Bola.com, Malang - Dalam tiga tahun terakhir bisa dibilang Arema kekurangan striker bernaluri tajam. Kini Arema menaruh harapan besar kepada duet asal Argentina, Elias Alderete dan Jonathan Bauman. Sayang, kompetisi harus terhenti karena pandemi virus corona dan duet lini depan itu belum sempat memperlihatkan tajinya.
Namun, dalam perjalanannya sejak era Galatama hingga saat ini, Arema pernah memiliki duet maut di lini depan yang membuat lawan merasa segan. Ada yang akhirnya menggondol gelar top scorer, ada juga yang berhasil mengantar Arema menjadi juara.
Duet maut Arema FC yang pertama adalah Singgih Pitono dan Mecky Tata. Dua pemain ini berduet sejak Arema FC berkiprah di Galatama, di mana saat itu belum ada penggunaan pemain asing.
Arema memasangkan dua pemain lokal dari daerah berbeda. Singgih ditemukan dalam sebuah pertandingan uji coba di Tulungagung, Jawa Timur, yang merupakan daerah asalnya. Sementara itu, Mecky menjadi gerbong pemain asal Papua yang dibawa pendiri Arema, Acub Zaenal.
Singgih menjadi pemain Arema sejak 1988. Sementara Mecky Tata sudah gabung sejak Arema berdiri, yaitu 1987. Artinya mereka berduet pada 1988 sampai pertengahan 1990an.
Duet penyerang ini disegani lawan. Mereka bergantian jadi top scorer di Galatama. Mecky meraihnya pada 1988 dengan 18 gol. Sedangkan Singgih dapat gelar itu dua kali, pada musim 1992 (21 gol) dan 1993 (16 gol).
Untuk Mecky, dia dijuluki sebagai pemain berkepala emas karena banyak gol bersarang lewat tandukan. Sedangkan Singgih punya kelebihan dalam akurasi tendangan. Jika Arema dapat tendangan bebas di depan kotak penalti, itu makanan empuk Singgih untuk mencetak gol.
Video
Noh Alam Shah dan Roman Chmelo
Dua pemain ini bekerja sama pada 2009 hingga 2011. Noh Alam Shah, yang karib disapa Along, datang dengan label pemain Timnas Singapura. Dia sudah punya nama besar di kancah Asia Tenggara. Sementara Roman, belum pernah main di Indonesia sebelumnya.
Sebenarnya, Roman berposisi sebagai gelandang serang. Namun, pada musim 2010, Arema memakai striker tunggal dan posisi Roman ada di belakang Along. Kinerja dua pemain ini cukup apik.
Meski tidak meraih gelar pemain paling produktif, tapi mereka bisa mendatangkan gelar juara ISL untuk Arema pada tahun itu. Setahun berikutnya, Singo Edan jadi runner-up.
Cara bermain Along condong sebagai targetman. Striker murni yang berkutat dikotak penalti. Sementara Chmelo lebih banyak berkreasi dengan teknik tinggi dan visi bermain yang bagus.
Tak jarang Roman melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Tapi, dia juga sering jadi pelayan Along.
Musim 2010, dua pemain ini menyumbangkan 28 gol. Torehan Roman lebih banyak 2 gol ketimbang Along. Itu jadi senjata Arema memang. Ketika Along dapat kawalan ketat, Roman bisa jadi pemecah kebuntuan. Sayangnya, pada musim kedua mereka bekerja sama, produktivitas menurun. Hanya 17 gol yang disarangkan Roman dan Along.
Cristian Gonzales dan Beto Goncalves
Duet striker beradarah Amerika Latin ini sempat jadi andalan Singo Edan selama dua musim, yakni 2013 dan 2014. Mereka adalah Cristian Gonzales dan Beto Goncalves.
Keduanya sudah punya nama besar ketika membela Singo Edan. Harapan Aremania membubung sangat tinggi terhadap keduanya.
Meski tidak meraih gelar di kompetisi resmi, tapi kedua pemain ini memberikan hiburan tersendiri kepada penonton. Tak jarang proses gol lewat satu dua sentuhan Gonzales dan Beto diperlihatkan. Permainan Arema juga berubah lebih ofensif dan mengandalkan teknik ketimbang main keras.
Musim pertama, duet ini mengoleksi 33 gol. Gonzales setiap musim juga jadi pemain tersubur di klub. Beto, yang sebelum gabung Arema jadi top scorer ISL 2012, mau menurunkan egonya sebagai pelayan Gonzales.
Tapi, pada musim kedua produtivitas mereka menurun jadi 27 gol. Dua pemain ini jadi duet ganas Arema edisi terakhir. Setelah itu, Arema mengandalkan striker lokal dan gonta-ganti penyerang asing.