Bola.com, Jakarta - Gelandang serang Persebaya Surabaya, Mahmoud Eid, menikmati momen-momen kebersamaan dengan keluarga saat menjalani karantina mandiri corona COVID-19 di sepanjang bulan Ramadhan ini. Begitu kompetisi Shopee Liga 1 2020 diliburkan, ia langsung mudik ke Swedia.
Pemain berusia 26 tahun itu mengakui Ramadhan kali ini begitu spesial karena bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga sebulan penuh.
Pria berpaspor Swedia dan Palestina itu memilih pulang berkumpul dengan seluruh keluarganya di Nykoping, selatan Swedia. Ia tinggal bersama ibunya di rumah tersebut.
Mahmoud Eid mengatakan masakan ibunya menjadi sesuatu yang istimewa selama Ramadan.
Sang ibu memasak cukup banyak untuk seluruh anggota keluarga berbuka.
"Masakan ibu saya sangat lezat. Biasanya seluruh anggota keluarganya datang ke rumah untuk makan bersama saat berbuka puasa," kata Mahmoud Eid.
Mahmoud Eid mengungkapkan masakan ibundanya adalah menu-menu khas Arab. Hidangan itu juga dilengkapi dengan teh dan kopi.
"Sebagai hidangan pelengkap, ibu juga membuat banyak kue," terang Mahmoud Eid.
Baru dua pekan pulang ke Swedia, Mahmoud Eid mengaku sudah rindu dengan atmosfer Surabaya.
“Saya merindukan semua pemain. Staf pelatih serta suporter. Karena saya merasa kami seperti keluarga,” kata pemain berpaspor Palestina tersebut.
Lantas, di antara seluruh pemain, siapa yang paling dirindukan? Pemain 26 tahun tersebut mengaku David da Silva.
Pasalnya, sebelum kembali ke Swedia, Mahmoud selalu menghabiskan waktu bersama striker asal Brasil itu.
“Selama latihan libur di Surabaya, saya pindah dan tidur di kamar Da Silva. Kami melakukan apa pun bersama-sama,” ungkapnya.
Karena itu, Mahmoud mengaku selalu menjaga komunikasi dengan Da Silva, begitupun dengan pemain. “Saya juga sangat rindu bisa berlatih di lapangan bareng teman-teman,” tambahnya.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Video
Bebas Rasisme di Swedia
Ramadhan di Swedia yang dilakoni oleh Mahmoud berjalan seperti biasanya. Swedia merupakan negara masyarakat muslim sebagai minoritas. Namun, pemerintah negara Skandinavia itu memberikan fasilitas kepada seluruh pemeluk agama tanpa terkecuali.
Keluarga Mahmoud Eid terbiasa menjalaninya dengan baik bersama banyak imigran yang juga berasal dari Timur Tengah. Pemerintah sekuler Swedia juga tidak pernah bertindak menyinggung SARA sehingga seluruh warga negara benar-benar dijamin memperoleh hak beragama.
“Saya tidak pernah merasakan rasisme di Swedia. Seluruh orang Swedia ramah, mereka tidak melihat latar belakang ras atau agama. Pemerintah juga terbuka, buktinya di sini juga banyak masjid,” imbuh pemain Timnas Palestina yang pada musim 2020 ini pertama kali merasakan atmosfer sepak bola di Indonesia bersama Persebaya Surabaya.