Kisah Gianluigi Lentini: Rekor Transfer dan Magis yang Meredup Akibat Kecelakaan Mobil

oleh Rizki Hidayat diperbarui 29 Apr 2020, 10:43 WIB
Gianluigi Lentini - Torino dan AC Milan (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - "Gianluigi Lentini adalah pemain yang memiliki bakat yang sangat besar... Cepat, kuat, unggul dalam fisik. Dia sangat bagus," Fabio Capello, pelatih AC Milan 1991 sampai 1996.

Lahir dari keluarga asal Sisilia, Lentini menimba ilmu di akademi sepak bola Torino. Setelah ditempa di akademi, pria yang akrab disapa Gigi itu tak langsung mendapat kesempatan memperkuat tim senior. Lentini yang ketika itu berusia 18 tahun dipinjamkan ke Ancona, klub yang baru promosi ke Serie B pada awal musim 1988-1989.

Advertisement

Penampilan Lentini bersama Ancona cukup memuaskan. Berdasarkan data di Transfermarkt, pria yang lahir di Carmagnola, Piedmont itu berhasil mencetak empat gol dari 45 pertandingan di seluruh ajang.

Sayangnya, ketika kembali ke Torino pada musim panas 1989, Gianluigi Lentini lagi-lagi harus berlaga di Serie B. Il Toro berada di peringkat ke-15 dari 18 klub, dan terlempar ke kasta kedua untuk musim 1989-1990.

Bersama Torino, kemampuan Gigi Lentini semakin terasah. Piawai bermain di kedua sisi sayap, unggul dalam kecepatan, kreatif, memiliki umpan datar dan crossing yang terukur, plus tendangan akurat, Lentini menjadi sosok penting di lini serang Torino. Berkat peran Lentini, Il Toro menjuarai Serie B 1989-1990 dan mendapatkan tiket promosi ke Serie A.

Berstatus tim promosi, Torino tampil mengejutkan pada musim 1990-1991. Diasuh Emiliano Mondonico dan dikomandoi Gianluigi Lentini di lini serang, Torino finis di peringkat kelima klasemen Serie A dengan nilai 38, unggul satu angka atas sang rival sekota, Juventus, di urutan ketujuh.

Pada musim berikutnya, karier Lentini semakin bersinar dan namanya kian dielu-elukan tifosi Torino. Gianluigi Lentini berhasil mencetak sembilan gol dan tiga assist dari 49 pertandingan, serta turut membawa Il Toro finis di peringkat ketiga klasemen akhir Serie A 1991-1992.

Bukan hanya itu, dia berkontribusi besar mengantarkan Torino menembus final Piala UEFA (sekarang Liga Europa). Namun pada final yang berlangsung dua leg tersebut, Torino kalah agresivitas gol tandang dari Ajax Amsterdam.

Pada laga pertama yang berlangsung di markas Torino, Stadio delle Alpi, Turin, skor berakhir imbang 2-2. Adapun pertemuan kedua di Olympic Stadium, Amsterdam, kedua tim bermain 0-0.

Penampilan impresif Gianluigi Lentini bersama Torino membuatnya untuk pertama kali mendapat panggilan memperkuat Timnas Italia. Dua klub raksasa Serie A, AC Milan dan Juventus, juga kepincut dengan performa Gigi.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Pecahkan Rekor Transfer

Gianluigi Lentini menjadi pemain dengan nilai transfer termahal di dunia setelah ditebus AC Milan dari Torino dengan harga 13 juta poundsterling pada musim panas 1992. (dok. AC Milan)

Jelang musim 1992-1993, Milan dan Juve terlibat persaingan sengit dalam merekrut pemain bintang pada bursa transfer musim panas. I Rossoneri lebih dulu memecahkan rekor transfer dengan mendatangkan Jean-Pierre Papin dari Marseille dengan harga 10 juta poundsterling.

Tak mau kalah dari sang rival, I Bianconeri menggaet pemain dengan harga fantastis. Juventus menebus Gianluca Vialli dari Sampdoria dengan banderol 12 juta poundsterling.

Perburuan kedua tim tidak berhenti sampai di situ. Bintang Torino yang sedang naik daun, Gianluigi Lentini, masuk pusaran persaingan kedua tim elite Italia tersebut. Milan dan Juventus sama-sama ngebet mendapatkan jasa Lentini.

Milan yang kala itu ditangani Fabio Capello, berhasil meyakinkan Presiden I Rossoneri, Silvio Berlusconi, untuk memboyong Gigi Lentini ke San Siro. Berlusconi pun mengucurkan dana 13 juta poundsterling demi mewujudkan keinginan Capello memiliki Lentini di AC Milan.

