Bola.com, Makassar - Perpindahan pemain dari satu klub ke klub adalah hal lumrah dalam sepak bola profesional. Namun, tak sedikit yang prosesnya membuat suporter klub asal kecewa karena sang pemain terlanjur jadi idola, ppalagi sang pemain justru membela klub pesaing. PSM Makassar pernah merelakan sederet bintang yang berkontribusi besar tapi kemudian melanjutkan karier di Persija Jakarta.
Luciano Leandro adalah pemain bintang PSM pertama yang menyeberang ke Persija Jakarta. Sebelum bergabung Macan Kemayoran, gelandang elegan berpaspor Brasl ini ibarat dewa di PSM.
Meski hanya mampu membawa Juku Eja menembus final Liga Indonesia 1995-1996, aksi Luciano dengan gocekan dam umpannya yang akurat menjadi hiburan tersendiri bagi publik sepak bola Makassar.
Bersama Persija, Luciano justru bisa menggenggam trofi juara Liga Indonesia. Ironisnya, pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Persija mengalahkan PSM dengan skor 3-2.
Sejatinya, ada juga eks PSM yang penah membawa Persija juara, yakni Asri Akbar, ketika Liga 1 2018. Tapi, ketika membela PSM pada musim 2009-2010 peran Asri tidak signifikan sehingga dinilai tak layak masuk kategori bintang.
Setelah Luciano menyusul Charis Yulianto dan Ortizan Solossa. Dua pilar lini belakang ini adalah pemain yang reguler menjadi starter saat PSM meraih posisi runner-up secara beruntun pada musim 2003-2004.
Ortizan malah pernah membawa PSM meraih juara Liga Indonesia 1999-2000. Keduanya menyeberang ke Persija pada 2005. Bersama Persija, keduanya mampu menembus final Liga Indonesia 2005. Namun, Persija gagal juara setelah takluk ditangan Persipura Jayapura 2-3 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Setelah Orizan dan Charis, giliran Abanda Herman menyusul satu musim kemudian. Bek asal Kamerun yang menjadikan PSM sebagai klub pertamanya di Liga Indonesia memilih menerima tawaran manajemen Persija pada musim 2006.
Proses kepindahan Abanda sempat jadi polemik karena ia sudah telanjur jadi idola. Apalagi manejemen PSM mengklaim Abanda sudah sepakat dengan uang tanda jadi senilai Rp50 Juta. Namun, Abanda dan Persija bergeming.
PT Liga Indonesia pun terpaksa turun tangan untuk memediasi pihak yang bersengketa. Akhirnya Abanda bisa membela Macan Kemayoran.
Berapa musim kemudian, giliran duet gelandang terbaik PSM, Syamsul Chaeruddin dan Ponaryo Astaman, yang berkostum Persija. Ponaryo lebih dulu menuju ibu kota.
Setelah memperkuat Malaka Telekom (Malaysia) dan Arema Malang, Ponaryo menerima tawaran Persija Jakarta pada 2008. Syamsul menyusul pada musim 2010-2011. Tapi, keduanya gagal menghadirkan trofi juara buat Persija.
Video
Perpindahan Marc Klok yang 'Panas'
Dalam era Liga 1, giliran Marc Klok yang membuat suporter PSM Makassar kecewa berat saat sang pemain bintang memilih pindah ke Persija Jakarta jelang musim 2020. Apalagi, setelah resmi sebagai pemain Persija, Klok melontarkan berbagai kalimat pujian kepada klub barunya itu di akun instagramnya.
Gelandang berpaspor Belanda ini seakan 'lupa' bahwa lewat PSM, ia pertama kali mengecap atmosfer kompetisi Indonesia. Jelang musim 2017, Klok didatangkan PSM dari Dundee (Skotlandia) atas rekomendasi Robert Alberts, pelatih PSM saat itu.
Sebagai pemain, Klok memang pandai mengambil hati supoter klub yang dibelanya. Selama membela PSM, Klok yang juga duta sebuah produk olahraga rajin menyapa suporter PSM baik via media sosial atau bertemu langsung.
Marc Klok pun mendirikan sebuah kafe di Makassar sebagai wujud kecintaannya kepada Kota Daeng. Itulah mengapa, pilihan Klok ke Persija menyakitkan suporter PSM. Apalagi, Persija adalah klub yang dua kali menggagalkan PSM meraih juara, yakni pada musim 2000-2001 dan 2018.
Sukses Juku Eja meraih trofi juara Piala Indonesia 2019 dengan menyingkirkan Persija di final belum bisa menghapus kekecewaan fans Juku Eja. Tak ayal kepindahaan Klok ini menghadirkan polemik antarsuporter kedua klub di media sosial.
Baca Juga
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?