Bola.com, Makassar - Sejak Liga Indonesia 1995-1996, PSM Makassar secara reguler memakai jasa pemain asing untuk mendongkrak performa tim. Mayoritas dari mereka berasal dari Amerika Latin dan Afrika.
Khusus dari Afrika, Juku Eja pernah memenuhi kouta pemain asingnya dari satu negara yakni Togo. Hal ini terjadi pada Liga Indonesia 2007.
Mereka adalah Ali Khaddafi, Nomo Teh Marco, Oudja Lantame dan Saibou Badarou. Keempat pemain ini bagian Timnas Togo di kualifikasi Piala Dunia 2006.
Tapi, mereka batal tampil pada putaran final di Jerman karena menolak nilai bonus yang ditetapkan Federasi Sepak Bola Togo.
Ali dan Nomo datang lebih ke Makassar untuk memperkuat PSM pada putaran pertama. Meski berstatus pemain timnas Togo, keduanya tetap wajib memperlihatkan kemampuan lebih dulu di hadapan suporter sebelum tanda tangan kontrak.
Waktu itu, seluruh tahapan seleksi berlangsung di Lapangan Karebosi yang berlokasi di tengah Kota Makassar. Peran suporter PSM dalam menentukan nasib pemain seleksi ketika itu sangat besar.
Apalagi, penopang utama operasional PSM berasal dari APBD dan pemasukan dari tiket penonton. Tak ayal, kalau suporter menyukai aksi sang pemain seleksi maka peluang berkostum PSM terbilang besar. Begitu pun sebaliknya.
Kehadiran Ali dan Nomo sudah ditunggu oleh suporter untuk dilihat kemampuannya. Sebelum keduanya datang, sudah belasan pemain asing mengadu peruntungan di PSM Makassar. Ada yang bertahan, sebagian lagi memilih pulang karena dicoret.
Video
Perjalanan Jadi Pemain PSM
Ali dan Nomo termasuk beruntung karena proses seleksi mereka terbilang cepat. Setelah menempuh perjalanan jauh dari negaranya, keduanya tiba di Makassar pada pagi hari dan langsung diistiarahatkan di Hotel Pantai Gapura Makassar.
Manajemen dan suporter PSM Makassar meminta mereka langsung unjuk kemampuan di Lapangan Karebosi.
Agen keduanya, Jules Onana meminta Bola.com menemani mereka ikut seleksi. Dengan alasan masih jetlag, Bola.com pun menyarankan keduanya tidak mengikuti sesi game dan berlari mengitari lapangan secukupnya untuk melemaskan otot.
Ali dan Nomo setuju dan meminta Bola.com bernegosiasi dengan pengurus PSM. Usulan itu diterima. Sore harinya, Bola.com menjemput dan mengantar keduanya ke Lapangan Karebosi. Setiba di lokasi ratusan suporter yang melihat kedatangan kami serentak mendekat.
Beruntung berkat bantuan petugas keamanan dan pentolan suporter, kami bisa masuk ke lapangan dengan aman meski harus berdesakan.
Setelah memakai peralatan latihan, Nomo dan Ali pun melakukan pemanasan ringan dan kemudian berlari kecil mengitari lapangan. Setelah berlari empat putaran lapangan, keduanya berhenti dan hanya duduk di pinggir lapangan menyaksikan seleksi pemain.
Ribuan suporter yang penasaran ingin menyaksikan langsung kemampuan keduanya dalam game internal, serentak berteriak meminta keduanya dimainkan. Pengurus sempat goyah, Bola.com pun mengingatkan kesepakatan sebelumnya.
Bola.com pun mengantar Ali dan Nomo pulang ke hotel sebelum seleksi selasai diiringi teriakan suporter yang kesal. Apalagi fisik Ali dan Nomo ketika itu tidak terlalu meyakinkan. Terutama Ali yang terlihat kurus.
Namun, semua anggapan minor berubah jadi pujian pada hari kedua. Ali dan Nomo yang sudah agak segar ditampilkan pada game internal. Bola.com pun meminta mereka tampil paling lama 25 menit.
Ali yang berperan sebagai gelandang jangkar mempertontonkan kemampuannya dalam melepaskan umpan pendek dan jauh yang terukur. Ia pun terlihat jeli dalam memotong serangan lawan.
Begitu pun dengan Nomo Teh Marco. Karakter keras dan lugas dalam mengawal lawan diterapkan dengan baik oleh Nomo. Meski hanya tampil sebentar, suporter PSM pun serentak meminta manajemen PSM secepatnya mengontrak mereka.
Pada hari ketiga, Onana sebagai agen mereka datang ke Makassar untuk negosiasi harga kontrak. Sehari kemudian, Ali dan Nomo resmi menjadi pemain PSM di Liga Indonesia 2007.
Pesona Satu Putaran
Bersama PSM Makassar, Ali dan Nomo menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain yang meloloskan timnas Togo ke putaran final Piala Dunia 2006. Terutama Ali yang langsung mencuri perhatian publik sepak bola nasional berkat penampilannya sebagai gelandang jangkar.
Perjalanan PSM musim itu terbilang mulus dengan bertengger di puncak klasemen pada putaran pertama. Berkat aksi keduanya, manajemen PSM tanpa pikir panjang mengontrak dua pemain timnas Togo lainnya, Oudja Lantame dan Saibou Badarou untuk memperkuat Juku Eja pada putaran kedua.
Namun, kehadiran dua kompatriotnya itu tak berdampak positif pada penampilan tim. Secara individual, penampilan Nomo mulai labil. Sikapnya yang tempramental kerap diperlihatkannya di lapangan hijau. Apalagi, ia merasa posisinya terancam dengan kehadiran Oudja yang sama-sama berposisi stopper.
Alhasil, PSM yang begitu dominan di putaran pertama melempem di putaran kedua. PSM akhirnya gagal melangkah ke putaran 8 Besar setelah kalah selisih gol dengan peringkat empat, Arema Malang yang mengoleksi 57 poin.
Nomo pun jadi tumbal kegagalan PSM. Ia pun tak masuk lagi dalam daftar pemain PSM musim 2008. Apalagi namannya juga masuk dalam daftar hitam PT Liga Indonesia karena sikapnya yang temperamen.
Selain Nomo, Saibou Badarou juga dilepas karena dinilai tampil buruk. Sepanjang putaran kedua, Saibou hanya mencetak dua gol. Tidak lebih baik dari Leo Chitescu, striker asal Rumania yang didepak PSM pada pengujung putaran pertama.
Penampilan Saibou tak sebanding dengan statusnya sebagai eks timnas Togo dan FC Sion, klub asal Swiss.Ali Khaddafi sendiri dipertahankan manajemen PSM pada musim berikutnya bersama Oudja.
Selepas dari PSM pada 2009, Ali memperkuat sejumlah klub di Liga Indonesia, di antaranya, Bontang FC, Persepam Madura, Sriwijaya FC dan Perseru Serui. Ali mengembuskan nafas terakhirnya pada 19 Oktober 2015 karena penyakit paru-paru.
Baca Juga
Deretan SWAGs Pemain Diaspora Timnas Indonesia: Atlet hingga Supermodel Papan Atas Dunia, Ada yang baru Go Publik Bikin Cegil Patah Hati
Belum Bisa Move On! Kevin Diks Mengenang Momen Perdana Menyanyikan Indonesia Raya di SUGBK
Terlalu Ngotot! Ternyata Jadi Penyebab Cedera Kevin Diks pada Laga Vs Jepang