Fokus Menjalani Tugas di APPI, Ponaryo Astaman Tunda Karier Kepelatihan

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 28 Mei 2020, 06:45 WIB
General Manager APPI, Ponaryo Astaman. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Bola.com, Jakarta - General Manajer Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman, sebenarnya pemegang lisensi kepelatihan A AFC. Namun, hingga sejauh ini, Ponaryo Astaman belum benar-benar serius menjadi pelatih, setelah terakhir kalinya pada 2018. Kesibukannya di APPI membuatnya memilih untuk menunda dulu karier kepelatihannya.

Ponaryo Astaman dalam satu tahun terakhir tak hanya dikenal sebagai seorang mantan pesepak bola nasional Indonesia. Pemain kelahiran Balikpapan itu juga merupakan GM dari APPI, komentator pertandingan sepak bola di Indosiar, host sebuah acara kuis di televisi, dan satu lagi, pemegang lisensi A AFC.

Advertisement

Dengan begitu banyak potensi pekerjaan yang digarapnya, Ponaryo Astaman kini lebih fokus untuk menjalankan tugasnya sebagai GM APPI dengan menyambi sebagai komentator atau host. Namun, untuk kepelatihan, pemain yang pernah menjadi kapten Timnas Indonesia itu memilih untuk menundanya hingga masa jabatannya di APPI berakhir.

"Kalau melatih itu merupakan ketertarikan tersendiri. Sejak dulu saya tertarik menjadi pelatih, makanya sempat menjadi pelatih di Borneo FC saat Piala Presiden bersama Mas Kurniawan (Dwi Yulianto). Ke sini, ternyata banyak yang harus diperbaiki dalam sepak bola, makanya lewat APPI, setelah pensiun pada 2017 langsung mendapatkan tugas sampai periode 2021," ujar Ponaryo Astaman dalam Silaturahome Liputan6, Rabu (27/5/2020).

"Ini tidak bisa disambi sebagai pelatih. Kalau disambi dengan menjadi komentator atau yang lain masih bisa, tapi kalau dengan pelatih tentu tidak bisa. Selain karena menjadi pelatih perlu pengabdian waktu, tentu akan ada conflict of interest kalau saya menjadi pelatih sekaligus GM APPI," lanjutnya.

Sebelum menjadi GM APPI, Ponaryo Astaman sempat menjadi Presiden asosiasi yang mewakili para pemain sepak bola di Indonesia itu, bersama Bambang Pamungkas yang menjadi wakilnya. Pengalaman menjadi pemain profesional di Indonesia membuat Ponaryo Astaman cukup memahami segala macam permasalahan yang dihadapi oleh pemain, baik dengan klub maupun dengan federasi.

 

Video

2 dari 3 halaman

Curhat Pemain di Tengah Pandemi COVID-19

Mantan pemain Timnas Indonesia, Ponaryo Astaman, saat hadir pada Indonesian Soccer Awards 2019 di Studio Indosiar, Jakarta, Jumat (10/12). Acara ini diadakan oleh Indosiar bersama APPI. (Bola.com/Yoppy Renato)

Ponaryo Astaman bersama APPI kini tengah memperjuangkan bagaimana hak sebagai pemain profesional di tengah pandemi COVID-19 ini tidak sampai merugikan. Ponaryo Astaman terus berusaha mengajak klub dan juga PSSI untuk duduk bersama demi kepentingan bersama.

Tak hanya itu, mantan pemain Persiba Balikpapan, PSM Makassar, Sriwijaya FC, Arema FC, dan juga Persija Jakarta itu juga selalu siap untuk mendengarkan permasahan dari para pemain.

"Luar biasa karena keadaan ini. Sepak bola menjadi terganggu karena situasi ini. Jadi semua pemain tentu jadi bertanya-tanya harus bagaimana. Akhirnya ada yang harus mencari usaha lain, seperti jual kelapa, kemudian ada juga yang gajian hanya 700 ribuan, ada juga pemain yang bisa membuat bisnis kuliner. Dampak situasi saat ini cukup signifikan kepada pemain," ujar Ponaryo.

"Karena sama-sama terdampak kondisi ini, memang tidak ada kepastian karena juga tidak ada kejelasan. Ini yang paling sulit karena semua, termasuk klub, PSSI, maupun PT LIB harus menyusun rencana. Tapi karena tidak ada kepastian, semua seperti mengambang dan tidak bisa begitu saja mengambil keputusan. Solusi terdekat ya harus berembuk dengan tujuan membantu semua pihak."

"Solusinya memang belum ada, karen pertemuan virtual dengan PSSI dan dengan pelatih dalam sesi yang berbeda, baru sampai menyaring aspirasi dan ide dari pelatih dan pemain. Mereka menginginkan kompetisi berlanjut, tapi memang faktor utamanya adalah kesehatan dan keselamatan, dan itu tidak bisa ditawar. Kalau yang lain masih bisa dinegosiasikan, seperti kontrak dan lain-lain, tapi masalah kesehatan, semua tidak bisa ditawar bahwa semua harus benar-benar aman baru sepak bola bisa berlanjut," papar Ponaryo.

 

3 dari 3 halaman

Solusi Jangka Pendek dan Saran untuk ke Depan

Mantan pesepak bola, Ponaryo Astaman menjadi MC saat peluncuran Nike Born Mercurial 360 di Fisik Football, Jakarta, Rabu (7/3/2018). Nike merilis model terbaru Nike Mercurial Superfly dan Vapor 360. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Sebagai asosiasi yang menampung aspirasi dari para pemain profesional di Indonesia, APPI tentu harus bisa mencari jalan keluar dari segala permasalahan yang dihadapi oleh para pemain, termasuk dalam kondisi pandemi COVID-19 yang tengah dialami.

Ponaryo Astaman mengaku bahwa untuk memberikan saran ataupun solusi, APPI harus memilah-milah terlebih dulu, terutama membagi menjadi dua hal, untuk kondisi saat ini, dan untuk antisipasi ke depan.

"Kalau untuk sekarang, tentu yang kami lakukan adalah berkomunikasi dengan PSSI mengenai kelanjutan kompetisi karena memang itu yang berdampak langsung terhadap pemain sepak bola," ujar Ponaryo.

"Kalau berbicara ke depan, para pemain harus mengambil pelajaran dari situasi saat ini. APPI mulai menggagas dan berkomunikasi dengan sejumlah mitra atau partner untuk membuat edukasi mengenai financial planning. Hikmah dari kondisi sekarang ini, para pemain harus bisa mengelola keuangan dengan sangat baik," lanjutnya.

Mencoba untuk mengusulkan kompetisi kembali berjalan demi dapur pemain yang kembali mengebul memang menjadi konsentrasi Ponaryo Astaman bersama APPI, di mana seperti diungkapkan di atas, kesehatan dan keselamatan tetap menjadi yang utama. Namun, seandainya PSSI pada akhirnya menetapkan kompetisi harus berhenti, Ponaryo berharap para pemain bisa belajar untuk memanfaatkan aset yang dimiliki.

"Kalau tidak berlanjut, para pemain harus siap untuk belajar memanfaatkan aset yang mereka miliki. Aset di sini bukan hanya sekadar benda yang mereka miliki, tapi intelektual mereka. Banyak dari mereka yang punya follower banyak di media sosial, ada juga yang sudah menjalankan youtube. Jadi mereka harus bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki," ujar Ponaryo.

"Untuk ke depannya, kembali lagi mereka harus belajar bagaimana mengelola keuangan yang mereka miliki," lanjutnya.

 

Berita Terkait