Bola.com, Semarang - Kehadiran pemain asing selalu menjadi pesona tersendiri bagi penggemar di klub masing-masing, termasuk PSIS Semarang. Kedatangan pemain berlabel asing setidaknya diharapakan mampu membawa prestasi tim terangkat.
Dengan kualitas yang di atas kertas lebih unggul ketimbang pemain lokal Indonesia, para ekspatriat memang sewajarnya punya kemampuan lebih baik. Klub juga harus merogoh kocek lebih dalam demi bisa mengamankan tanda tangan pemain asing.
Ukuran nilai kontrak yang lebih besar dibanding pemain dalam negeri, menjadikan pemain asing adalah magnet di setiap klub. Mereka dapat menarik penonton untuk hadir menyaksikan kualitas permainan yang ditunjukkan.
PSIS Semarang tidak ketinggalan pernah memiliki sederet pemain asing yang berkualitas. Sebagian di antaranya meninggalkan jejak manis untuk klub kebanggaan Panser Biru dan Snex itu.
Bola.com menyajikan beberapa pemain asing yang pernah sukses PSIS Semarang dari masa ke masa. Umumnya mereka adalah sosok kunci di setiap peran yang dimilikinya.
Emanuel De Porras
Mempunyai sebutan Cachi, De Porras striker dengan kemampuan yang begitu komplet. Baik kedua kaki dan duel udara dengan kepalanya sama-sama punya keistimewaan. Pemain kelahiran Argentina, 16 Oktober 1981 ini dilengkapi insting mematikan.
Naluri De Porras sebagai predator di pertahanan lawan memang tinggi. Saat merumput bersama Persija Jakarta pada musim 2004, Cachi menjadi top scorer Macan Kemayoran dengan 16 gol, bahkan lebih banyak dibanding Bambang Pamungkas sebagai duetnya.
Sayangnya, Persija Jakarta hanya mampu finis sebagai peringkat ke-3 dan kurang memenuhi ekspektasi. Hingga akhirnya Emanuel De Porras terdepak dari skuat Macan Kemayoran.
Kemudian ia hijrah ke PSIS dan langsung menjadi andalan lini depan. Bersama Hernan Ortiz ia bahu-membahu membawa PSIS meraih peringkat ketiga musim 2005 dan runner-up Liga Indonesia musim 2006.
Meski harus mengakui keunggulan Persik Kediri pada laga puncak, De Porras tetap merupakan idola publik Panser Biru dan Snex. Ia mampu melesakkan 23 gol dalam dua musim bersama PSIS.
Bersama kompatriotnya, Gustavo Ortiz, banyak gol seperti dengan mudah dicetak oleh De Porras. Pundi-pundi gol ia lesakkan baik dengan kedua kaki maupun tandukan kepala yang tak kalah mautnya.
Setelah pergi dari PSIS Semarang, Cachi De Porras berkelana ke Italia, bersama Benevento. Sempat kembali ke Indonesia saat bermain bersama Jakarta 1928 FC, hingga akhirnya ia berlabuh ke Atletico Bucaramanga dan menjadi klub terakhirnya.
Meski sudah pensiun dan tinggal di kampung halamannya, Emanuel De Porras masih sempat membantu Mahesa Jenar pada musim 2018 . Dirinya ikut membantu manajemen PSIS untuk mencari pemain asing.
Julio Lopez
Menjadi satu diantara striker terhebat yang pernah dimiliki PSIS Semarang. Mahesa Jenar merupakan klub Indonesia pertama kali dalam kariernya pada 2003. Ia menjadi sosok sentral di lini depan PSIS.
Pria yang kini berusia 41 tahun tersebut memiliki nama akrab J-Lo dan bermodal kemampuan hebat untuk seorang striker. Musim perdananya pada 2003 ia mencetak 13 gol, sekaligus merupakan rekor pencetak gol terbanyak PSIS dalam satu musim.
Meski hanya satu musim berseragam PSIS, Julio Lopez tak dapat dilupakan oleh para penggemar Mahesa Jenar. Ia berpindah-pindah klub di tahun berikutnya seperti Persib Bandung, hingga pulang ke negaranya di Chile.
Pada musim 2007, Julio Lopez kembali bernostalgia dengan PSIS, terutama menjadi pengganti Emanuel De Porras sebagai striker mematikan. Ternyata ketajamannya belum habis, bahkan ia mampu melesakkan 20 gol.
Lagi-lagi Julio Lopez hanya semusim bertahan. Kemudian ia hijrah ke tim seperti PSM Makassar, Persiba Balikpapan, Persisam Samarinda, Persijap Jepara, dan terakhir di Persikabo Bogor.
Ebanda Timothy
Gelandang jangkar asal Kamerun yang bisa dibilang paling sukses berseragam PSIS. Ia menjadi satu di antara tokoh kunci kesuksesan PSIS menjuarai Liga Indonesia pada 1999.
Momen yang tak bisa dilupakan oleh publik PSIS atas jasa Ebanda Timothy adalah pada musim tersebut. Gol melalui tandukan kepalanya dengan jenjang menjebol gawang Persija Jakarta di partai semifinal, membuat PSIS melaju ke partai puncak.
Perannya begitu sentral di lini tengah sebagai gelandang pengangkut air, mirip dengan permainan Patrick Vieira legenda Arsenal dan Prancis. Energik serta mempunyai mobilitas yang tinggi, menjadikan Ebanda Timothy selalu mengisi skuat utama.
Kebersamaan Ebanda Timothy bersama PSIS tak berlangsung lama. Pada musim 2001, dirinya hijrah ke Persija Jakarta kemudian bermain untuk Persipura Jayapura. Ia tercatat menjadi pemain asing pertama yang dimiliki Persipura, bersama Bako Sadissou.
Esiah Pello Benson
Esiah Pello Benson adalah pemain berdarah Liberia yang sudah malang melintang di sepak bola nasional. PSIS adalah tim pertama dalam kariernya di Indonesia.
Menempati posisi gelandang bertahan, ia berseragam PSIS pada 2004. Benson menjelma sebagai salah satu gelandang bertahan tangguh di era Liga Djarum Indonesia.
Perawakannya yang kekar ditambah model rambut rasta ciri khasnya, Benson dikenal memiliki tendangan geledek mematikan. Cannon ball kaki kanannya kerap membuat bek dan kiper lawan was-was.
Di PSIS, dirinya mencatatkan 23 penampilan dan mencetak tujuh gol. Benson kemudian hengkang ke PSIM Yogyakarta tahun 2006. Lantas melanjutkan kariernya di Persita Tangerang, Arema, dan Persiram Raja Ampat.
Benson nyaris kembali berseragam PSIS pada Shopee Liga 1 musim 2019. Ia ikut meramaikan seleksi pemain karena telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Gagal kembali ke PSIS, Benson juga sempat mengadu nasib untuk seleksi di Sriwijaya FC dan Kalteng Putra.