Bola.com, Jakarta - Liverpool kian mendekati titel Premier League. Bahkan, The Reds hanya butuh dua kemenangan lagi untuk memastikan gelar masuk genggaman.
The Reds mengoleksi 82 poin, berjarak 25 poin dari Manchester City. Kedua tim sudah memainkan 29 dan 28 laga.
Dengan menyisakan 10 pertandingan, The Citizens sulit untuk mengejar poin anak-asuh Jurgen Klopp.
Bahkan, Liverpool bisa juara lebih cepat jika terus menang dan Manchester City terpeleset lagi. Namun, semua tampaknya sepakat The Reds bisa dibilang akan memenangi Premier League musim ini dengan mudah.
Sepanjang sejarah sepak bola Inggris, ada beberapa momen ketika sebuah tim memenangi liga domestik dengan mudah.
Berikut ini 14 gelar liga termudah dalam sejarah sepak bola Inggris, seperti dilansir FourFourTwo.
Video
Preston (1888-1989)
Pada musim pembuka Divisi I, Preston North End benar-benar dominan. Preston menyudahi liga tertinggi di Inggris tanpa kekalahan dari 22 pertandingan.
Mereka mencetak gol paling banyak dibanding tim-tim lain, dan kebobolan paling sedikit. Preston akhirnya menyudahi musim itu dengan menjuarai liga dan Piala FA sekaligus.
Aston Villa (1896-1897)
Aston Villa menjadi klub kedua yang memenangi liga dan Piala FA sekaligus. Pada musim itu, Aston Villa hanya menelan empat kekalahan di liga.
Saat itu, Aston Villa juara dengan mengantongi margin 11 poin atas peringkat kedua. Sebagai catatan, saat itu kemenangan masih dihargai dengan dua poin.
Peringkat kedua ditempati Sheffield United, yang hanya meraup 13 kemenangan dari 30 laga.
Sunderland (1935-1936)
Sunderland sempat mendominasi divisi teratas Liga Inggris pada akhir abad ke-19. Namun, setelah itu Sunderland puasa gelar sejak 1913.
Johnny Cochrane berusaha keras membangkitkan tim ketika ditunjuk sebagai manajer pada 1928. Tujuh tahun berselang, Sunderland diantarnya menjadi runner up liga, tepatnya pada musim 1934-1935. Tahun itu, Sunderland kalah persaingan dari Arsenal.
Namun, pada musim berikutnya Sunderland benar-benar merajalela. The Black Cats, julukan Sunderland, berhasil menyudahi liga sebagai kampiun dengan keunggulan delapan poin (15 poin jika kemenangan dihargai dengan tiga poin) atas peringkat kedua, Derby.
Tottenham Hotspur (1960-1961)
Tottenham benar-benar mendominasi sepanjang musim. Tim besutan Bill Nicholson memperlihatkan superioritasnya ketika meemenangi 15 dari 16 laga pertama musim ini. Gap dengan para pesaingnya seperti Sheffield Wednesday dan Wolverhampton Wanderers terus melebar.
Pada musim itu, Spurs total mencetak 115 gol, serta dengan mengagumkan memenangi 16 dari 21 pertandingan tandang.
The Lilywhites juga menjuarai Piala FA. Totenham menjadi tim pertama yang memenangi gelar ganda, liga dan Piala FA, sejak Aston Villa pada 1987.
Everton (1969-1970)
Setelah memenangi tiga laga beruntun pada Februari 1970, Everton menempati posisi kedua di klasemen, di belakang Leeds United. Everton tampaknya harus bekerja keras jika ingin menjuarai liga.
Namun, skenario pada akhir musim benar-benar memihak The Toffees. Everton berhasil memenangi delapan dari sembilan pertandingan terakhir musim ini, termasuk kemenangan 2-0 di Anfield.
Pada saat bersamaan, kinerja Leeds malah terjun bebas. Alhasil, Everton berusaha menjurai liga. Jika kemenangan dikonversikan menjadi tiga poin, maka saat itu Everton juara dengan selisih 17 poin atas Leeds.
Nottingham Forest (1977-1978)
Nottingham Forest menjuarai liga untuk kali pertama dengan cara berkelas. Saat itu, mereka menjalani musim pertama setelah promosi ke level teratas kompetisi sepak bola Inggris.
Forest tercatat menjuarai liga dengan keunggulan tujuh poin (saat itu kemenangan masih dihargai dua poin), hanya kalah tiga kali dari 42 laga, serta memuncaki klasemen sejak Oktober.
Liverpool (1978-1979)
Setelah kalah dari Nottingham Forest dengan margin besar pada musim sebelumnya, Liverpool membalas dendam pada musim 1978-1979.
