Bola.com, Makassar - Aldo Baretto adalah striker papan atas yang pernah beredar di Liga Indonesia. Meski tak pernah membawa klub yang dibelanya meraih trofi juara selama delapan tahun berkarier di kompetisi tanah air, aksinya tetap dikenang.
Pencapaian terbaik penyerang berpaspor Paraguay ini adalah menjadi top scorer musim 2009-2010 dengan 19 gol dan menjadi pemain terbaik Divisi 1 2008-2009.
PSM Makassar menjadi klub pertamanya di Indonesia. Aldo direkrut manajemen Juku Eja pada putaran kedua Liga Indonesia 2006. Saat itu, Juku Eja sedang mengalami masa transisi dengan mengandalkan mayoritas pemain binaan sendiri dari tim usia muda, PSM Pra Ligina.
Bagi Aldo, PSM bukan tim yang asing. Ia pernah datang ke Makassar dengan status pemain BEC Tero (Thailand) di ajang Liga Champions Asia 2005. Kedua tim bermain imbang 2-2 di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.
Bersama Aldo, PSM lolos ke 8 Besar. Pada babak ini, Juku Eja tergabung di Grup Timur bersama Persmin Minahasa, Persekabpas Pasuruan dan Persija Jakarta. Langkah Juku Eja terhenti di babak ini. Persekabpas dan Persmin yang mewakili Grup Timur.
Kemudian di Liga Indonesia 2007, Aldo kembali gagal mengangkat prestasi PSM. Pada musim ini tercatat ada 36 tim yang bersaing untuk memperebutkan jatah 18 kursi di Liga Super Indonesia 2008-2009. Juku Eja yang tergabung di Wilayah Timur bertengger di peringkat lima klasemen akhir. Tetap lolos ke Liga Super Indonesia 2008-2009, tapi gagal melangkah ke 8 Besar.
Pada musim terakhirnya bersama PSM, Aldo hanya mampu membawa Juku Eja bertengger di peringkat 8 LSI 2008-2009. Dua setengah musim di PSM, Aldo tampil 58 kali dengan koleksi 25 gol. Meski begitu, suporter PSM tetap mengenangnya sebagai striker terbaik yang pernah memeperkuat klub kebanggaan Kota Daeng ini.
"Aldo sejatinya adalah tipikal striker yang cocok dengan tipikal permainan PSM yang mengandalkan permainan keras dan cepat. Sayang, ia datang pada waktu yang tidak tepat," ujar Andi Coklat, pentolan suporter PSM kepada Bola.com, Selasa (12/5/2020).
Selepas dari PSM, Aldo berlabuh ke Persisam Samarinda, klub Divisi Utama yang berambisi promosi ke Liga Super Indonesia. Kapasitas Aldo yang berada di level atas striker terbaik di Indonesia membuatnya tampil dominan di Persisam.
Klub asal Samarinda itu pun melenggang ke kompetisi kasta tertinggi tanah air. Sementara Aldo Baretto yang mencetak 13 gol dalam 24 partai menjadi pemain terbaik musim itu.
Gelar ini jadi nilai jual Aldo pada musim berikutnya. Bontang FC yang tertarik memakai jasanya menawarkan kontrak sebesar Rp1,2 M. Nilai kontrak yang menjadikannya pemain termahal kedua di Indonesia saat itu. Satu tingkat di bawah Cristian Gonzales yang dikontrak Persib Bandung dengan nilai Rp1,5 M.
Aldo pun membuktikan kapasitasnya sebagai striker tajam di kotak penalti lawan. Pada Liga Super Indonesia, suami dari Estella ini menjadi top scorer kompetisi dengan 19 gol.
Video
Pekerja Keras yang Rendah Hati dan Santun
Saat tampil bersama klub yang dibelanya, Aldo dikenal sebagai striker yang garang. Ia memiliki semua kriteria striker, cepat dan kuat saat bertarung dengan bek lawan.
Aldo pun bisa mencetak gol lewat dua kaki dan kepala sama baiknya. Tak ayal, ia selalu menjadi idola suporter klub yang memakai jasanya.
"Kami mengenang Aldo sebagai pribadi yang santun dan rendah hati. Ia pun sangat dekat dengan suporter," ungkap Coklat.
Karakter yang melekat kepada diri Aldo adalah cerminan kehidupan keluarganya di Paraguay. Aldo besar dari keluarga peternak kecil yang sederhana.
Pada berbagai kesempatan pertemuan dengan Bola.com di Makassar, Aldo selalu antusias bila menceritakan kehidupan keluarganya. Ia pun tanpa sungkan mengakui derajat kehidupan keluarganya terangkat setelah bermain di Indonesia.
"Awalnya kami hanya empat sapi dan tanah kebun yang tak terlalu luas. Berkat kontrak saya di PSM, kami kini memiliki puluhan sapi dan membeli tanah di sekitar rumah," ujar Aldo kepada Bola.com.
Aldo pun menjadi suami dan kepala keluarga yang baik. Aldo dan Estella menikah saat sama-sama berusia 19. "Kami bertemu dalam sebuah perjamuan teh, sebuah acara tradisional yang sering diadakan di Paraguay. Kesan saya saat itu, Estella adalah perempuan yang cantik dan baik " kata Aldo.
Persikabo Bogor, klub Divisi Utama, adalah klub terakhir Aldo saat berkarier di Liga Indonesia. Setelah itu, ia kembali ke negaranya memperkuat dua klub di Liga Paraguay, Sportivo Luqueno dan Cerro Porteno. Seperti diketahui, Cerro Porteno adalah klub pertama Aldo menjadi pemain profesional pada musim 2002-2003.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia