Bola.com, Jakarta - Ketika Timnas Indonesia kesulitan untuk bisa berprestasi dalam dua dekade terakhir, hadirnya sosok Indra Sjafri sebagai pelatih tim nasional kelompok umur membawa harapan baru bagi sepak bola Indonesia. Dalam satu dekade terakhir, Indra SJafri membawa dua tim berbeda meraih gelar juara, yaitu Timnas Indonesia U-19 pada 2013 dan Timnas Indonesia U-22 pada 2019.
Indra Sjafri membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013. Keberhasilan pelatih asal Sumatra Barat itu tak hanya membawa euforia dan penghibur lara setelah sekian lama Timnas Indonesia tak pernah juara di level internasional, tapi juga menjadi penghibur pada momen-momen gelap dualisme kompetisi sepak bola di Indonesia.
Seakan tidak terbawa dalam carut-marut urusan politik di tubuh PSSI yang berdampak terhadap munculnya dualisme kompetisi sepak bola profesional, Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri terus menatap ke depan. Hasilnya adalah gelar juara Piala AFF yang mereka raih di Sidoarjo, Jawa Timur.
Tim asuhan Indra Sjafri itu terdiri dari anak-anak muda yang kini tampil di level tertinggi sepak bola Indonesia. Sebut saja nama Evan Dimas Darmono yang kini menjadi andalan di lini tengah Timnas Indonesia dan Persija Jakarta.
Selain itu Timnas Indonesia U-19 juga diperkuat Hansamu Yama Pranata, Muhammad Hargianto, Ilham Udin Armaiyn, Putu Gede Juni Antara, dan Zulfiandi. Mereka adalah para pemain yang kini menjadi andalan klubnya masing-masing di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Video
Perjalanan Timnas Indonesia U-19 Menjadi Juara
Timnas Indonesia U-19 bergabung bersama Vietnam, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Brunei Darussalam di Grup B Piala AFF U-19 2013. Brunei menjadi korban pertama kehebatan tim asuhan Indra Sjafri yang menang telak 5-0, di mana Ilham Udin dan Muchlis Hadi masing-masing mencetak dua gol dalam laga itu.
Dalam laga kedua, tim yang dijuluki Garuda Nusantara itu kemudian menang tipis 2-1 atas Myanmar. Evan Dimas dan Putu Gede membawa tim asuhan Indra Sjafri unggul dua gol lebih dulu dalam tersebut dalam waktu 16 menit sejak pertandingan dimulai.
Sayangnya di pertandingan ketiga, Timnas Indonesia U-19 harus mengakui keunggulan Vietnam yang pada akhirnya meraih angka sempurna di fase grup dan kembali menjadi lawan di laga final. Pada pertemuan di fase grup itu, Timnas Indonesia U-19 kalah 1-2, di mana Evan Dimas menjadi pencetak gol pada menit pertama dalam pertandingan itu.
Evan Dimas memang benar-benar menjadi bintang pada kala itu. Tidak hanya menjadi kapten dan pengatur irama permainan, Evan Dimas mampu mencetak hattrick saat menghadapi Thailand di laga keempat dan membantu Tim Garuda Nusantara menang 3-1 dalam laga itu.
Dalam laga terakhir fase grup, di mana Vietnam sudah menyegel satu tiket ke semifinal, Timnas Indonesia masih berebut tempat dengan Malaysia yang menjadi lawan terakhir. Malaysia terpaut dua poin di belakang Evan Dimas dkk. dan butuh kemenangan untuk lolos ke semifinal.
Tim Garuda Nusantara pun harus tersedak ketika Malaysia mampu unggul lebih dulu dalam 20 menit pertandingan. Malaysia berhasil menancapkan peluang untuk ke semifinal. Beruntung gol penyeimbang kedudukan bisa dicetak oleh Ilham Udin Armaiyn pada menit ke-53 dan Indra Sjafri bisa melihat tim asuhannya melangkah ke empat besar.
Akhir yang Dramatis
Langkah Timnas Indonesia U-19 di semifinal tidak terlalu berat. Tim Garuda Nusantara hanya menghadapi Timor Leste dan berhasil menang 2-0 lewat gol yang dicetak Ilham Udin dan Hargianto.
Kemenangan yang membawa Evan Dimas dkk. mencapai pertandingan puncak dan harus menghadapi Vietnam yang berhasil mengalahkan mereka di fase grup. Pertandingan pun berjalan sangat sengit, di mana tak ada satu pun gol tercipta dalam waktu normal 90 menit maupun 2x15 menit babak tambahan.
