Bola.com, Surabaya - Indonesia tidak kehabisan pelatih potensial. Satu di antaranya adalah Bonggo Pribadi. Pelatih asal Surabaya ini punya latar belakang sebagai mantan pemain nasional.
Bonggo berkiprah sebagai pemain sejak awal dekade 1990 silam. Ia bergabung dengan sejumlah klub, yakni Pelita Jaya, Assyabaab Salim Group Surabaya, Arseto Solo, hingga puncak kariernya di PSIS Semarang saat menjuarai Liga Indonesia 1999.
Bonggo tidak hanya dikenal sebagai pemain hebat di masanya. Kini dirinya merupakan seorang pelatih dengan bekal lisensi kepelatihan A-AFC yang baru saja ia dapatkan.
Setelah memutuskan gantung sepatu di tahun 2005, ia mengawali karier kepelatihan di PSIS Semarang. Satu kesuksesan gemilangnya diraih pada tahun 2006, ketika mengantarkan PSIS menembus final Liga Indonesia.
Ia kemudian melatih tim kasta bawah Persekaba Blora. Bonggo kembali membesut PSIS, lalu Persekaba Blora, Persikad Depok, PSBI Blitar, Blitar United, dan saat ini bersama PSIM Yogyakarta.
Kepada Bola.com, Bonggo menceritakan pengalaman yang cukup panjang sejak awal kariernya, menjadi pemain nasional, hingga melanjutkan kiprah sebagai pelatih. Berikut ini ulasan menarik tentang sosok Bonggo Pribadi.
Video
Jebolan Diklat Ragunan
Bonggo adalah alumnus Diklat Ragunan Jakarta. Ia menimba ilmu pada tahun 1984 sampai 1988. Di Diklat Ragunan, ia satu angkatan dengan I Made Pasek Wijaya dan Iwan Setiawan.
Setelah lulus, potensi besarnya ditangkap klub beken Pelita Jaya dan merekrutnya. Bonggo cukup lama berkostum Pelita Jaya yakni dalam rentang waktu tahun 1988 sampai 1996.
Berbagai prestasi bersama Pelita Jaya didapatkan termasuk menjuarai kompetisi Galatama. Puncak kariernya adalah menjuarai Liga Indonesia tahun 1999 bersama PSIS Semarang, setelah pindah dari Arseto Solo.
Tidak hanya sukses dalam kariernya di klub, Bonggo juga membela Timnas Indonesia, terutama pada ajang SEA Games. Pria yang semasa bermain punya posisi sebagai bek ini tampil pada SEA Games 1989 di Malaysia dan SEA Games Singapura 1993.
"Bapak saya mantan pemain meski lokalan di Surabaya. Kemudian menjadi pengawas pertandingan, saya selalu ikut. Dari situ saya mengikuti jejak beliau, menyukai olahraga ini. Saya akan selalu menggeluti sepak bola selama mungkin," terang Bonggo Pribadi dalam perbincangan, Sabtu (9/5/2020).
Sulit Melupakan Pelita Jaya
Selama puluhan tahun meniti karier sebagai pesepak bola, Bonggo palin sulit melupakan kenangan di Pelita Jaya. Delapan musim bermain untuk Pelita Jaya, membuatnya berada di tim idaman.
Selain meraih sederet prestasi, dulu Pelita Jaya merupakan sebuah tim yang pantas ditiru oleh klub lain. Terutama profesionalitas manajerial dan tim secara umum.
"Banyak orang bilang Pelita Jaya adalah sebuah tim yang profesional dan menjadi percontohan. Punya asrama, lapangan sendiri, fasilitasnya memang sangat bagus untuk sebuah tim profesional," tutur Bonggo.
Namun, Bonggo juga tak lupa menyebut PSIS sangat berjasa pada dirinya. Selain menjuarai Liga Indonesia 1998-1999, tim Mahesa Jenar menjadi batu loncatan Bonggo dalam melanjutkan karier sebagai pelatih.
Ia mengawali karier tim kepelatihan dengan menjadi asisten pelatih pada musim 2004. Ia mengasisteni Daniel Roekito, kemudian Herry Kiswanto, Bambang Nurdiansyah. Bonggo meneruskan tugas Sutan Harhara yang cukup fenomenal karena membawa PSIS runner-up Liga Indonesia pada musim 2006.
"Saat itu meski menjadi asisten pelatih, saya juga didaftarkan sebagai pemain. Sejak jadi asisten coach Daniel Roekito, saya menggantikan Eko Purjianto yang cedera, sehingga masuk didaftarkan sebagai pemain maupun asisten pelatih," beber pria berusia 51 tahun.
Bambang Nurdiansyah Sebagai Panutan
Sosok Bambang Nurdiansyah merupakan panutannya, terutama saat Bonggo berkarier sebagai pelatih. Ia membantu Banur, sapaan akrab Bambang Nurdiansyah, di PSIS pada musim 2005 dengan membawa tim itu finis di peringkat ketiga kompetisi.
Pada masa itulah, Bonggo banyak mendapatkan pelajaran berharga dari Banur. Ia menyerap banyak ilmu dari sosok Banur yang memang dikenal sebagai pelatih senior kaya pengalaman.
"Kebetulan sejak dari pemain saya begitu dekat dengan Mas Banur, menjadi asistennya juga di PSIS. Sudah saya anggap sebagai kakak saya. Menggeluti kepelatihan sampai A Pro, jadi beliau selalu menjadi panutan. Saya banyak belajar dari beliau," ujar Bonggo.
"Poin utama adalah pelatih pada dasarnya sama saja, hanya metode yang berbeda. Seorang pelatih harus dituntut untuk update dan berani melakukan perubahan. Misalnya kenapa ada taktik yang tidak jalan, maka harus pandai mengubah itu," imbuhnya.
Kolaborasi Ideal dengan Seto Nurdiyantoro
Saat ini, Bonggo Pribadi bekerja untuk tim Liga 2, PSIM Yogyakarta. Ia menjadi asisten Seto Nurdiyantoro.
Bonggo menerima pinangan Laskar Mataram tak lepas dari sosok Bambang Nurdiansyah. Selain itu, ia punya chemistry kuat dengan Seto Nurdiyantoro yang merupakan rekan setimnya saat bermain di Pelita Jaya.
"Lagi-lagi peran dari Mas Banur. Awalnya saya ditawari menjadi asistennya di PSIS. Namun karena beliau tidak diperpanjang kontraknya, saya pun diarahkan untuk ikut Seto di PSIM," paparnya.
Kolaborasi Seto dan Bonggo di PSIM disebut cukup ideal, mengingat keduanya sama-sama pelatih muda yang sarat pengalaman.
"Meski saya lebih lama dulu melatih ketimbang Seto, tapi kami saling mengisi peran. Seto yang punya lisensi kepelatihan lebih tinggi, membuat saya juga perlu banyak belajar," jelas Bonggo Pribadi mengakhiri pembicaraan.