The Reds menyudahi liga dengan keunggulan delapan poin atas sang runner up, Nottingham Forest. Laga kandang menjadi kunci kesuksesan The Reds. Liverpool tercatat memenangi 19 dari 21 laga di Anfield, serta hanya kebobolan empat gol.
Liverpool (1982-1983)
Liverpool menjuarai musim 1981-1982 dengan keungggulan empat poin atas peringkat kedua, Ipswich. Saat itu, The Reds mengoleksi 87 poin, adapun Ipswich 83.
Pada musim berikutnya Liverpool kembali juara, dengan hanya mengantongi 82 poin. Bedanya, saat itu Liverpool unggul 11 poin atas peringkat kedua, Watford.
Liverpool (1987-1988)
Saat itu, Liverpool menjuarai liga hanya dengan selisih sembilan poin atas peringkat kedua. Tapi, musim itu The Reds mendominasi dari awal sampai akhir liga.
Kenny Dalgish membeli pemain seperti John Barnes dan Peter Beardsley sebagai respons kepindahan Ian Rush ke Juventus. Hasilnya begitu menakjubkan.
Liverpool saat itu tak bisa bermain di Anfield hingga pertengahan September karena sedang direnovasi. Itulah alasannya The Reds baru memuncaki klasemen pada Oktober.
Liverpool tak terkalahkan hingga keok dari Everton pada Maret. Mereka kalah lagi dua pekan berselang dari Nottingham Forest. Tapi, itu tak mencegah Liverpool menjuarai liga.
Manchester United (1999-2000)
Musim 1998-1999 masih menjadi yang terbaik dalam sejarah Manchester United. Saat itu, tim besutan Sir Alex Ferguson mengemas treble winners, dengan menjuarai Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.
Namun, saat itu Manchester United menjuarai liga dengan hanya unggul satu poin atas Arsenal.
Pada musim berikutnya, Setan Merah menunjukkan dominasi. Mereka menjadi kampiun Premier League dengan keunggulan 18 poin atas Arsenal.
Kemenangan 1-0 atas Middlesbrough membawa MU ke posisi pertama, dan bertahan hingga akhir musim. The Reds hanya kalah sekali dari 18 pertandingan terakhir musim 1999-2000.
Arsenal (2003-2004)
Arsenal menjadi tim pertama sejak Preston pada 1988-1989 yang menjalani musim tanpa kekalahan. Sebenarnya pada awal musim, tabel masih dikuasai Manchester United.
Namun, pada pertengahan Januari setelah menang 2-0 atas Aston Villa, Arsenal merangsek ke puncak klasemen Premier League. Sehari sebelumnya, Setan Merah secara mengejutkan kalah dari Wolverhampton Wanderers.
Arsenal terus bertahan di puncak dan memenangi titel dengan margin 11 poin.
Chelsea (2004-2005)
Kesuksesan Chelsea pada musim 2004-2005 tak lepas dari kedatangan Jose Mourinho. Pada musim pertama di Stamford Bridge, Mourinho langsung mempersembahkan gelar Premier League.
The Blues tercatat tak terkalahkan hingga Oktober, kemudian berhasil menghindari kekalahan hingga akhir musim. Chelsea mengantongi 95 poin pada akhir musim dan hanya kebobolan 15 gol.
Manchester United (2012-2013)
Ini merupakan musim terakhir Sir Alex Ferguson menangani Manchester United. Saat itu, Ferguson sebenarnya memiliki skuat yang tak terlalu tangguh.
Namun, Ferguson memiliki ide brilian. Dia merekrut pemain yang tajam dalam mencetak gol dan bisa membantu meraup kemenangan. Solusinya, MU menggaet Robin van Persie dari Arsenal.
Kehadiran Van Persie benar-benar berpengaruh besar. Manchester United akhirnya menjuarai Premier League dengan keunggulan 11 poin.
Manchester City (2017-2018)
Pep Guardiola mengubah Manchester City menjadi tim yang perkasa. Pada musim 2017-2018, The Citizen sulit dibendung.
Manchester City menjuarai Premier League dengan meraup 100 poin dan keunggulan 19 poin atas peringkat kedua.
Catatan apik City pada musim itu yaitu: poin tandang terbanyak (50), kemenangan terbanyak (32), kemenangan tandang terbanyak (16), gol terbanyak (106), selisih gol terbaik (+79), kemenangan beruntun terbanyak (18), dan kemenangan tandang beruntun terbanyak (11).
Pada musim itu, Sergio Aguero mencetak 21 gol di Premier League, Raheem Sterling 18, sedangkan Gabriel Jesus dan Leroy Sane juga mencetak dua digit gol.
Sumber: Four Four Two