Bola.com, Sleman - PSS Sleman menapaki pasang surut kompetisi Liga Indonesia sejak medio 2000. Klub dengan warna kebesaran hijau ini sempat menjadi kuda hitam dan menyulitkan para lawannya.
Sepak terjang klub yang memiliki julukan lain Laskar Sembada ini tidak bisa dilupakan begitu saja oleh pecinta sepak bola dalam negeri. PSS Sleman tetap punya sejarah tersendiri, meski belum dapat disejajarkan dengan tim juara dan berlabel bintang lainnya.
2003 dan 2004 adalah titik terbaik PSS dengan menyegel posisi empat besar kasta tertinggi Liga Indonesia. Sebuah pencapaian apik bagi tim yang baru dibentuk tahun 1976 tersebut.
Prestasi apik PSS tidak lepas dari tangan dingin juru taktik. Seperti kebanyakan tim lainnya, PSS justru lebih sukses ketika dilatih oleh pelatih dari dalam negeri sendiri.
Bola.com merangkum sejumlah pelatih brilian yang pernah moncer ketika membesut PSS. Terutama dari medio 2000-an hingga gelaran Shopee Liga 1, PSS Sleman pernah memiliki sederet pelatih berprestasi.
Video
Suharno
Merupakan pelatih kharismatik yang mengawali era baru PSS Sleman pada awal milenium. Ia menyulap PSS, yang sebelumnya adalah tim Kabupaten, menjadi kuda hitam dan diperhitungkan lawan-lawannya.
Suharno membesut PSS pada 2001, ketika kompetisi kasta tertinggi bertajuk Liga Bank Mandiri. Suharno berhasil memaksimalkan potensi pemain-pemain muda di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Sejumlah pemain DIY diorbitkannya seperti Kahudi Wahyu, Muhammad Ansori, atau Muhammad Eksan. Bakat pemain lokal DIY ternyata mampu memberikan persaingan tersendiri di kompetisi.
Setelah berhasil membuat batu loncatan di PSS, ia menjadi pelatih kenamaan Indonesia pada tahun-tahun berikutnya. Suharno tercatat melatih PKT Bontang, Persis Solo, Persiwa Wamena, hingga Arema Cronus. Suharno meninggal dunia di usia 55 tahun pada 2015.
Daniel Roekito
Pelatih yang cukup sukses membesut tim berlogo Candi ini. Daniel Roekito dipercaya mengemban tugas pada musim 2004 menggantikan Yudi Suryata. Tugasnya adalah mempertahankan prestasi PSS Sleman di papan atas waktu itu.
Daniel mempertahankan pemain-pemain terbaik PSS dari musim sebelumnya. Seperti Joice sorongan, Nugroho Andrianto, Anderson da Silva, M. Soleh, M. Ansori, Slamet Riyadi, Fajar Listiantoro, Yuniarto Budi, Bona Simanjuntak, dan Seto Nurdiyantoro.
PSS mengalami musim yang menjanjikan. Permainan cepat dan ngotot sangat ditakuti tim-tim lawan saat itu. Tidak hanya jago kandang, PSS juga mencatat mengalahkan tuan rumah Persita Tangerang, Semen Padang, hingga Persebaya Surabaya.
Pada akhirnya dengan tangan dingin Daniel Roekito, PSS berhasil memenuhi target di awal musim, yakni mempertahankan posisi empat di klasemen akhir Divisi Utama di bawah Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan Persija Jakarta.
Herry Kiswanto
Publik mengenalnya sebagai pemain tim nasional terbaik, terutama pada era 1980-an. Herry Kiswanto adalah bek terbaik pada masanya, bahkan ia belum pernah sekalipun mengoleksi kartu merah.
Jejak Herry Kiswanto sebagai pelatih pun sempat tergolong sukses. Terutama ketika membesut PSS Sleman pada musim 2014. Ia nyaris membawa tim kebanggaan Kabupaten penghasil Salak tersebut menembus semifinal Liga 2.
Sayangnya, aksi dagelan sepak bola gajah mewarnai timnya melawan PSIS Semarang di partai terakhir babak delapan besar. Peristiwa yang sekaligus mencoreng dirinya, mengingat Herry Kiswanto dikenal sebagai sosok yang sportif.
Terlepas dari tragedi sepak bola gajah, PSS di bawah naungannya mampu menjadi kekuatan utama di kasta kedua. Ia berhasil membawa perubahan besar di PSS dengan skuat mentereng ketika itu.
Kedalaman skuat yang merata antarposisi, PSS cukup disegani dan dijagokan promosi ke ISL. Herry Kiswanto kembali membesut PSS pada musim 2018. Namun, ia memilih mundur di tengah jalan dan posisinya digantikan Seto Nurdiyantoro yang langsung sukses dengan gelar juara.
Seto Nurdiyantoro
Legenda sejati klub PSS Sleman, karena kesuksesan baik saat menjadi pemain maupun pelatih. Seto merupakan produk sepak bola Sleman dan menjadi pemain PSS pada era pertengahan medio 2000an.
Putra daerah asli Kabupaten Sleman ini menjadi pelatih muda terbaik saat menangani Elang Jawa setidaknya dalam dua musim terakhir.
Seto berhasil membawa PSS menjuarai Liga 2 musim 2018. Hebatnya lagi ia mampu membawa PSS sebagai tim kuda hitam pada musim pertamanya di Liga 1. Dapat bersaing hingga menyegel peringkat delapan klasemen akhir di Shopee Liga 1 2019.
Sayangnya kebersamaan Seto dengan PSS tak berlangsung lama. Manajemen klub tidak memperpanjang kontrak sang pelatih. PSS menunjuk pelatih asal Spanyol, Eduardo Perez Moran, meski akhirnya menggantinya kembali dengan Dejan Antonic.
Seto pun hengkang dan kini berlabuh di PSIM Yogyakarta. Klub Liga 2 yang juga sudah tidak asing lagi baginya. PSIM merupakan tim profesional pertama yang ia latih pada 2013.