Olimpiade Tokyo Sulit Terwujud jika Belum Ada Vaksin Virus Corona

oleh Marco Tampubolon diperbarui 28 Apr 2020, 17:30 WIB
Seorang pria mengenakan masker pelindung berjalan di terowongan sebuah stasiun metro di Tokyo, Jepang, 11 Maret 2020. Pandemi virus corona COVID-19 membuat Jepang dilema untuk tetap menggelar Olimpiade 2020. (Photo by Philip FONG/AFP)

Jakarta Olimpiade Tokyo 2020 yang diundur hingga 2021 sulit digelar tanpa vaksin penangkal virus corona. Pendapat ini disampaikan oleh Asosiasi Kesehatan Jepang (JMA), Selasa (28/4/2020).

Pandemi virus Corona Covid-19 telah memaksa IOC dan pemerintah Jepang menunda Olimpiade Tokyo 2020. Ajang olahraga multi-cabang yang seharusnya berlangsung mulai Juli mendatang diundur setahun menyusul penyebaran virus Corona yang belum terkendali hingga kini.

Advertisement

"Saya tidak mengatakan Jepang seharusnya atau tidak seharusnya menjadi tuan rumah Olimpiade, tapi itu bukan perkara mudah untuk dilakukan," ujar Presiden JMA, Yoshitake Yokokura seperti dilansir Channel News Asia.

Yokokura juga meminta pemerintah Jepang untuk memperbanyak tes Covid-19. Sebab menurutnya, pengujian yang dilakukan saat ini tidak cukup luas untuk menilai apakah penyebaran virus tersebut sedang menurun atau tidak di Jepang.

Dalam kesempatan yang sama, Yokokura juga mengaku kecewa dengan kurangnya baju pelindung yang memadai bagi tim medis.

Sebelumnya, seorang profesor dari University of Edinburg, Devi Sridhar, berpendapat sama. Menurutnya, Olimpiade Tokyo 2020 sulit dilaksanakan tanpa kehadiran vaksin Covid-19. Dan untuk mendapatkan serum penangkal tersebut, dibutuhkan waktu setidaknya setahun lamanya.  

Video

2 dari 3 halaman

Pukulan Telak

Pekerja berjalan di kapal tongkang yang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 merupakan pukulan telak bagi Jepang. Apalagi Negeri Sakura itu sudah menghabiskan dana sebesar 13 miliar USD untuk mempersiapkan ajang tersebut.

Sejak pandemi virus Covid-19 mulai merebak di Wuhan, Cina, akhir tahun lalu, nasib Olimpiade Tokyo 2020 memang kerap mengundang tanda tanya. Tidak sedikit pihak yang meminta ajang ini ditunda mengingat penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat dan telah menimbulkan banyak korban. 

Saat ini, virus yang belum ditemukan vaksin penangkalnya itu sudah tersebar di lebih dari 200 negara, termasuk Jepang. Saat ini jumlah kasus di seluruh dunia sudah menembus angka 3 juta jiwa di mana 200 ribu di antaranya meninggal dunia. 

 

 

3 dari 3 halaman

Akhirnya Melunak

Aktris Yunani Xanthi Georgiou sebagai Imam Besar menyalakan obor saat upacara penyalaan api Olimpiade Tokyo 2020 di Kota Tua Olympia, Yanani, Kamis (12/3/2020). Belum ada keputusan apakah Olimpiade Tokyo 2020 bakal ditunda atau dibatalkan akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Thanassis Stavrakis)

Jepang dan IOC awalnya bersikukuh ingin menggelar Olimpiade Tokyo 2020 sesuai jadwal. Bahkan prosesi pengambilan api untuk obor Olimpiade sempat digelar.

Namun seiring bertambahnya jumlah korban Covid-19, IOC memutuskan untuk menunda perhelatan akbar tersebut. Setelah itu, pemerintah Jepang juga menetapkan status darurat nasional di negaranya menyusul peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan.

Sejumlah laboratorium di seluruh dunia tengah berlomba-lomba membuat vaksin penangkal Covid-19. Sebagian bahkan sudah ada yang diuji coba ke manusia.

Meski demikian, proses yang harus dijalani sebelum benar-benar bisa digunakan masih cukup panjang. Mulai dari efektifitasnya, hingga keamanannya. Dan untuk memproduksi secara massal juga dibutuhkan waktu berbulan-bulan.

Sumber: Channel News Asia

Disadur dari: Liputan6.com (Marco Tampubolon, published 28/4/2020)