Bola.com, Jakarta Tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia, tampil inkonsisten sepanjang tahun lalu. Namun, pada awal tahun 2000 ia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan dan perkembangan pesat.
Pebulutangkis berusia 22 tahun tersebut berhasil mengalahkan Anders Antonsen (Denmark) dan Shi Yu Qi (China) pada Malaysia Masters 2020. Ia juga membawa Malaysia melangkah ke final Kejuaraan Bulutangkis Asia Beregu. Kemudian, pada debutnya di All England, Lee Zii Jia juga berhasil melenggang ke semifinal.
Performanya sepanjang pekan itu di All England, termasuk kemenangan atas Jonatan Christie dan Chen Long, menunjukkan potensinya masuk jajaran elite bulutangkis dunia. Lee bermodal postur tinggi, serta mampu bermain dengan durasi panjang, cukup sabar, jarang mencatatkan kesalahan sendiri, dan punya pertahanan mumpuni.
Perkembangan Lee juga cepat. Dia masih menempati ranking 42 pada Januari 2019, kemudian menembus 15 besar, dan masuk 10 besar setelah All England 2020.
Kemajuan pesat Lee tak lepas dari sosok pria asal Indonesia, Hendrawan, yang menjadi pelatih sektor tunggal putra Malaysia.
"Saya mulai berlatih di bawah pelatih Hendrawan pada Agustus tahun lalu. Dia belum menyentuh area seperti skill dan cara bermain di lapangan. Dia malah membagi banyak pengalamannya sebagai pemain," kata Lee, seperti dilansir situs BWF, Senin (1/6/2020).
"Pengalamannya sebagai mantan juara dunia sangat bernilai, bukan sesuatu yang dimiliki setiap orang. Ia tak banyak punya waktu untuk memperbaiki skill saya, karena tahun lalu saya disibukkan dengan banyak turnamen. Rasanya saya bermain lebih dari 20 turnamen."
"Ia menginginkan saya jadi pemain yang lebih komplet. Sejauh ini saya dilihat sebagai pemain satu dimensi yang hanya bermain menyerang. Dia bilang saya harus melengkapi serangan dan pertahanan, supaya menjadi pemain papan atas," imbuh Lee Zii Jia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Nasihat Lee Chong Wei
Nasihat Hendrawan membuat permainan Lee berubah, yang ditunjukkannya pada perempat final dan semifinal All England. Dia memamerkan pukulan-pukulan yang tepat sasaran, ulet bahkan saat menerima smes, dan bisa mengatur kecepatan permainan.
Ia bahkan hampir punya kans mengalahkan Axelsen di semifinal. Lee sempat unggul 19-18 pada gim ketiga, namun akhirnya Axelsen bangkit dan menang dramatis.
Mengingat Olimpiade Tokyo 2020 ditunda setahun, Lee punya cukup waktu untuk mengasah skillnya dan datang ke Tokyo sebagai pemain yang lebih komplet.
Selain banyak belajar dari Hendrawan, Lee juga meminta nasihat dari legenda bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei. Ada nasihat Lee yang terus disimpannya dalam hati.
"Saya menemuinya setelah dia pensiun. Dia memberikan nasihat, satu di antaranya supaya saya selalu bergantung pada diri sendiri. Pelatih dan orang-orang di sekitar saya hanya membantu 10 persen hingga 20 persen," ujar Lee.
"Saya mesti mengandalkan diri sendiri untuk sisa 80 persennya. Kami pemain tunggal, jadi hanya sendirian di lapangan. Jika tak bisa mengatasi stres, ketakutan, dan kekhawatiran, maka Anda akan kalah. Yang bisa mengatasi masalah-masalah itu hanya diri saya sendiri," sambung dia.
Sumber: BWF