Laga menjadi makin dramatis ketika juara harus ditentukan lewat adu penalti. Ketika eksekutor kedua Vietnam, Tran Huu Dong Trieu, gagal melakukan eksekusi penalti, Indonesia justru gagal dalam percobaan kedua dan ketiga yang dilakukan oleh Evan Dimas dan Zulfiandi.
Beruntung, eksekutor keempat Vietnam pun gagal melakukan tugasnya dengan baik. Nguyen Tuan Anh gagal menaklukkan gawang yang dikawal Ravi Murdianto.
Akhirnya setelah kedudukan 3-3 berakhir dalam lima percobaan pertama, drama berlanjut hingga masing-masing tim harus mengeluarkan empat eksekutor tambahan.
Vietnam sial karena Pham Duc Huy yang menjadi eksekutor kesembilan gagal melakukan tugasnya, sementara Ilham Udin Armaiyn mampu melakukannya dengan sangat baik dan memastikan gelar juara Piala AFF U-19 2013 menjadi milik Indonesia.
5,5 Tahun Berselang, Indra Sjafri Kembali Juara
Meski sukses membawa Timnas Indonesia U-19 menjadi juara pada September 2013, Indra Sjafri tetap mengalami pasang surut karier karena kebijakan politis PSSI. Bahkan ia sempat menangani Bali United yang saat itu mengandalkan pemain-pemain muda.
Kemudian, Indra Sjafri kembali menjadi pelatih Timnas Indonesia U-19 saat PSSI dipimpin Edy Rahmayadi. Namun, setelah Luis Milla pergi dan meninggalkan kekosongan di tampuk kepelatihan Timnas Indonesia U-22, Indra Sjafri naik kelas dengan membawa sejumlah pemain dari Timnas Indonesia U-19 yang menjadi andalannya di periode kedua, seperti Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman.
Indra Sjafri dipercaya untuk mempersiapkan tim yang akan berlaga di SEA Games 2019 di Manila pada November hingga Desember 2019. Namun, selain itu Timnas Indonesia U-22 lebih dulu berlaga di Piala AFF U-22 2019 yang digelar sembilan bulan sebelumnya.
Indra Sjafri menekankan bahwa timnya berlaga tanpa target dalam kejuaraan yang untuk pertama kalinya digelar setelah terakhir kalinya digelar pada 2005 sebagai edisi perdana itu. Dalam sejarahnya, kejuaraan Piala AFF U-22 ini merupakan yang kedua dan Timnas Indonesia U-22 yang tampil tanpa beban target justru berhasil menjadi juara.
Indra Sjafri membawa 23 pemain ke Phnom Penh, Kamboja. Tanpa Egy Maulana Vikri yang sudah bergabung dengan klub Polandia, Lechia Gdansk, Indra Sjafri membawa pemain-pemain yang merupakan gabungan antara anak asuhnya di Timnas Indonesia U-19 dan sejumlah pemain yang pernah menjadi andalan Luis Milla di SEA Games 2017.
Awan Setho, Muhammad Riyandi, dan Satria Tama menjadi pilihan yang dibawa Indra Sjafri untuk mengawal gawang Tim Garuda Muda. Kemudian Indra Sjafri menunjuk Andy Setyo sebagai kapten tim dan bek tengah utama, selain Nurhidayat Haji Haris, Bagas Adi, dan Rachmat Irianto. Sementara di sisi sayap pertahanan ada nama-nama seperti Firza Andika, Asnawi Mangkualam, Fredyan Wahyu, dan Samuel Christianson.
Hanif Sjahbandi, Gian Zola, Marinus Wanewar, dan Osvaldo Haay, merupakan pemain di lini tengah dan depan pada masa kepelatihan Luis Milla yang masih dipertahankan oleh Indra Sjafri. Ia menambahkannya dengan andalan di Timnas Indonesia U-19, seperti Luthfi Kamal dan Witan Sulaeman.
Kendati demikian, Indra Sjafri menegaskan bahwa komposisi tim ini tidak mutlak dipertahankan hingga SEA Games 2019, tergantung kepada hasil dari evaluasi selama kejuaraan di Kamboja. Hal itu bisa dimengerti karena saat itu Indra Sjafri tak bisa membawa pemain yang juga menjadi andalannya, Egy Maulana Vikri.
