Bola.com, Malang - Tak sepenuhnya karier pesepak bola profesional berjalan mulus. Seperti yang dialami mantan pemain Arema FC, Fariz Bagus Dhinata.
Karier nya sebagai pesepak bola terhenti oada usia emas, yakni 26 tahun. Jebolan Akademi Arema ini tak melanjutkan pekerjaan sebagai pemain karena kecelakaan yang membuatnya patah tulang tangan.
“Waktu itu tahun 2016. Sehari jelang tanda tangan kontrak dengan sebuah klub. Saya patah tulang tangan. Sejak itu saya berhenti. Ayah saya menawarkan mencoba bisnis yang selama ini sudah dalam dijalaninya. Jadi berbisnis sapi,” kata Fariz.
Bisnis sapi yang dimaksud bukan sebagai peternak sapi, tapi jual beli sapi alias belantik.
Sebenarnya, karier Fariz sebagai pesepak bola tak terlalu jelek. Dia promosi ke tim senior Arema saat menjadi juara ISL 2010. Setelah itu, dia memperkuat Arema Indonesia yang bermain di kompetisi IPL hingga 2012. Kariernya mulai meredup ketika membela Pelita Bandung Raya musim 2014-2015.
“Kalau ditanya apa ingin main bola lagi, tentu masih. Tapi klub mana yang mau menerima,” katanya.
Sejak empat tahun terakhir, Fariz sudah tidak bermain di klub profesional. Dia lebih sibuk jadi penjual sapi ketimbang main bola. Pemain yang sempat dipanggil Timnas Indonesia U-23 versi IPL ini mengaku tidak malu menekuni pekerjaan tersebut.
“Bagi saya, yang penting halal,” kata pria yang seangkatan dengan Ahmad Alfarizi dan Dendi Santoso di Akademi Arema FC.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Generasi Emas Akademi Arema
Bicara mengenai pemasukan, ternyata bisnis ini juga tak kalah dari gaji pesepak bola. Ia bisa mendapat pemasukan puluhan juta rupiah dalam sebulan. Jika mendekati hari raya Idul Adha, pendapatannya naik drastis.
Tapi, Fariz mengaku tidak mudah mempelajari bisnis ini, meskipun dia dibimbing langsung oleh ayahnya. Fariz butuh waktu 3 bulan sampai 1 tahun bisa mahir dalam jual beli sapi.
“Lumayan susah belajarnya. Harus tahu bagaimana sapi yang bagus. Bisa memprediksi juga satu sapi menghasilkan berapa kilo daging. Sekarang aktivitas saya ambil sapi dari daerah Jawa Timur seperti Tulungagung, Kediri Blitar lalu dijual ke pasar daerah Malang. Seminggu sekali juga kirim satu truk ke Jawa Barat. Selain itu, saya juga masih turun tangan saat merawat sapi di kandang,” jelasnya.
Meski bisnisnya berhasil, Fariz sebenarnya belum bisa move on dari sepak bola. Dia mengaku beberapa kali masih bermain bola di waktu senggang untuk melepas rindu dengan lapangan hijau.
Fariz merupakan generasi emas Akademi Arema FC. Dia satu angkatan dengan Ahmad Alfarizi dan Dendi Santoso yang kini masih jadi tulang punggung tim Singo Edan.