Bola.com, Makassar - Ada tiga bek asal Kamerun pernah berkostum PSM Makassar di Liga Indonesia. Mereka adalah Charles Lionga, Joseph Lewono dan Abanda Herman. Di antara mereka, sosok Abanda yang paling populer meski tak pernah membawa Juku Eja meraih trofi juara.
Satu setengah musim bersama PSM, prestasi tertingginya adalah meraih posisi runner-up pada Liga Indonesia 2004. Pada musim itu pun, Abanda yang masuk pada putaran kedua, lebih banyak duduk di bangku cadangan.
Bek yang direkrut dari Canon Yaounde (Kamerun) ini kalah pamor dengan duet stoper lokal, Charis Yulianto dan Jack Komboy.Baru pada Liga Indonesia 2005, nama Abanda mulai mencuri perhatian.
Ia menjadi pilar lini belakang PSM setelah ditinggalkan Charis Yulianto yang hengkang ke Persija Jakarta dan Jack Komboy pulang ke Persipura Jayapura.
Pada musim itu, peran Abanda praktis tak tergantikan. Satu slot di posisi stoper jadi miliknya. Sementara Darwin Perez (Cile) dan Jufri Samad plus Zain Batola bergantian jadi pendamping.Keras dan lugas saat mengawal striker lawan jadi ciri khas Abanda yang kental mewarnai kiprah PSM di Liga Indonesia 2005.
Tak hanya itu, Abanda memanfaatkan tinggi badannya yang mencapai 192 cm untuk menjebol gawang lawan dalam duel bola atas. Ia menjadi stoper produktif musim itu dengan empat gol.
Jadi, meski hanya mampu membawa PSM Makassar menembus babak 8 Besar, Abanda masuk dalam daftar pemain yang paling diincar sejumah klub papan atas Liga Indonesia, termasuk Persija Jakarta yang akhirnya bisa memakai jasanya di musim 2006.
Video
Polemik ke Persija
Hengkangnya Abanda ke tim Macan Kemayoran sempat menjadi polemik saat itu karena manajemen PSM mengklaim sudah menjalin kesepatan dengan Abanda dengan uang tanda jadi Rp.50 Juta.
Masalah Abanda baru dinyatakan tuntas setelah PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi turun tangan menjadi mediator dengan mempertemukan pihak bersengketa yang berujung perdamaian.
Belakangan, Abanda menjadi bek asing termahal di Indonesia. Pada musim 2008, Persija memperpanjang kontraknya dengan mahar Rp1,35 M. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan ketika membela PSM di musim 2004-2005.
Pada musim pertamanya bersama Juku Eja, Abanda hanya mendapat gaji bulanan Rp25 juta tanpa uang muka karena bergabung di putaran kedua.
Musim berikutnya, manajemen PSM Makassar menganjarnya dengan kontrak Rp450 juta. Selain PSM dan Persija, Abanda juga pernah berkostum Persema Malang, Persib Bandung dan Barito Putera.
Jadi Inspirasi Pemain Muda Makassar
Liga Indonesia 2005 adalah musim terbaik Abanda. Setiap tampil, namanya selalu dielu-elukan oleh suporter PSM.
"Permainan tanpa kompromi ala Abanda jadi hiburan tersendiri buat suporter. Apalagi kalau ia menuntaskannya dengan mencetak gol menyambut eksekusi bola mati," ujar Daeng Uki, Panglima Laskar Ayam Jantan, kelompok suporter PSM.
Permainan keras dan militansi di lapangan ini menutupi kelemahan Abanda dari sisi teknis. Seperti dikatakan Herman Kadiaman, staf pelatih di PSM pada musim 2004.
"Abanda kuat dalam mengawal lawan. Tapi, ia bukan pembangun serangan yang baik. Itulah mengapa, ia kalah bersaing dengan Jack Komboy dan Charis Yulianto di formasi starter musim 2004," ujar Herman kepada Bola.com, Sabtu (16/5/2020).
Berkat aksinya pada musim 2005, Abanda menjelma jadi idola yang menginsiprasi banyak pemain muda di Makassar.
Mereka bangga kalau mereka mendapat nama panggilan Abanda karena permainannya atau warna kulitnya yang hitam, sermasuk Abdul Abanda Rahman, eks bek PSM Makassar yang kini berseragam PSIS Semarang di Shopee Liga 2020.