Ponaryo Astaman: Imbas Pandemi COVID-19, Gaji Pemain Ada yang di Bawah UMR

oleh Abdi Satria diperbarui 09 Jun 2020, 23:15 WIB
General Manager APPI, Ponaryo Astaman, saat memperlihatkan kartu anggota APPI yang didukung Fisik Football. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Bola.com, Jakarta - General Manajer Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman mengaku prihatin dengan nasib yang menimpa pemain di tengah pandemi virus corona.

Menurut Ponaryo, APPI memahami situasi pemain dan klub terkait dampak dari penghentian kompetisi. Khususnya keputusan PSSI yang membolehkan klub melakukan pembayaran gaji maksimal 25% dari gaji pemain.

Advertisement

"Karena ada kata maksimal, ada klub yang hanya membayar gaji pemainnya dengan nilai 10-15 persen. Dan itu banyak terjadi di Liga 2," tegas Ponaryo dalam diskusi virtual bersama pemain, Selasa (9/6/2020).

Alhasil, setelah pemotongan, maka penghasilan pemain ada yang di bawah UMR.

"Hal seperti ini yang harus dipikirkan bersama. Apalagi sebelum membuat keputusan PSSI tidak melibatkan APPI sebagai perwakilan pemain," kata Ponaryo.

Ponaryo mengapresiasi langkah PSSI yang sudah melibatkan semua pihak untuk membicarakan terkait nasib kompetisi.

"APPI berharap setelah mendengar pandangan atau usulan berbagai pihak, PSSI bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan," tegas Ponaryo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kondisi Klub

Shopee Liga 1 2020 Logo. (Bola.com/Adreanus Titus)

Sementara itu, Haruna Soemitro selaku Direktur Madura United meminta pemain memahami kondisi yang dialami klub. Haruna pun menjelaskan, ketika kompetisi terhenti, pihak klub memang meminta PSSI agar membuat keputusan yang bisa menyelamatkan kelangsungan hidup klub.

"Ketika kompetisi diputuskan berhenti, sponsor pun banyak menarik diri. Begitu pun subsidi dari PSSI. Situasi ini jelas membuat klub kesulitan untuk membayar kewajiban kepada pemain, pelatih dan elemen tim," papar Haruna.

Haruna menambahkan keputusan pemotongan gaji itu juga untuk menyelamatkan bisnis sepakbola itu sendiri. "Kalau dibiarkan, klub bisa bangkrut karena tidak ada pemasukan," pungkas Haruna.

Berita Terkait