Bola.com, Malang - Sejak musim 2017, Arema FC mulai jadi satu di antara tim yang gawangnya rentan kebobolan. Puncaknya pada musim 2019 lalu. Tim berjulukan Singo Edan ini jadi nomor dua untuk urusan jumlah kemasukan.
Gawang Arema 62 kali kemasukan, hanya selisih tiga gol dari tim paling banyak kebobolan, Perseru Badak Lampung yang akhirnya terdegradasi.
Banyak faktor penyebabnya, mulai kehilangan kiper tangguh Kurnia Meiga Hermansyah karena sakit, hingga gap stoper inti dengan cadangan.
Setiap musim, Arema kesulitan mencari stoper cadangan yang kualitasnya setara dengan pemain utama. Musim lalu, duet Hamka Hamzah dan Arthur Cunha sebenarnya cukup serasi. Tapi, ketika satu atau keduanya absen, pertahanan Arema compang-camping. Begitu juga musim-musim sebelumnya.
Melihat kebelakang, Arema pernah punya pertahanan yang super tangguh. Manajemen dan pelatih waktu itu berhasil mendapatkan empat stoper yang kala itu jadi langganan starter, yakni musim 2015 ketika ditangani mendiang, Suharno.
Ada empat palang pintu yang selalu siap tampil. Mereka adalah Victor Igbonefo, Fabiano Beltrame, Purwaka Yudi dan Suroso. Hasilnya, Arema jadi raja turnamen. Beragam gelar seperti SCM Cup, Inter Islan Cup, Trofeo Persija, hingga Bali Island Cup.
Sayangnya, kompetisi waktu itu harus terhenti lantaran sanksi FIFA. Pada pengujung 2015, empat pemain bertahan ini bersamaan meninggalkan Arema FC. Berikut cerita empat stoper tangguh itu ketika membela tim Singo Edan.
Video
Victor Igbonefo
Bek naturalisasi ini jadi kapten Arema pada musim 2015. Dia merupakan pemain proyek Los Galaticos Arema musim 2013, yang masih tersisa hingga saat itu. Victor selalu jadi pilihan utama.
Posturnya yang kukuh dan kuat dalam duet dengan lawan jadi kelebihannya. Setiap striker seperti dibuat grogi ketika harus berhadapan dengannya.
Waktu itu, Igbonefo mengaku betah main di Arema. Padahal, teman baiknya, Greg Nwokolo yang sama-sama datang ke Arema musim 2013, sudah hengkang lebih dahulu. Dia berpasangan dengan beberapa pemain belakang, di antaranya Thierry Gathuessi dan Purwaka Yudi.
Kelebihan lainnya, Victor termasuk kategori pemain lokal sehingga kehadirannya tidak memakan kuota pemain asing. Sayangnya, kebersamaan dengan Arema berakhir dengan status pinjaman ke klub Thailand, Osotspa FC.
Penyebabnya bukan karena hal teknis, tapi lantaran kompetisi di Indonesia musim 2015 terhenti karena konflik PSSI dengan pemerintah.
Setelah itu, dia tak pernah kembali lagi ke Arema. Justru Igbonefo kembali ke Indonesia untuk bermain di Persib Bandung masim 2018. Dia sempat ke Thailand lagi musim lalu membela PTT Rayong. Tapi tahun ini bek gempal ini kembali lagi ke Persib.
Fabiano Beltrame
Fabiano Beltrame membuat pertahanan Arema sulit ditembus. Dia datang pada 2015 dan diduetkan dengan Victor Igbonefo.
Keduanya membuat lini pertahanan Arema begitu tangguh. Tim lawan dibuat bingung ingin menyerang dari mana karena duet stoper jangkung ini sama-sama bagus mengintersep bola dari kaki lawan sekaligus tangguh duel udara.
Fabiano didatangkan Arema dari Persija Jakarta. Dia merupakan satu di antara pemain belakangan terbaik kala itu sama seperti Igbonefo.
Namun, kebersamaan Fabiano dengan Arema tidak berjalan lama. Setelah setahun, dia memilih pinangan Madura United yang sedang mengumpulkan pemain bintang.
Uniknya, Fabiano kini satu klub lagi dengan Igbonefo di Persib Bandung. Statusnya pun sudah berubah menjadi WNI. Sayangnya, Fabiano mulai akrab dengan bangku cadangan musim ini.
Purwaka Yudi
Purwaka adalah stoper andalan Arema ketika menjuarai ISL 2010. Dia kembali ke Arema musim 2013 sampai pengujung 2015.
Posturnya memang tidak tinggi untuk ukuran pemain belakang. Tapi, dia sangat tenang menghadapi berbagai karakter striker lawan. Itu tak lepas dari segudang pengalamannya.
Purwaka sebelumnya hampir selalu jadi pemain inti. Hanya pada musim 2015 dia beberapa kali jadi pelapis karena ada duet Victor Igbonefo dan Fabiano Beltrame. Meski begitu, Purwaka selalu siap tampil jika duet stoper utama itu absen.
Kadang, pelatih Arema, Suharno sempat menurunkan tiga stoper saat main di kandang lawan sehingga Purwaka masuk dalam line-up pemain inti.
Mantan pemain Deltras Sidoarjo ini termasuk betah di Arema. Pemain kelahiran Lampung itu juga tinggal dengan keluarganya di Malang cukup lama. Itu yang membuatnya cukup lama bolak-balik keluar masuk Arema.
Suroso
Suroso menjadi bek senior ketika kembali ke Arema musim 2015. Tapi, dia punya relasi bagus dengan Singo Edan. Ia menjadi jadi kapten tim ketika membela Singo Edan periode sebelumnya, yakni musim 2007-2009.
Sebelum kembali ke Arema musim 2015, Suroso merupakan bek andalan Persela Lamongan. Bisa dibilang, sejak membela Persik Kediri musim 2004 dia selalu jadi pemain inti.
Maklum, posturnya sebagai bek lokal mumpuni. Dia juga ketat menempel lawan. Hanya saja, saat gabung Arema, Suroso kerap jadi cadangan. Meski jarang dapat kesempatan main, dia selalu masuk line-up untuk mengantisipasi jika ada masalah dengan stoper utama.
Suroso rela jadi pelapis karena merasa pulang kampung saat kembali ke Arema. Secara kemampuan, Suroso masih layak jadi palang pintu Singo Edan waktu itu. Pada akhir tahun, Suroso memilih hengkang ke Bhayangkara FC.
Baca Juga
Netizen Ngeri dengan Skuad Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024: Ada Trio Ronaldo - Rivaldo - Kaka
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026