Babad Inaki Williams: Kisah Mengharukan Pencetak Gol Berkulit Hitam Pertama Athletic Bilbao

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 30 Mei 2020, 14:43 WIB
Inaki Williams saat kecil. (Dok. Eldesmar que Porta)

Bola.com, Jakarta - Inaki Williams, pemain andalan Athletic Bilbao, memiliki kisah menyedihkan terkait rasialisme. Melakukan perlawanan, buat Inaki, sudah menjadi hal biasa. Kedua orang tuanya bahkan pernah bertarung hidup dan mati demi hidup yang lebih baik, meski itu dilakukan dengan melewati gurun sahara dan kawat berduri.

Maria Arthuer, ibunda Inaki Williams, bersama suaminya, Felix Arthuer, memutuskan untuk 'bermigrasi' ke Spanyol, mencari penghidupan yang lebih layak. Mereka harus berjudi karena ini tentang hidup dan mati.

Advertisement

Pada 1994, Maria dan Felix nekat berangkat dari Accra, ibu kota Ghana, menuju Melilla, sebuah kawasan berdekatan dengan perbatasan Maroko. Melilla adalah wilayah otonomi milik Spanyol. Tujuan utamanya adalah menuju daratan Eropa.

Jarak Accra menuju Melilla sekira 73 jam mengendarai mobil. Tapi pada 1994, menggunakan mobil bukanlah opsi. Jadilah Maria dan Felix, orang tua Inaki Williams kelak, berjalan kaki sejauh 5.000 km.

Maria dan Felix melewati gurun sahara tanpa alas kaki. Parahnya, Maria saat itu dalam posisi mengandung Inaki Williams. Keduanya juga berulang kali menyaksikan orang-orang Afrika yang ingin ke Eropa tak kuat dan akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan.

Memasuki Melilla juga bukan perkara mudah. Setelah melewati gurun sahara, ada tentara bersenjata dan pagar berduri yang mencegah imigran asing mendapatkan peluang ke Eropa melewati Melilla. Orang tua Inaki Williams, Maria dan Felix yang berusaha memanjat pagar berduri itu akhirnya tertangkap polisi.

 

Video

2 dari 5 halaman

Mencari Suaka

Potret keluarga Inaki Williams dengan Inaki Mardones. (Dok. Elcorrero)

Dijbloskan ke penjara dalam kondisi mengandung anak pertamanya, yakni Inaki Williams, Maria tak bisa berbuat banyak. Felix sudah berupaya mendapatkan pengacara. Beruntung, pengacara itu punya seribu akal agar kliennya bisa mencapai Eropa.

Sang pengacara yang mengetahui Maria sedang hamil menyuruhnya membuang semua dokumen dan data diri. Felix dan Maria diminta berbohong dengan mengatakan bahwa identitas mereka rusak atau hilang saat dalam perjalanan.

Maria dan Felix lantas berpura-pura berasal dari Liberia yang tengah menghindari perang sipil dengan cara mencari suaka ke Eropa. Singkat cerita, Caritas, sebuah organisasi kemanusiaan, berhasil membantu Maria dan Felix mendapatkan jaminan untuk tinggal dan bekerja di Spanyol.

Perjalanan Maria dan Felix berlanjut. Keduanya mampu sampai di Madrid melalui Malaga. Mereka benar-benar melewati teritori Afrika hingga akhirnya sampai di Bilbao.

 

 

3 dari 5 halaman

Inaki Mardones

Inaki Williams digendong oleh Inaki Mardones, seorang pendeta yang berjasa besar buat orang tua Inaki Williams. (Dok. Elcorreo)

Sampai di Bilbao, Maria dan Felix bertemu pendeta bernama Inaki Mardones. Sang pendeta membantu Maria dan Felix dengan memberikan tempat tinggal di Kota Basque. Inaki Mardones menjadi penyelamat Maria dan Felix, membantu keduanya beradaptasi dan meraih penghidupan yang layak si Bilbao.

Pada 15 Juni, Felix meminta Inaki Mardones datang ke apartemen. Saat itu, Maria hendak melahirkan anak pertamanya, yang tak lain dan tak bukan, Inaki Williams. Inaki Mardones terkejut bukan main. Ia langsung memanggil taksi dan bergegas ke rumah sakit.

Beberapa jam kemudian, lahirlah anak Maria dan Felix. Merasa berutang pada pendeta Inaki Mardones, Maria dan Felix memberikan nama Inaki Williams sebagai penghormatan kepada sang pendeta tersebut.

Tak ingin merepotkan Inaki Mardones, Maria, Felix, dan anaknya, Inaki Williams, memtuskan untuk pindah ke Pamplona. Tidak mudah buat Maria dan Felix memulai hidup baru. Felix memilih kerja di pertanian, sementara Maria mengambil banyak pekerjaan serabutan.

