Bola.com, Jakarta - Mantan bek klub elite Brasil Sao Paulo, Flavio Donizete bercerita kisah kelamnya saat kecanduan narkoba hingga membuatnya rela menjual benda paling berharga dalam hidupnya.
Ia jadi bagian tim Sao Paulo saat memenangkan kompetisi Liga Brasil dan Copa Libertadores sebelum melengkapinya dengan juara Piala Dunia Antarklub dengan mengalahkan Liverpool pada musim 2005.
Sang stoper namanya masuk ke dalam skuad karena cedera yang dialami Leandro Bonfim, meski turun ke lapangan saat Sao Paulo mengalahkan Liverpool dengan skor 1-0. Ia mendapat pengalungan medali.
Namun, perolehan medalinya dari turnamen tersebut, justru dikorbankannya demi memenuhi hasrat kecanduan narkoba yang merusak karier yang dianggap menjanjikan pada mulanya.
"Saya menjualnya untuk membeli narkoba. Saya menjualnya seharga 7000 reais (sekitar Rp18 juta)," ungkapnya kepada Globoesporte.
"Ketika saya menjualnya, uang saya terima dan saya menghabiskan hampir semuanya untuk membeli kokaina. Pembelian pertama adalah 1000 reais kokaina. Saya memakainya habis dalam dua hari. Semakin banyak yang yang saya miliki, semakin banyak narkoba yang saya ingin beli."
Karier sang pemain di Sao Paulo pendek. Ia hanya satu musim di sana, sebelum berpetualang ke Portuguesa, America-SP, Atletico de Alagoinhas, Nacional-SP, dengan jam terbang bertanding yang amat minim. Mimpi masa kecilnya bermain di Timnas Brasil buyar.
Video
Keluarga Hancur Berantakan
Flavio Donizete menyebut dirinya lupa diri saat di bawah pengaruh narkoba.
"Setelah saya menyentuh kokain, saya kehilangan segalanya. Karena pada awalnya saya adalah pemakai biasa. Sampai akhirnya kecanduan, saya mulai kehilangan semua yang saya miliki.
Semua uang yang saya tabung, saya gunakan untuk membeli narkoba. Saya benar-benar kecanduan. Pagi, siang dan malam saya harus memakai kokain."
Mantan pesepak bola kelahiran 16 Januari 1984 harus menerima kenyataan keluarganya ikut berantakan gara-gara masalahnya.
"Semua uang dalam rekening tabungan, harta benda saya, saya mulai kehilangan semuanya. Saya kehilangan segalanya, kecuali istri, anak dan keluarga, yang masih menemani saya sampai sekarang."