Perjalanan Tidak Mudah di Phnom Penh
Dalam kejuaraan yang diikuti oleh delapan tim, di mana Singapura, Laos, dan Brunei Darussalam menarik diri dari keikutsertaan, Timnas Indonesia U-22 asuhan Indra Sjafri itu berada di Grup B bersama tuan rumah Kamboja, Myanmar, dan Malaysia.
Perjalanan Timnas Indonesia U-22 di fase grup tak terlalu bagus. Namun, pada saat yang sama, tim asuhan Indra Sjafri itu juga menjadi satu-satunya tim di Grup B yang tidak terkalahkan.
Tampil sebagai laga pembuka Grup B, Tim Garuda Muda harus puas bermain imbang 1-1 setelah lebih dulu tertinggal. Beruntung Rachmat Irianto mencetak gol penyeimbang yang memberikan poin untuk Timnas Indonesia U-22.
Timnas Indonesia U-22 menghadapi Malaysia di pertandingan kedua. Marinus Wanewar membawa tim berhasil unggul. Namun, dua kali Malaysia menyamakan kedudukan, di mana Indonesia sempat unggul lagi 2-1 lewat Witan Sulaeman. Hasil akhirnya, Tim Garuda Muda kembali hanya meraih satu poin setelah laga berakhir imbang 2-2.
Namun, yang menarik ketika dalam dua pertandingan itu Timnas Indonesia U-22 selalu bermain imbang, tuan rumah Kamboja bermain luar biasa dengan meraih dua kemenangan, yaitu 1-0 atas Malaysia dan 2-0 atas Myanmar. Hal itu membuat Tim Garuda Muda lebih diunggulkan untuk lolos ketimbang dua tim yang dikalahkan oleh tuan rumah.
Namun, Timnas Indonesia U-22 tetap harus berhasil meraih kemenangan atas Kamboja dalam laga terakhir jika tak ingin tersingkir cepat. Pemenang laga antara Malaysia dan Myanmar juga bisa lolos seandainya Indonesia juga kalah dari Kamboja.
Dalam laga terakhir yang digelar secara bersamaan, Malaysia berhasil menang 1-0 atas Myanmar. Beruntung, Tim Garuda Muda bermain tanpa rasa gentar menghadapi tuan rumah dan menang 2-0 lewat dua gol yang diborong oleh Marinus Wanewar. Timnas Indonesia U-22 pun lolos ke semifinal sebagai runner-up menemani Kamboja.
Akhir Perjuangan yang Menyenangkan
Setelah melewati perjalanan yang mendebarkan pada saat fase grup, Timnas Indonesia U-22 menghadapi harus menghadapi Vietnam di laga semifinal. Vietnam tentu bukan lawan yang mudah untuk dihadapi.
Vietnam lolos sebagai juara grup dengan catatan dua kali menang dan satu kali bermain imbang, catatan yang sama seperti Thailand yang lolos sebagai runner-up karena kalah dalam hal produktivitas dan selisih gol.
Permainan menghadapi Vietnam berlangsung sangat ketat. Kedua tim sama-sama berusaha untuk tampil menekan. Namun, dalam 45 menit pertama tak satu pun gol tercipta. Timnas Indonesia U-22 akhirnya melangkah ke final setelah gol semata wayang Luthfi Kamal pada menit ke-70 menjadi satu-satunya pembeda dalam laga ini.
Berhasil melangkah ke partai puncak, Timnas Indonesia U-22 menghadapi Thailand. Laga ini pun tidak mudah, mengingat seperti halnya Vietnam dan Indonesia sendiri, Thailand juga tidak terkalahkan di fase grup.
Tampil di laga final, Timnas Indonesia U-22 dan Thailand bermain sangat ketat dalam 45 menit pertama. Tim asuhan Indra Sjafri itu tak mampu menggetarkan gawang Thailand, begitu pun sebaliknya.
Thailand bahkan membuat Timnas Indonesia U-22 tersentak pada menit ke-57 lewat gol Saringkan Promsupa. Namun, Tim Garuda Muda meresponsnya dengan sangat baik, yaitu dengan mencetak gol balasan dua menit kemudian yang dilakukan oleh Sani Rizki Fauzi.
Respons cepat itu membuat motivasi anak-anak asuh Indra Sjafri kembali menggebu-gebu. Lima menit berselang gol kedua pun tercipta. Osvaldo Haay mencetak gol pada menit ke-64 yang menjadi penentu keberhasilan Timnas Indonesia U-22 menjadi juara Piala AFF U-22 2019.
Baca Juga