Dengan nilai tersebut, Gianluigi Lentini yang masih berusia 23 tahun menyandang status pemain dengan nilai transfer termahal di dunia ketika itu. Beragam reaksi muncul terkait banderol Lentini.

Media Italia menyebut perputaran uang di sepak bola sudah tak terkendali, sedangkan Vatikan menganggap transfer itu sebagai "pelanggaran terhadap martabat pekerjaan", adapun tifosi Torino berunjuk rasa mengecam keputusan petinggi klub yang menjual pahlawan mereka ke klub rival.

Meski dibeli dengan harga yang tak murah, Gianluigi Lentini mampu membayar lunas dengan penampilan impresif di lapangan. Dia berhasil menyumbang delapan gol dan 10 assist dari 46 pertandingan di seluruh ajang.

Pria yang kini berusia 51 tahun tersebut juga berperan membantu AC Milan mempertahankan trofi Serie A, menjuarai Supercoppa Italia 1992, dan runner-up Liga Champions 1992-1993.

3 dari 3 halaman

Meredupnya Karier Gigi Lentini Akibat Kecelakaan

Gianluigi Lentini hanya mencatatkan 16 gol dari 96 penampilan bersama AC Milan di seluruh ajang. (dok. AC Milan)

Pada Agustus 1993, Gigi Lentini memutuskan pulang ke Turin setelah menjalani laga pramusim, Torneo del Centenario di Genoa, bersama AC Milan. Dia kembali ke kampung halamannya dengan mengendarai Porsche 911.

Lentini memacu mobil keluaran Jerman itu hingga kecepatan 200 km/jam. Nahas, mobil yang dikendarai Gigi Lentini mengalami kecelakaan hebat. Mobil tersebut terbalik sebelum akhirnya terbakar di jalanan kota Villafranca d'Asti.

Gigi Lentini ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri oleh seorang pengemudi truk dan langsung membawanya ke rumah sakit di kota Turin. Akibat kecelakaan itu, Lentini mengalami patah tulang tengkorak, rongga mata yang rusak, dan mengalami koma ringan selama dua hari.

"Saya mengirimkan doa terbaik kepada Lentini, dan berharap dengan tubuh yang kuat dia akan pulih dengan cepat dan dapat bermain lagi," ujar Silvio Berlusconi pada 4 Agustus 1993.

Dibekap luka yang cukup serius, Lentini diprediksi tidak akan mampu kembali tampil di lapangan. Ajaibnya, Gianluigi Lentini berhasil pulih total. Fabio Capello memberi kesempatan kepada Lentini untuk tampil saat AC Milan bersua Piacenza pada leg pertama 16 besar Coppa Italia, 10 November 1993.

Namun, Gigi Lentini bukan pemain yang sama seperti beberapa musim sebelumnya. Masuk ke lapangan pada menit ke-87, penampilan Lentini pada pertandingan kontra Piacenza jauh dari kata memuaskan. Dia seperti kehilangan sentuhan magis di kakinya.

Capello terus berupaya memotivasi Lentini dan memberinya kesempatan untuk tampil di lapangan. Akan tetapi, kecelakaan tersebut memengaruhi kondisi Gianluigi Lentini secara fisik dan mental.

"Anda bisa melihat kemampuannya, bagaimana dia sebelum kecelakaan dan setelah kecelakaan, keseimbangannya benar-benar berbeda," ujar rekan setim Lentini di AC Milan, Marcel Desailly.

Sejak saat itu, Gianluigi Lentini lebih banyak duduk di bangku cadangan. Dari musim 1993-1994 sampai musim 1995-1996, total dia hanya bermain 33 kali. Meski jarang tampil, dia juga ikut merasakan trofi juara Serie A 1993-1994 dan 1995-1996, Liga Champions 1993-1994, serta Supercoppa Italia 1993 dan 1994 bersama I Rossoneri.

Pada musim 1996-1997, AC Milan meminjamkan Lentini ke Atalanta, sebelum akhirnya dilepas ke Torino dengan harga 2 juta poundsterling pada musim panas 1997.

Selepas dari Torino, Gianluigi Lentini memperkuat sejumlah klub Serie C dan D. Pesepak bola yang kariernya meredup akibat kecelakaan itu pun akhirnya pensiun bersama klub Carmagnola pada akhir musim 2011-2012, ketika memasuki usia 43 tahun.

Sumber: Worldsoccer, These Football Times, Transfermarkt