Inaki Williams kecil tumbuh besar dalam lingkungan pekerja keras. Satu yang berbeda. Kulitnya lebih gelap dibanding anak-anak lain seusianya. Namun, itu tak menghalangi Inaki Williams untuk tetap melakoni hobinya dan mengasah bakatnya, yakni bermain sepak bola.

 

4 dari 5 halaman

Terjun ke Sepak Bola

Inaki Williams bersama ibundanya, Maria Arthuer. (Dok. Atleti Spanish)

"Saat saya berusia 12 tahun, pada satu momen, saya pulang ke rumah. Tidak ada makanan di sana, listrik juga mati karena tidak kuat bayar. Gaji orang tua saya tidak cukup untuk semuanya," kata Inaki Williams saat sesi wawancara bersama El Pais.

"Itu membuat saya sedih. Saya kemudian bertekad untuk membantu ekonomi keluarga. Setidaknya meringankan hidup ibu saya. Dia yang paling bekerja keras dan mengorbankan banyak hal buat keluarga setiap hari," katanya lagi.

Felix bukannya tak bertanggung jawab. Ia mau tak mau terbang ke London demi mendapatkan gaji yang lebih besar. Saat itu, Felix bekerja di sebuah gudang atau pabrik. Inaki Williams, di tempat lain, bermpimpi menjadi pesepak bola profesional.

Langkahnya ia mulai dengan bergabung ke Club Natacion Pamplona. Tak butuh waktu lama buat pemandu bakat Athletic Club de Bilbao, Felix Burghui untujk memanggilnya langsung. Burghui adalah sosok yang menemukan Javi Martinez, Iker Muniain, sampai Mikel San Jose.

Pada 2008, atau saat usia adiknya mencapai enam tahun, Inaki Williams dimasukkan ke feeder klub Bilbao, Club Deportivo Pamplona. Di sana, bakatnya ditempa bersama lusinan pemain muda lainnya yang bermimpi bisa lolos ke klub utama Athletic Bilbao.

Inaki Williams sadar bahwa menunggu tak akan bisa membantu perekonomian keluarganya. Alhasil, ia memilih menjadi wasit untuk laga-laga tim junior. Dari sana, ia bisa memperoleh 10 euro per pekan sembari mengasah kemampuannya bersama Club Deportivo Pamplona.

Empat tahun berselang, tepatnya pada 2012, saat usianya sudah memasuki tahap profesional, Athletic Bilbao mengetuk pintu, menawarkan kontrak profesional bersama Athletic Bilbao. Dilema kembali dihadapi Inaki Williams. Kalau ia menerima tawaran tersebut, ia harus pindah lagi ke Bilbao dan meninggalkan ibu serta adiknya di Pamplona.

Maria ikhlas, mempersilahkan Inaki Williams mengejar mimpinya. "Saya rasa dia sudah dewasa dan berhak menentukan pilihan. Dulu, saya dan suami saya juga melakukan keputusan yang sulit meninggalkan Afrika ke negara ini. Itu semua demi kebaikan, dan saya yakin keputusan anak saya adalah demi kebaikan," kata Maria Arthuer, ibunda Inaki Williams.

 

5 dari 5 halaman

Kulit Hitam Pertama untuk Athletic Bilbao

Penyerang Athletic Bilbao, Inaki Williams. (AFP/Ander Gillenea)

Athletic Bilbao adalah klub yang unik. Mereka merupakan tim yang hanya diperkuat oleh pemain yang lahir di Catalonia atau setidaknya memiliki darah Basque. Mereka menolak dicap rasis, tapi menurut mereka ini adalah warisan budaya luhur yang tak boleh luntur.

Tentu saja Inaki Williams menyedot anime publik Catalan dan Spanyol ketika pada 2014 resmi melakoni debutnyya bersama Athletic Bilbao. Bagaimana tidak, orang tua asli Afrika, tak ada darah Basque sama sekali. Dan yang paling utama, Inaki Williams berkulit hitam.

Namun, karena lahir di Pamplona, Inaki Williams dianggap memiliki darah Basque dan Spanyol. "Saya bangga berkulit hitam, saya bangga melihat orang Afrika asli bangga terhadap saya," katanya.

"Saya masih sering mendengar sayup-sayup, 'Pemain berkulit hitam tak boleh bermain untuk Athletic, dia bukan orang Basque'. Oh masih sering. Saya tidak marah, pintu rumah saya terbuka buat mereka."

"Saya memang hitam, tapi saya orang Basque juga. Saya lahir di sini. Mudah-mudahan keeberadaan saya tak menutup etnis lain yang punya darah Basque, yang bangga akan identitas Basque, untuk membela Athletic Bilbao suatu saat nanti," ujar Inaki Williams.