Suka dan Duka Pemain Asing Persebaya Jalani Puasa Ramadhan Selama 18 Jam

oleh Aditya Wany diperbarui 30 Apr 2020, 22:15 WIB
Mahmoud Eid (Sumber: Instagram/mahheeid)

Bola.com, Swedia - Pemain asing Persebaya Surabaya, Mahmoud Eid, menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan durasi yang cukup panjang. Pemain berusia 26 tahun itu harus menahan lapar dan dahaga selama hampir 18 jam di negara asalnya, Swedia.

“Kami mulai puasa pukul 03.30 (waktu setempat) sampai pukul 20.45 baru bisa berbuka. Jadi, hampir 18 jam saya berpuasa. Situasinya memang seperti ini dan kami harus menjalaninya,” ungkap Mahmoud Eid saat dihubungi Bola.com, Kamis (30/4/2020).

Advertisement

Kondisi itu harus dihadapi oleh Mahmoud mengingat Swedia merupakan negara yang terletak di Eropa Utara. Semakin mendekati kutub utara, maka masyarakat setempat harus berpuasa dengan durasi lebih lama. Apalagi, sekarang musim semi dan menjelang musim panas.

Pemain berdarah Palestina itu masih beruntung karena tinggal di Nykoping, kota yang terletak di sisi selatan Swedia. Durasi puasa yang harus mereka jalani tidak lama seperti wilayah utara yang bisa mencapai 21 jam berpuasa.

“Ini pun durasinya akan bertambah karena waktu berbuka jadi makin malam. Setiap hari bertambah sekitar dua menit. Musim panas di Swedia dimulai awal Juni. Bisa jadi nanti kami berpuasa sampai 19 jam juga,” tutur pemain Persebaya Surabaya itu.

Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.

 

Video

2 dari 2 halaman

Tidak Terkendala

Gelandang asing Persebaya Surabaya, Mahmoud Eid. (Bola.com/Aditya Wany)

Apa yang dialami oleh Mahmoud Eid tentu saja berbeda dengan umat muslim di Indonesia. Ketika berada di negara tropis, hanya diperlukan sekitar 13 jam saja untuk berpuasa dan tidak banyak perubahan durasi berpuasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

“Situasinya tahun ini lebih mudah buat kami. Tahun lalu, kami malah berpuasa sampai 20 jam, maghrib pukul 22.00 atau 23.00. Subuh sekitar pukul 03.00. Jadi, baru saja berbuka puasa dan dilanjutkan salat terawih, kami sudah harus bersiap sahur lagi,” ungkap Mahmoud sambil tertawa.

Kendati demikian, Mahmoud tidak pernah mengalami kendala harus menjalani ibadah puasa dengan durasi panjang. Dia sudah terbiasa dengan hal ini. Maklum, dia sudah lahir dan besar di Swedia. Situasinya akan berbeda saat Ramadhan jatuh pada musim dingin.

“Kalau musim dingin lebih pendek tentu saja, karena malamnya lebih panjang. Saya sudah merasakan semua seperti apa. Saat musim panas, di sini suhunya antara 10 sampai 15 derajat celcius. Semuanya berjalan dengan baik,” ujar pemain Timnas Palestina itu.

Mahmoud tinggal bersama keluarganya yang merupakan imigran asal Palestina. Meski berpuasa dengan durasi panjang, dia masih bisa menikmati Ramadhan bersama orang-orang terdekatnya.

Berita Terkait