Bola.com, Jakarta - Karier Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di kancah bulutangkis dunia bergelimang gelar. Tapi, semua itu tak didapat dengan membalikkan telapak tangan.
Liliyana mengenang betapa beratnya menyelesaikan ketegangan yang pernah terjadi dengan Tontowi. Kegagalan total tanpa medali di Olimpiade London 2012 ternyata bukanlah saat terberat bagi mantan penghuni tahta rangking satu dunia tersebut.
Tetapi merangkak dari keterpurukan minim gelar pada 2015 dan awal 2016 menjadi tantangan terberat bagi Tontowi/Liliyana. Bahkan Liliyana menggambarkan hubungannya dan pasangan mainnya tersebut dengan istilah gersang.
"Waktu itu ekspektasi orang tinggi, dan kami lagi terpuruk sekali cuma dapat satu gelar juara sebelum olimpiade. Owi enggak marah sama saya, saya juga enggak. Tapi gimana ya namanya pemain dapat hasil jelek itu situasinya enggak ribut tapi enggak akur juga, ha ha ha susah menjelaskannya. Damai tapi gersang, kayak lagi perang dingin," kenang Liliyana, melalui rilis yang diterima Bola.com dari PBSI, Kamis (16/5/2020).
Bahkan Tontowi/Liliyana sempat merasa terintimidasi dengan hasil gemilang yang diraih junior mereka, Praveen Jordan/Debby Susanto, di ajang All England 2016, beberapa bulan sebelum olimpiade.
"Waktu itu kami berpikir apa posisi kami sudah terganti ya sama Praveen/Debby? Ya namanya persaingan, akhirnya saya dan Owi sama-sama nurunin ego, saya kontrol emosi, Owi enggak sensitif lagi. Begini pun sebetulnya enggak menjamin kami jadi juara, tapi setidaknya kami berdua jauh merasa lebih baik," kata Liliyana.
Sifat cuek yang dimiliki Tontowi disebut Liliyana merupakan salah satu hal yang membuat Tontowi bisa mengatasi keadaan sulit. Masih terkenang di ingatan Liliyana betapa beratnya latihan yang diberikan sang pelatih kepada Tontowi jelang olimpiade.
"Owi itu di luar lapangan cuek dan enggak pernah mengeluh padahal latihan dia berat banget. Tapi dia jalani dengan komitmen. Terlihat dari persiapan kami sebelum olimpiade, dapat emas itu dari yang awalnya seperti tidak mungkin, tapi terbukti bisa terwujud. Saya ingat dia sampai bela-belain enggak pulang ke rumah dan tinggal di asrama demi jaga kondisi dan fokus ke olimpiade," kenang Liliyana.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Berusaha Bersikap Fair
Liliyana sebagai senior juga selalu berusaha bersikap fair kepada Tontowi. Ia pernah secara blak-blakan bilang supaya Tontowi menegurnya jika ada hal yang tidak disukai atau tidak berkenan di hati.
Di beberapa sesi wawancara bersama media, tak jarang Liliyana mengakui permainannya sedang tidak maksimal dan ia memuji Tontowi yang mampu menutupi celah tersebut. Alhasil, mereka tetap bisa merebut kemenangan.
"Memang saya lebih senior, tapi namanya senior kan enggak luput dari kesalahan. Owi boleh kok bilang, 'Kayaknya cik Butet terlalu neken saya deh. Kalau saya mati-mati di lapangan, cik Butet dukung saja dulu ya'. Sampai begitu, dan komunikasi ini berhasil di kami," jelas Liliyana.
Masih mengenang masa-masa pengorbanannya dan Tontowi sebelum olimpiade, Liliyana mengatakan bahwa jadi atlet tahan banting itu perlu. Sewaktu mengikuti program olimpiade yang sangat berat, apalagi di usianya yang tidak muda lagi, kedua pemain ini tidak terlalu memusingkan kendala kecil yang mereka hadapi.
"Dulu itu kalau badan pegal, anget sedikit, otot ketarik sedikit atau kalau perempuan ada sakit perut saat berhalangan. Itu saya hajar semua, sakit sedikit tahan saja, kecuali kalau cedera, baru perlu bantuan medis. Tapi kalau sakit sedikit ya tahan, nanti lama-lama hilang sendiri. Makanya kalau sampai enggak latihan, berarti badan saya sudah benar-benar nggak bisa bangun," beber Liliyana.
Kini keduanya sudah sama-sama gantung raket. Liliyana Natsir lebih dulu undur dari bulutangkis pada Januari 2019, tepat sesudah Indonesia Master 2019. Tontowi menyusul mundur dari pelatnas pada Senin, 18 Mei 2020.