Mantan Kiper Arema Curhat Kondisi Sepak Bola dan Pandemi Virus Corona di Timor Leste

oleh Gatot Susetyo diperbarui 28 Apr 2020, 09:45 WIB
Mantan kiper Arema 1991-1992, Nanang Hidayat. (Bola.com/Gatot Susetyo)

Bola.com, Dili - Tahun ini menjadi masa ujian berat bagi Nanang Hidayat. Mantan kiper Arema 1991-1992 itu sedang meniti karir sebagai pelatih kiper di klub Lalenok FC Dili, Timor Leste.  Namun, pria yang berdomisili di NTB ini malah menghadapi berbagai cobaan yang sebelumnya tak pernah terlintas di benaknya.

Timor Leste juga ikut terdampak pandemi virus corona, yang berimbas penghentian Liga Futebol Amadora oleh pemerintah setempat.  Nanang Hidayat terpaksa isitrahat dari aktivitas melatih para kiper Lalenok FC.

Advertisement

"Seharusnya liga di sini dimulai 26 April 2020. Tapi ditunda sampai pandemi virus corona hilang dari Timor Leste," kata Nanang kepada Bola.com, Senin (27/4/2020). 

Sejak teken kontrak dua bulan lalu, Nanang Hidayat bersama Yance Metmey sempat membawa juara Liga Amadora itu melawan PSM Makassar pada kualifikasi Piala AFC di Makasar dan Bali. Akibat hasil buruk dari dua laga tersebut, Yance Metmey diberhentikan oleh manajemen.

"Sekarang saya sendiri di sini. Sebelumnya ada coach Yance sebagai teman ngobrol. Saya merasa suntuk juga di mes. Apalagi pemerintah Kota Dili juga memberlakukan aturan cukup ketat dalam penanganan COVID-19 ini. Alhamdulillah, penderita corona di Dili tak banyak," katanya.

Praktis Nanang Hidayat telah dua bulan bekerja di Lalenok FC. Namun dia bisa merasa lega karena gajinya lancar.

"Kami tak ada aktivitas latihan, tapi gaji tetap lancar. Gaji saya juga dibayar penuh tiap bulan. Ini yang bisa mengobati kegundahan saya," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Menjalani Ibadah Ramadhan Sendirian

Sebenarnya, dari hati kecilnya, Nanang Hidayat ingin pulang ke Indonesia. Tapi hasrat itu harus dipendam dalam-dalam. Pemerintah Timor Leste menutup semua penerbangan yang masuk dan keluar negara itu.

"Saat situasi seperti ini, jujur saya ingin pulang ke Indonesia dan berkumpul dengan keluarga. Tapi gimana lagi, di sini sama sekali tak ada jadwal penerbangan. Saya hanya bisa terus berdoa agar Allah SWT segera mengangkat pandemi corona ini," ujarnya.

Hati Nanang Hidayat makin teriris karena harus menjalani ibadah Ramadhan dalam kesendirian di negeri orang. Dia juga tak bisa menunaikan ibadah Salat Jumat dan Tarawih, karena satu-satunya masjid di Kota Dili ditutup pemerintah setempat.

"Kalau ingat keluarga rasanya makin galau saja. Tapi saya tetap bersyukur di sini mudah cari makanan Indonesia. Kalau sedang suntuk, saya ngobrol dengan orang-orang Indonesia yang jualan makanan di sekitar mes," ucapnya.