Bola.com, Makassar - Di era Liga Indonesia, PSM Makassar pernah mencuri perhatian publik sepakbola tanah air pada 2005. Saat itu, klub kebanggaan Kota Daeng ini membentuk tim usia muda dengan nama PSM Pra-Ligina. Misi tim ini adalah menjadi penopang tim senior dengan memaksimalkan potensi lokal sesuai ciri khas Juku Eja yakni mengandalkan permainan keras dan cepat.
Menurut Husain Abdullah, sosok penting di balik pembentukan tim ini, PSM Pra-Ligina adalah wadah untuk membina dan mengembangkan bakat pemain muda Sulawesi Selatan. Saat itu, PSM memang sedang mengalami masa transisi setelah meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000 dan dua kali beruntun menjadi runner-up pada musim 2003 dan 2004.
"Ada kegelisahan tersendiri saat itu karena pencapaian prestasi PSM berkat nama-nama tenar dari luar Sulawesi Selatan," ujar Husain kepada Bola.com, Selasa (19/5/2020).
Husain yang dua periode menjadi juru bicara Jusuf Kalla saat menjadi Wapres RI ini menambahkan, untuk masuk dalam tim PSM Pra-Ligina tidak mudah. Di mana ada sekira 500 pemain mengikuti seleksi di Lapangan Karebosi.
Mereka dipantau oleh mantan pemain PSM seperti Anwar Ramang dan Najib Latandang. Dari seleksi itu, terpilih 30 pemain dan langsung diganjar kontrak selama tiga tahun.Ke-30 pemain itu digembleng secara spartan oleh tim pelatih yang dihuni Syamsuddin Umar, Carlos de Mello, Fabio Oliveira, Bahar Muharram, Kusnadi Kamaluddin dan Ansar Abdullah.
Sebagai penunjang tim, manajemen menyediakan mes, katering khusus dan uang saku sebesar Rp1 Juta per pemain. "Meski terbilang keras dan padat, kami menikmati seluruh program latihan yang diberikan oleh tim pelatih," kenang Asmar Abu, penyerang sayap yang sempat memperkuat PSM senior sebelum berpetualang ke sejumlah klub tanah air.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Pemain Menonjol
Asmar adalah anggota skuat PSM Pra-Ligina angkatan pertama. Bersama Asmar, ada sejumlah nama lain yang menonjol seperti Ardan Aras, Iqbal Samad, Syamsuddin Sangkala, Arwin Rabdha, Arfan Baba, Fachruddin, Juned, Yusuf Hamzah, Nanang Hendrawan, Angga Pratama dan Buyung Gonggong. Di antara mereka ada yang sempat masuk dalam skuat PSM senior sebelum berpetualang membela sejumlah klub Tanah Air.
"Di PSM Pra-Ligina kami mendapatkan segalanya. Mulai dari teknik, sikap dan karakter sebagai pemain profesional," tutur Asmar yang pernah memperkuat Persis Solo pada 2007.
Alumni PSM Pra-Ligina angkatan pertama hampir semuanya mendapatkan klub. "Kalau tak tertampung di PSM, kami menjual atau meminjamkannya ke klub lain," ungkap Husain.
Selama masa kontrak dengan klub lain, setiap pemain wajib menyisihkan 10-15 persen dari gajinya buat manajemen PSM Pra-Ligina. Kecuali Ardan Aras yang dibeli putus oleh Pelita Jaya dengan harga Rp 350 Juta usai memjalani pelatnas timnas U-23 di Belanda dalam rangka menghadapi Asian Games 2006 Qatar.
Sukses pada periode pertama, manajemen PSM Pra-Ligina kembali membentuk tim angkatan kedua. Tim ini melahirkan pemain seperti Diva Tarkas, Djayusman Triasdi, Faturrahhman, Hendra Wijaya, Tamsil Sijaya, M, Rahmat, Satrio Syam, M. Guntur, Sofyan dan Ardi Jamali.
Kemudian menyusul angkatan ketiga yang menjadi pilar PSM U-21 seperti Rasyid Bakri, Kurniawan Karman, Aswar Syamsuddin, Aditya Putera Dewa, Rasul Zainuddin, Abdul Abanda Rahman, Ismail Haris dan Fadly Manna.
"Pada 2009, saya terpaksa meninggalkan tim karena ditarik menjadi juru bicara Wapres Jusuf Kalla. Setelah itu, tim Pra-Ligina tak berkembang baik lagi," terang Husain.
Juara Piala Sjarnoebi Said
PSM Pra-Ligina bukan hanya berlatih spartan, mereka juga diikutkan mengikuti turnamen atau uji coba. Yang paling menonjol ketika skuat Carlos de Mello meraih trofi juara Piala Sjarnoebi Said di Palembang pada 2005.
Di final, mereka mengalahkan Sriwijaya via adu penalti. Keberhasilan ini membuat sejumlah pemain Pra-Ligina ditarik ke tim senior menghadapi Liga Indoesia 2006. Fenomena ini melengkapi status Makassar sebagai daerah lumbung pemain bertalenta.
Karena selain PSM Pra-Ligina, Makassar saat itu juga menelorkan pemain yang berkembang di jalur klub seperti Syamsul Chaeruddin, Hamka Hamzah (PSM senior), Zulkifli Syukur, Hendra Ridwan, Asri Akbar (Persim Maros) serta Rifai Arsyad (timnas U-17/Pelita Jaya).
"Biaya besar untuk operasional tim tergantikan dengan banyaknya pemain yang lahir. Serta ada juga yang mendatangkan keuntungan langsung seperti pembelian Ardan Aras oleh Pelita Jaya," papar Husain.
Situasi dan kondisi PSM Pra-Ligina sangat berbeda jauh dengan Akademi PSM era Liga 1. Selain lokasinya di Mamuju, Sulawesi Barat, program pembinaannya tidak sebaik PSM Pra-Ligina. Terbukti setiap musim mejelang perhelatan Elit Pro Academy, PSM muda tetap melakukan seleksi untuk pembentukan tim.