Bola.com, Jakarta - Frederic Kanoute dikenang karena 'membangkang'. Namun, hal itu mendapatkan apresiasi dari banyak pihak karena pembangkangannya dilakukan karena mengikuti ajaran agama yang dianutnya, Islam.
Frederic Kanoute merupakan salah satu pemain besar dalam sejarah sepak bola Mali. Walau lahir di Prancis, dan sempat membela Prancis U-21, Frederic Kanoute memilih membela timnas senior Mali.
Pemain yang namanya berkibar bersama Sevilla tersebut mencatatkan 39 caps dan mencetak 23 gol untuk timnas Mali. Frederic Kanoute pernah meraih gelar top skor Piala Afrika pada edisi 2004, sekaligus menjadi Pemain Terbaik Afrika 2004.
Nama Frederic Kanoute melambung saat membela klub asal Spanyol, Sevilla. Duetnya dengan Luis Fabiano membuat Sevilla menjadi penantang papan atas klasemen La Liga. Performa keduanya sangat bagus pada masanya.
Frederic Kanoute lahir di Prancis. Sang ibu berasal dari Prancis, sedangkan ayahnya imigran dari Mali. Latar belakang inilah yang membuat Frederic Kanoute bisa membela timnas Mali, walau lahir di Prancis dan sempat membela Prancis U-21.
Frederic Kanoute memulai karirnya di klub top Prancis, Lyon. Kontrak senior pertama didapat pada 1997. Hanya tiga tahun di Lyon, Frederic Kanoute kemudian pindah ke Inggris untuk membela West Ham. Dia berduet dengan Paolo Di Canio.
West Ham terdedrasi pada 2003, lalu Frederic Kanoute dibeli Tottenham dengan harga 3,5 juta pounds. Namun, karirnya di London Utara tidak cukup bagus. Pasalnya, dia kalah bersaing dengan Robbie Keane dan Jerman Defoe di lini serang.
Frederic Kanoute kemudian dibeli Sevilla dengan harga 6,5 juta pounds pada 2005. Di sini lah Kanoute menemukan rumah, cinta, dan puncak karirnya.
Kanoute membawa Sevilla meraih dua gelar Liga Europa dan Copa del Rey. Sevilla juga mendapat satu gelar Piala Super Eropa dan Supercopa de Espana bersama Kanoute. Fans Sevilla sangat cinta pada Kanoute. Namanya masih abadi sampai sekarang.
Video
Menjalankan Ajaran Islam sejak Dini
Frederic Kanoute, dikutip dari beberapa sumber, mulai mempraktikkan ajaran Islam secara taat pada usia 20-an. Kanoute begitu teguh dalam menjalankan ajaran Islam. Bahkan, pada musim 2006-2007, Kanoute sempat menolak memakai jersey Sevilla.
Sebab, saat itu Sevilla mendapatkan sponsor baru yakni 888.com, yang tidak lain adalah rumah judi. Sevilla mendapat 3 juta pounds per tahun dari kerja sama tersebut dan harus menempatkan logo 888.com di bagian dada jersey musim 2006-2007.
Kanoute kemudian menolak keputusan klub. Pada laga Piala Super Eropa 2006, Kanoute menutup logo 888.com pada jersey yang dipakai dengan plester. Aksi ini mendapat sorotan, tetapi Kanoute punya alasan yang sangat kuat.
“Sesuai dengan ayat-ayat suci Al Qur’an, meminum alkohol, berjudi, memuja idola dan lotere adalah alat-alat setan untuk menyesatkan manusia. Mengapa saya meminta klub untuk menyediakan kostum yang bersih dari embel-embel perjudian itu,” kata Kanoute.
“Saya percaya klub akan merespon permintaan saya ini dengan baik. Jadi, biarkanlah saya memakai kostum tanpa logo itu,” tandas Kanoute.
Membeli Masjid
Frederic Kanoute tetap puasa pada bulan Ramadhan, walau Sevilla tengah bermain.
"Saya dapat tetap berpuasa di bulan Ramadhan bahkan ketika saya bermain, terkadang memang lebih sulit untuk tetap berpuasa karena di selatan Spanyol sangat panas, Tetapi saya bisa melakukannya, terima kasih Tuhan," ucap Frederic Kanoute.
Kanoute pernah menolak sponsor rumah judi. Kanoute tetap berpuas saat bermain. Kanoute juga tiga ragu dengan pandangan politiknya. Kanoute melakukan selebrasi gol yang berisi pesan dukungan untuk Palestina pada laga Copa del Rey 2009.
Selebrasi itu berujung kartu kuning dan denda bagi Kanoute.
Satu tindakan heroik pernah dilakukan Kanoute pada 2007. Saat itu, sebuah masjid di Ponce De Leon hendak ditutup karena izinnya sudah habis. Masjid tersebut kemudian dijual ke publik dan Kanoute membelinya.
Masjid tersebut menjadi satu-satunya masjid yang berada di kawasan Ponce De Leon. Kanoute membayar 700 ribu pounds untuk membeli masjid tersebut dan membangunnya menjadi tempat ibadah yang lebih megah di kemudian hari.
Satu tindakan heroik pernah dilakukan Kanoute pada 2007. Saat itu, sebuah masjid di Ponce De Leon hendak ditutup karena izinnya sudah habis. Masjid tersebut kemudian dijual ke publik dan Kanoute membelinya.
Masjid tersebut menjadi satu-satunya masjid yang berada di kawasan Ponce De Leon. Kanoute membayar 700 ribu pounds untuk membeli masjid tersebut dan membangunnya menjadi tempat ibadah yang lebih megah di kemudian hari.
Dari berbagai sumber
Disadur dari: Liputan 6 (Asad Arifin, published 8/5/2020)