Bola.com, Jakarta - Pemain naturalisasi Indonesia, Greg Nwokolo, tak percaya dengan adanya praktik suap di Timnas Indonesia pada final Piala AFF 2010. Greg menilai tudingan tentang praktik kotor tersebut sangat tak masuk akal.
Tudingan praktik suap pada final Piala AFF 2010 mengemuka karena kekalahan Timnas Indonesia dalam laga leg 1 itu dianggap janggal. Ketika itu, para pemain dianggap sengaja membiarkan pemain Malaysia dengan mudah menyerang.
Contohnya adalah blunder yang dilakukan Maman Abdurrahman. Kasus ini kembali mengemuka pada pegujung 2018 seiring maraknya kasus mafia sepak bola.
Namun, Greg menilai hal semacam itu wajar terjadi dalam laga sepak bola. Pemain berusia 34 tahun itu menilai tudingan terhadap Maman dan para pemain lainnya dianggap berlebihan.
"Saya tak percaya ada match fixing pada kejadian itu. Alasan yang menyebut mereka melakukan match fixing itu tidak masuk akal. Tidak ada pemain yang bunuh diri dan tidak ada pemain yang asal menendang bola. Itu hanya kesalahan dalam mengantisipiasi bola saja," kata Greg Nwokolo dalam sesi perbincangan di akun Youtube Roy Ricardo.
"Dia mau menutup pergerakan lawan dengan badan, namun penyerang lawan sudah membaca serta lebih cepat darinya. Hal-hal begitu terjadi di sepak bola," ucap Greg Nwokolo.
Menurut Greg, tidak elok menjadikan pemain sebagai kambing hitam ketika timnya kalah. Insiden itu sangat miris karena sudah terjadi delapan tahun silam dan masih disinggung publik.
"Jangan ketika orang salah, ada yang mencari kambing hitam. Saya tidak membela mereka, saya objektif. Bayangkan kamu berjuang untuk negara, sudah memberikan segalanya untuk Timnas Indonesia, dan delapan tahun kemudian kamu dibilang melakukan match fixing," tegas Greg Nwokolo.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Spesialis Runner-up
Dalam laga tersebut, Timnas Indonesia akhirnya kalah telak dengan skor 0-3. Pada leg kedua, Tim Merah Putih sejatinya berhasil memenangi laga dengan skor 2-1.
Namun, kemenangan itu sia-sia karena Timnas Indonesia kalah dengan agregat 2-4. Timnas Indonesia akhirnya harus puas menjadi runner-up.
Piala AFF sejak saat itu sampai sekarang selalu menjadi momok buat Timnas Indonesia. Timnas Merah Putih didaulat sebagai spesialis runner-up karena belum pernah juara meskipun sudah bermain sebanyak lima kali di final.