Bola.com, Jakarta - Simon McMenemy menolak anggapan Bhayangkara FC dberuntung ketika menjuarai Liga 1 2017. Untuk diketahui, tim berjuluk The Guardian ini berhasil merengkuh gelar sebagai kuda hitam karena bermain layaknya keluarga.
Banyak pihak yang menilai Bhayangkara FC mujur ketika menjuarai Liga 1 2017. Terlebih, The Guardian meraih kemenangan gratis lewat skor 3-0 atas Mitra Kukar. Pasalnya Mitra Kukar memainkan Mohamed Sissoko yang waktu itu tengah berstatus terhukum.
Memang momennya kala itu Bhayangkara FC tengah saling sikut dengan Bali United. Di akhir musim, The Guardian bahkan hanya unggul rekor pertemuan dengan rival terberatnya itu setelah sama-sama mengemas 68 poin.
Simon McMenemy pun angkat bicara mengenai keberhasilan tim. Menurutnya ketika ditunjuk menjadi pelatih pada awal musim tersebut, Bhayangkara FC begitu mengandalkan Thiago Furtuoso.
Simon McMemeny merasa harus membuat alternatif lain jika bomber asal Brasil itu tidak bermain. "Bos Bhayangkara FC memberi tahu saya, ketika Thiago bermain, kami menang. Dia tidak bermain, kami kalah. Jadi kami harus membangun tim saat Thiago tidak ada di sana," ujar Simon dikutip dari wawancaranya dengan BangBes di YouTube.
Pekerjaan pertama Simon adalah memadukan para pemain Bhayangkara FC yang saat itu dibanjiri oleh pemain dengan tipe yang sama yaitu gelandang tengah.
Skuat lini tengah tim memang sangat gemuk. Bayangkan tim punya nama-nama seperti Lee Yoo-joon, Firman Utina, Evan Dimas, Muhammad Hargianto, Wahyu Subo Seto, Zulfiandi hingga Paulo Sergio. Akhirnya, Simon memilih untuk mematenkan formasi 4-4-2 diamond untuk mengakomodir menumpuknya gelandang tengah Bhayangkara FC.
"Jadi yang saya lihat pertama kali datang, kami punya banyak pemain muda "ball player". Artinya pemain yang bisa passing dan menguasai bola. Ada Evan, Zulfiandi, dan Subo Seto yang sempat diremehkan saat itu. Mereka semua adalah pemain muda yang sangat bagus dalam passing. Hargianto juga. Bahkan mereka pernah bermain bersama cukup lama di Timnas Indonesia U-19. Jadi kami harus memainkan itu. Membangun tim menggunakan kelebihan itu," ucap Simon.
"Itu adalah satu hal yang bagus kami lakukan. Jadi kami mulai siapkan cara bermain supaya bisa menonjolkan hal bagus yang mereka lakukan. Akhirnya kami bermain dengan formasi 4-4-2 diamond. Sangat dekat di tengah. Di mana mereka bisa saling mengoper bola. Bola selalu bergerak," tutur Simon McMenemy.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Peran Paulo Sergio
Simon McMenemy memberikan penekanan khusus terhadap peran Paulo Sergio. Gelandang berusia 36 tahun tersebut dianggapnya membawa dampak positif di dalam dan luar lapangan.
"Potongan puzzle terakhir adalah ketika Paulo Sergio bergabung. Dan dia membuktikan menjadi satu di antara pemain asing terbaik yang pernah bermain di Indonesia. Dia juara dua kali dalam tiga musim terakhir. Dia adalah role model. Saya kehabisan kata-kata untuk memujinya karena dia memberikan dampak kepada pemain di sekitarnya," imbuh Simon.
"Evan, Hargianto, Zulfiandi suka bermain dengan Paulo Sergio. Semua suka bermain dengannya. Karena apa yang dia berikan kepada mereka. Dia selalu menyemangati mereka untuk lebih baik. Bagaimana dia mengontrol dirinya di luar lapangan. Sangat mudah didekati dan bersahabat. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia pemain spesial. Dia seperti pemain biasa, selalu ingin mengajak pemain lokal ambil bagian."
"Kunci Bhayangkara FC saat itu adalah ketika di lapangan kami menggunakan kemampuan terbaik. Di luar lapangan kami masih satu kesatuan. Kami melakukan semuanya bersama. Kami mencoba sebisanya membuat seperti keluarga karena ada banyak hal yang melawan kami. Suporter tamu dan stadion penuh di laga tandang. Kami hanya bilang. Dengar semua akan melawan kami tahun ini. Jadi kami harus rapat dan kompak seperti keluarga," jelasnya.
Sayangnya sukses Simon McMenemy di tim Bhayangkana tidak tertular saat naik kelas menjadi arsitek pelatih tim nasional Indonesia. Kariernya bahkan tamat setelah baru menjalani beberapa laga.
Baca Juga
Media Negeri Jiran Panaskan Rumor Pelatih Karismatik Malaysia Jadi Arsitek Gres Persis di BRI Liga 1
Cerita Legenda Chelsea Temukan Bakat Hokky Caraka: Dulunya Bek dan Diubah Jadi Striker, Bangga Masuk Timnas Indonesia
Vietnam Mau Mainkan Pemain Naturalisasi Brasil Rafaelson aka Nguyen Xuan Son di Piala AFF 2024 Vs Timnas Indonesia, Masih Tunggu Izin FIFA