Bola.com, Jakarta - Cristiano Ronaldo datang ke Manchester United dari Sporting Lisbon pada 2003 saat masih berusia 18 tahuh. Meskipun sudah menunjukkan sebagai pemain bertalenta, ia masih jauh dari matang.
Cristiano Ronaldo belum memiliki kepercayaan tinggi dan masih lebih suka pamer kemampuan untuk membuat orang lain terkesan. Perlahan dia berubah.
Dalam tempo enam tahun di Manchester United, Ronaldo berubah dari remaja yang berbakat tapi belum matang, menjadi pemain papan atas dunia. Bahkan, pada 2008 dia meraih gelar Ballon d'Or yang menahbiskan kualitasnya sebagai pesepak bola hebat.
Ronaldo pindah ke Real Madrid pada 2009 dengan menyandang status pemain termahal di dunia. Dia juga sudah mengantongi trofi Liga Champions serta berderet gelar di kancah domestik.
Sosok yang paling berperan dalam transformasi luar biasa Cristiano Ronaldo itu tak lain manajer legendaris Manchester United, Sir Alex Fergsion.
Bagaimana cara Sir Alex Ferguson mengubah Cristiano Ronaldo dari remaja yang masih naif menjadi salah satu pemain terbaik dunia? Berikut ini beberapa resep rahasianya.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
1. Berperan Jadi Ayah
Ronaldo masih berusia 20 tahun ketika sang ayah meninggal karena penyakit liver. Semasa hidupnya, ayah Ronaldo bermasalah dengan alkohol.
Setelah ayahnya meninggal, Ronaldo melihat Ferguson sebagai pengganti sosok panutan bagi dirinya. Beruntung, Ferguson bisa memenuhi ekspektasi Ronaldo tersebut.
Ferguson bukan hanya mengajari Ronaldo tentang sepak bola, tetapi juga membantu Ronaldo menghadapi kerasnya kehidupan, terutama untuk menghindari sindrom selebritas yang kerap menjangkiti pemain bola yang kariernya melejit.
Ronaldo tak pernah membantah peran besar Ferguson dalam hidupnya. "Alex Ferguson adalah ayah bagi saya," ujar Ronaldo, dalam berbagai wawancara.
2. Asah Kepercayaan Diri
Ketika tiba di Old Trafford, Cristano Ronaldo awalnya berpikir akan mengenakan nomor punggung 28 seperti yang dipakainya di Sporting Lisbon.
Namun, Fergie malah menyuruh Ronaldo mengambil jersey nomor 7 yang sebelumnya dikenakan pemain-pemain hebat MU seperti David Beckham, Eric Cantona, Bryan Robson, dan George Best.
Ini langkah pertama Ferguson mengasah kepercayan diri Ronaldo dan menanamkan dalam diri sang pemain supaya tak tertandingan dan menjelma jadi pemain terbaik.
3. Bersikap Keras
Ferguson menyadari Ronaldo memiliki potensi yang sangat besar, tapi harus ditangani dengan tepat. Meskipun bisa bertindak sebagai "ayah", tapi Ferguson juga tak ragu-ragu memberikan hairdryer treatment kepada pemain asal Portugal itu.
Pada musim kedua Ronaldo di Old Trafford, Ferguson menyemprotnya dengan kemarahan meledak-ledak setelah Manchester United kalah dari Benfica di Liga Champions.
Jurnalis Spanyol, Guillem Balague, menulis kisah itu di buku yang ditulisnya. Ferguson saat itu memarahi Ronaldo di depan semua pemain.
"Kamu pikir dirimu siapa? Berusaha bermain sendiri? Kamu tak akan pernah jadi apa-apa kalau seperti ini!"
Momen tersebut disebut-sebut melecut Ronaldo untuk terus memperbaiki diri dan mengembangkan kemampuannya.
4. Bikin Ronaldo Bermain Efektif.
Ronaldo tiba di Inggris sebagai winger yang suka pamer skill di lapangan, dalam menggocek bola, menguasai bola terlalu lama, dan pamer aksi lainnya.
Meskipun trik-triknya menarik, beberapa pemain Manchester United lainnya menyebut Ronaldo menyia-nyiakan bakat. Aksi hiburan ala Ronaldo itu dinilai tidak sesuai karakter permainan MU.
Ferguson tidak tinggal diam. Dia mengajari Ronaldo cara bermain lebih efektif dan bagaimana mengontrol bola lebih baik. Hasilnya, Ronaldo bermain lebih efektif dan lebih tajam. Setelah itu, Ronaldo melahirkan lebih banyak gol.
5. Pengorbanan
Salah satu alasan utama Ruud van Nistelrooy dijual ke real Real Madrid karena bertikai dengan Ronaldo di kompleks latihan.
Pemain asal Belanda itu lebih menyukai umpan-umpan silang seperti saat David Beckham masih di MU, sedangkan Ronaldo lebih kental dengan pendekatan dribel bola. Keduanya sempat adu mulut, dan Nistelrooy menyindir Ronaldo sebagai anak emas Carlos Queiros yang saat itu jadi asisten pelatih di MU.
Ferguson tidak tinggal diam. Dia mendukung Ronaldo, serta langsung menjual Nistelrooy ke Real Madrid pada musim panas. Padahal saat itu Nistelrooy merupakan mesin gol Setan Merah.
Ferguson tahu apa yang perlu dilakukan untuk klubnya. Dua musim berselang Ronaldo mencetak 31 gol di liga, unggul 6 gol atas raihan terbaik untuk United dalam satu musim.
Setelah itu Ronaldo dengan cepat menjelma menjadi pemain istimewa, tangguh, dan skill yang kian gemilang.
Sumber: dari berbagai sumber.