Bola.com, Semarang - Relasi keluarga seperti ayah dan anak di dunia sepak bola Indonesia bukanlah hal yang aneh. Namun, kisah Sartono Anwar yang punya putra bernama Nova Arianto merupakan contoh sukses bapak dan anak di dunia sepak bola Indonesia.
Sartono Anwar menjadi sosok yang sulit dilupakan oleh publik PSIS Semarang. Ia merupakan pelatih yang pertama kali mempersembahkan gelar juara bagi Mahesa Jenar di pentas sepak bola Indonesia.
Trofi juara Perserikatan 1987, mengalahkan Persebaya Surabaya, adalah bukti sentuhan magis pria kelahiran Semarang, 30 September 1942, itu. Sekaligus menjadi gelar pertama bagi PSIS sepanjang sejarah klub.
Tidak sedikit yang menaruh respek terhadapnya sebagai satu di antara pelatih berpengalaman di negeri ini. Filosofi permainan, gaya melatih, hingga taktik jitunya, menjadikan Sartono Anwar sebagai pelatih dengan nama besar dan sejarah panjang.
Selain membesut PSIS, Sartono tercatat juga pernah melatih Assyabaab Salim Group, Petrokimia Putra, Arseto Solo, Persibo Bojonegoro, hingga Persisam Samarinda.
Sartono Anwar memiliki putera yang sama-sama berkecimpung di sepak bola, yakni Nova Arianto. Seperti ayahnya, Nova Arianto tak kalah pamor dalam meraih kesuksesan selama berkiprah di lapangan hijau.
Nova Arianto tercatat sebagai pemain asal Semarang yang mencapai kesuksesan baik saat berseragam klub, Timnas Indonesia, hingga kariernya di dunia kepelatihan sekarang ini.
Bola.com menyajikan pesona Sartono Anwar dan Nova Arianto sebagai bapak dan anak yang mampu meraih banyak kesuksesan di sepak bola Indonesia.
Video
Punya Gaya yang Sama
Sepak bola tidak bisa dipisahkan dari hubungan bapak dan anak tersebut. Sartono Anwar merupakan pelatih kawakan, dengan segudang prestasi dan pengalaman menjadi mentor terbaik anaknya.
Sementara Vava, sapaan karib Nova Arianto, sudah dilatih keras oleh ayahnya sejak masih kecil. Nova kecil kerap diajak Sartono Anwar ke lapangan saat memimpin latihan PSIS di Stadion Citarum.
Agung Setyabudi, pemain yang pernah satu tim bersama Sartono Anwar maupun Nova Arianto di Arseto Solo, bercerita mengenai kiprah keduanya di sepak bola Indonesia. Ia menilai ada kesamaan karakter dan gaya antara Sartono Anwar maupun Nova Arianto.
"Sifat dan karakter keduanya hampir sama, kemauan tinggi, dan pekerja keras. Sartono Anwar sangat menjunjung profesionalitas, tidak ada yang diistimewakan dalam tim, termasuk kepada anaknya sendiri," tutur Agung Setyabudi kepada Bola.com, Rabu (3/6/2020).
"Sartono tegas, tidak pilih-pilih, siapa saja kena semprot, termasuk kepada Nova yang notabene anak sendiri. Hal itulah mungkin dicontoh oleh Vava," katanya.
Pernah Bekerjasama dalam Satu Tim
Pada Piala Dunia 1998 di Prancis, Timnas Italia cukup menarik perhatian karena ada figur bapak dan anak dalam sebuah tim, yaitu Cesare Maldini dan puteranya, Paolo Maldini.
Keduanya bekerja dalam satu tim yang menjadi kebanggaan masyarakat Italia, Gli Azzurri. Meski Italia hanya mampu melaju sampai perempat final karena kalah dari tuan rumah Prancis.
Kisah Cesare dan Paolo Maldini hampir mirip dengan Sartono Anwar dan anaknya, Nova Arianto. Keduanya tercatat pernah sama-sama bekerja di dalam satu tim, yakni Arseto Solo pada musim 1997-1998.
Agung Setyabudi menuturkan saat itu Nova Arianto masih sangat belia dan memiliki posisi sebagai penyerang. Sementara dalam perjalanan kariernya, Vava menjadi sosok bek yang tangguh, hingga mendapat julukan Suster Ngesot.
"Nova waktu itu masih magang pada musim 1997. Bakat dan potensi memang sudah terlihat. Posturnya sesuai dan ada kemauan sebagai atlet sepak bola," tutur Agung.
"Kalau tidak salah ketika di Surabaya, dia dapat tugas jadi bek dan bisa melakukannya dengan baik," bebernya.
Sama-sama Sukses Jadi Pelatih
Sartono Anwar menjadi pelatih sukses dan punya sejarah panjang. Selain kenangan manis bersama PSIS Semarang saat menjadi juara Perserikatan 1987, Sartono dikenal sebagai pelatih yang malang melintang dalam sejumlah klub.
Prestasi moncer lain yang diraih Sartono Anwar adalah mengantarkan tim semenjana seperti Persibo Bojonegoro keluar sebagai juara Divisi Utama pada 2010. Julukan sebagai profesor juga melekat terhadap diri Sartono Anwar.
Prestasi tak kalah hebat turut ditorehkan Nova Arianto setelah pensiun sebagai pemain. Vava mengawali karier sebagai pelatih tim profesional di Madiun Putra pada ajang Indonesian Soccer Champhionship (ISC) B pada 2016.
Lantas Vava makin berkembang dengan membesut tim Bhayangkara FC U-21, Lampung Sakti, dan saat ini menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia. Nova membantu Shin Tae-yong di Timnas Indonesia senior sejak Januari lalu.
"Sartono Anwar cara melatihnya bagus. Berkesinambungan sejak dari pemanasan sampai taktik dan penerapan dalam pertandingan. Pedomannya latihan yang rajin pasti bisa menembus tim utama," ujar Agung.
"Sementara Nova saya lihat juga bagus, terutama pendekatan kepada para pemain. Tentunya dia banyak belajar dari ayahnya sendiri," jelas Agung menutup obrolan.