pasukan Garuda ini sudah santer beredar beberapa hari belakangan.
Menurut Bepe, sapaan Bambang, tujuh pemain timnas sudah tidak mau lagi bermain di bawah arahan Rijsbergen tepat setelah pertandingan Indonesia kontra Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tanggal 6 September 2011 lalu.
Namun demikian, Bepe menampik adanya dugaan kalau hal itu merupakan imbas dari pertemuan sejumlah pemain dengan Riedl yang merupakan pelatih timnas sebelum Rijsbergen, kendati membenarkan bahwa pertemuan dengan Riedl memang terjadi.
"Kabar 7 pemain nasional yang menyatakan tidak ingin bermain di bawah asuhan Wim Rijsbergen, sejatinya sudah terjadi sejak malam setelah pertandingan tgl 6 september. Sedang kami sendiri baru bertemu dengan Alfred dan Wolfgang pada tgl 7 September, sore hari," tulis Bepe di blog pribadinya.
"Sekedar untuk diketahui, jika 7 pemain yang menyatakan tidak bersedia bermain di bawah Wim tersebut, menyampaikannya kepada management timnas sesaat setelah pertandingan selesai, atau pada kisaran pukul 24:00 WIB tgl 6 September," lanjutnya.
Menurut Bepe, ketujuh pemain tersebut bukannya tanpa alasan menolak bermain lagi di bawah Rijsbergen. Hal itu, katanya, didasari oleh ucapan sang pelatih yang dilontarkan usai partai Indonesia kontra Bahrain.
"Sejujurnya hal yang membuat pemain sangat kecewa kepada Wim Rijsbergen adalah komentar beliau sesaat setelah pertandingan, yang terkesan melempar segala kesalahan kepada pemain."
"Saya yakin semua pemain kecewa dengan komentar tersebut, akan tetapi sejauh ini hanya 7 pemain yang menyampaikan keberatan untuk bermain di bawah asuhan Wim di tim nasional," klaim Bepe.
Kasus Serupa di Trinidad Tobago
Belakangan terungkap, bahwa bukan kali ini saja Wim Rijsbergen terlibat cekcok dengan anak-asuhnya.
Pada tahun 2007 silam, pria asal Belanda itu ternyata pernah diskors oleh Federasi Sepakbola Trinidad Tobago (T&TFF) ketika menjadi pelatih di sana.
Dalam artikel berita Trinidad & Tobago's Newsday tertanggal 31 Januari 2008, Wim mendapat sanksi selama enam bulan tanpa digaji pada 4 Desember 2007 setelah cekcok dengan salah satu pejabat negara itu.
Wim juga mengkritik kualitas pemain asuhannya setelah beberapa pemain bintang Trinidad Tobago melakukan aksi mogok pada T&TFF.
Akibatnya, pemain yang dilatih Wim dianggap tidak berkualitas karena hanya berlaga di kompetisi lokal. Selain itu, beberapa kali T&TFF membatalkan pertandingan persahabatan karena alasan keuangan.
Wim mengaku pernah mengeluarkan uang pribadi sebesar US$7,000 untuk visa pemain ketika akan melawan El Salvador di Amerika Serikat.
"Masa lalu mereka para pemain Timnas Trinidad Tobago diisi dengan minum air limau, minum dengan santai, makan dan tidur di bawah pohon kelapa. Itu adalah kebudayaan mereka. Tapi antara bersantai dengan olahraga ada perbedaan yang sangat besar," kritik Wim yang dikutip Newsday dari situs salah satu klub Liga Belanda, Willem II Tilburg.
"Hal ini bertambah buruk, lima dari enam pertandingan internasional dibatalkan karena kekurangan uang. Dari saku pribadi, saya mengeluarkan uang sebesar 7 ribu dolar AS untuk visa dan tiket pesawat. Setengah hari sebelum pertandingan pertama (melawan El Salvador) mereka akhirnya tiba di Amerika Serikat," kata Wim lagi.
Salah satu media lokal menyebut jika Wim juga mengalami pertengkaran mulut dengan Direktur Teknik T&TFF Lincoln "Tiger" Phillips. Wim kemudian juga ditinggal oleh asistennya, Jan Van Deinsen, karena alasan kesehatan pada 31 Desember 2007.
Wim akhirnya mengundurkan diri sebagai pelatih pada 31 Januari 2008. Posisinya kemudian digantikan pelatih asal Kolombia, Francisco Maturana."Satu hal yang pasti, mereka mau menyingkirkan saya. Saya terlalu mahal dan terlalu rumit. Anjing tidur harus dibiarkan tidak terganggu," kata Wim.
Hubungan buruk antara Wim Rijsbergen dengan pemain-pemain pilar Timnas Indonesia membuat kariernya berakhir cepat. PSSI memutuskan mencopotnya serta menunjuk Aji Santoso sebagai caretaker.
Ngenesnya di tangah Aji, Timnas Indonesia menanggung malu mencatat rekor terburuk sepanjang sejarah. Tim Merah-Putih dibantai Bahrain 0-10 pada Rabu, 29 Februari 2012, dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!