Bola.com, Jakarta - SEA Games 1991 masih menjadi sesuatu yang spesial bagi sepak bola Indonesia. Saat itu, Timnas Indonesia berhasil meraih medali emas yang kemudian menjadi pencapaian terbaik dan terakhir Tim Garuda hingga saat ini.
Memang pada 2008 Timnas Indonesia bisa meraih gelar juara Piala Kemerdekaan. Namun, kemenangan itu tak didapatkan dari pertarungan di lapangan hijau.
Libya yang menjadi lawan Timnas Indonesia memilih mundur dalam laga final dan menolak melanjutkan laga. Dalam laga itu, Libya mengaku terjadi pemukulan yang dilakukan oknum ofisial Timnas Indonesia kepada pelatih mereka, Gamal Adeen Abu Nowara.
Kesuksesan Timnas Indonesia pada 1991 tak lepas dari kehadiran sosok-sosok yang menjadi legenda sepak bola Indonesia. Dari bawah mistar gawang ada Eddy Harto yang disebut sebagai kiper terbaik Indonesia sepanjang masa.
Kemudian ada nama lain yang cukup dikenal, seperti Robby Darwis, Ferryl Raymond Hattu, Aji Santoso, Widodo Cahyono Putro, dan striker nyentrik Rochi Putiray.
Ketika itu, pelatih Timnas Indonesia, Anatoly Polosin, membawa 18 pemain. Tak hanya pemain senior seperti Ferryl Raymond Hattu dan Bambang Nurdiansyah, pelatih asal Uni Soviet itu juga membawa pemain muda seperti Aji Santoso, Widodo Cahyono Putro, dan Rochi Putiray.
Selain itu ada nama Erick Ibrahim, Herrie Setyawan, Heriansyah, Sudirman, Toyo Haryono, Salahudin, Maman Suryaman, Hanafing, Kashartadi, Peri Sandria, dan Yusuf Ekodono.
Lalu apa kabar para pemain Timnas Indonesia yang sudah mempersembahkan medali emas di SEA Games 1991 itu?
Video
Menjadi Pelatih
Meneruskan karier di lapangan hijau merupakan pilihan sebagian besar skuad Timnas Indonesia 1991. Tercatat 13 orang dari skuad emas tersebut memilih beralih peran menjadi pelatih.
Duo kiper Timnas Indonesia 1991, Eddy Harto dan Erick Ibrahim, saat ini sama-sama melatih di tim Liga 1. Eddy menjadi pelatih kiper Persiraja Banda Aceh. Sebelumnya, ia juga sempat menjadi pelatih kiper Timnas Indonesia. Sementara, Erick menjadi pelatih kiper Persela Lamongan.
Selain dua kiper ini, menjadi pelatih juga menjadi pilihan Aji Santoso dan Widodo C Putro. Dua legenda sepak bola Indonesia ini kini sudah mengantongi lisensi AFC Pro dan menakhodai klub-klub Liga 1.
Aji menangani Persebaya Surabaya, sedangkan Widodo mengarsiteki Persita Tangerang. Dua pelatih ini juga pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 untuk SEA Games 2011 silam.
Tak hanya menjadi pelatih kepala, ada juga alumnus Timnas Indonesia 1991 yang menjadi asisten pelatih. Mereka adalah Herrie Setyawan dan Sudirman. Herrie saat ini menjadi asisten pelatih di PSM Makassar. Sementara, Sudirman berstatus sebagai asisten pelatih di Persija Jakarta.
Ada sejumlah alumnus Timnas Indonesia 1991 yang berada di klub-klub Liga 2. Mereka adalah Salahudin, Robby Darwis, Yusuf Ekodono, Bambang Nurdiansyah, dan Kashartadi.
Salahudin, saat ini berstatus sebagai pelatih kepala Persis Solo. Robby Darwis menangani PSKC Cimahi. Yusuf Ekodono meneruskan karier kepelatihannya bersama PS Hizbul Wathan, Bambang Nurdiansyah melatih Muba Babel United, dan Kashartadi, terakhir, menangani Sriwijaya FC.
Dari deretan nama ini, Robby Darwis bisa dibilang memiliki keunikan. Pasalnya, pria yang kini berusia 55 tahun tersebut juga berstatus sebagai karyawan sebuah bank milik pemerintah.
Selain menangani klub-klub profesional, ada juga pelatih yang menangani tim-tim non-profesional. Rochy Putiray misalnya. Pria nyentrik ini sempat membesut tim pelajar dan tim sepak bola putri.
Tak hanya Rochy, Peri Sandria pun menangani tim non-profesional. Setelah sempat menjadi asisten pelatih di sejumlah tim Indonesia, saat ini ia menangani tim sepak bola kecabangan angkatan bersenjata Indonesia.
Menjadi Instruktur
Tak hanya menjadi pelatih, ada juga alumnus Timnas Indonesia 1991 yang meneruskan kariernya di dunia sepak bola dengan menjadi instruktur kepelatihan. Sosok terkemuka di bidang ini adalah Hanafing.
Hanafing, yang saat ini sudah mengantongi lisensi AFC Pro tersebut, merupakan seorang instruktur kepelatihan yang dimiliki PSSI. Ia sudah menuntaskan kursus instruktur kepelatihan pada 2017 lalu.
Selain Hanafing, ada lagi dua alumnus Timnas Indonesia 1991 yang menjadi instruktur. Mereka adalah Heriansyah dan Maman Suryaman. Sebelum menjadi instruktur, Heriansyah sempat menjadi pelatih Putra Samarinda U-21. Sementara Maman Suryaman sempat melatih Persija Jakarta. Ia pun sempat menjadi kandidat pelatih Timnas U-19.
Menjadi pemilik sekolah sepak bola juga jalan yang diambil salah satu alumnus Timnas Indonesia 1991. Sosok yang memilih jalan ini adalah Toyo Haryono.
Toyo memiliki SSB yang dinamai seperti namanya sendiri. SSB Toyo Haryono, yang didirikan pada 2016, ini berada di kawasan Jakarta Timur.
Petinggi BUMN
Dari semua alumnus Timnas Indonesia 1991, Ferryl Hattu yang memilih jalan berbeda. Pria yang gaya bermainnya kerap disebut mirip Franz Beckenbauer ini justru menekuni karier sebagai pekerja kantoran.
Ferryl berstatus sebagai pegawai Petrokimia Gresik, sebuah BUMN yang bergerak di bidang produksi pupuk. Tak sekadar pegawai biasa, pria berusia 57 tahun ini sempat jadi Direktur Utama PT Graha Sarana Gresik, anak perusahaan Petrokimia yang bergerak di bidang perdagangan mineral, logam, dan kimia.
Kendati tak lagi aktif berkecimpung di sepak bola Indonesia, nama Ferryl sudah kadung menjadi legenda. Bahkan, hampir setiap menjelang kongres pemilihan Ketua Umum PSSI, sosoknya terus disebut sebagai kandidat paling pas menakhodai federasi sepak bola Indonesia itu.
Sumber: Bola.net
Disadur dari: Bola.net (Dendy Gandakusumah/Gia Yuda Pradana, published 10/6/2020)