Bola.com, Makassar - Kiprah Hendra Wijaya kental mewarnai perjalanan PSM Makassar di pentas Liga Indonesia dalam satu dekade terakhir. Karakter keras dan militan ala pemain berdarah Makassar melekat pada diri stoper kelahiran 4 Agustus 1989 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ini. Ia pun nyaris masuk dalam daftar pemain yang hanya berkostum satu klub sepanjang kariernya di dunia sepak bola.
Sayang, pada putaran kedua Liga 1 2019, manajemen PSM Makassar, berdasarkan rekomendasi pelatih saat itu, Darije Kalezic, menerima permintaan PSIM Yogyakarta yang ingin memakai jasa Hendra. Padahal, sebelum ke PSIM, Hendra sudah tercatat sebagai pemain Juku Eja pada 2008.
Kalau ditarik lagi ke belakang, sejatinya, Hendra sudah bergabung di PSM pada 2007 dengan status pemain Pra-Ligina, sebuah tim usia muda yang diproyeksikan masuk ke tim senior.
"Bermain di PSM adalah impian semua pemain asal Makassar. Saya tentu ingin terus bermain di PSM sampai gantung sepatu. Tapi, inilah sepak bola. Pelatih tentu punya selera dan pilihan sendiri," ujar Hendra di channel youtube milik Ferdinand Sinaga.
Pada kesempatan itu, Hendra menceritakan pengalamannya mengikuti seleksi di PSM Pra-Ligina. Ia bercerita awalnya tidak yakin bisa lolos ketika diajak temannya mengikuti seleksi di Lapangan Karebosi.
"Tapi, Ardi (teman Hendra) terus memaksa saya. Apalagi dia membutuhkan saya untuk menemaninya. Kebetulan saya memiliki sepeda motor," kenang Hendra.
Sebelum ikut seleksi, Hendra dan Ardi yang bertetangga di Sungguminasa, Kabupaten Gowa, sering berlatih bersama di PS Tirta, klub internal PSM.
"Sebenarnya di PS Tirta, saya sudah merasa nyaman. Selain mendapat honor bulanan, juga ada peluang jadi pegawai PDAM Makassar," kata Hendra.
Tak ingin mengecewakan temannya itu, Hendra pun mengiyakan dan mengisi formulir biodata peserta seleksi yang sudah disediakan Ardi. Pada hari seleksi, keduanya pun menuju Lapangan Karebosi. Tiba di lokasi, Hendra nyaris membatalkan niat ikut seleksi.
"Pertama, kami datang terlambat. Kedua, saya melihat ada ratusan pemain yang ikut seleksi dengan postur yang ideal. Tapi, Ardi tetap memaksa. Beruntung, kami tetap mendapatkan kesempatan," papar Hendra.
Setelah menjalani seleksi selama sepekan untuk PSM Makassar, dari 500 peserta, terpilih 30 pemain untuk menjalani seleksi lanjutan. "Perasaan saya saat itu campur aduk. Bangga bisa lolos, sedih karena Ardi tidak masuk dalam daftar 30 pemain," ujarnya.
Video
Masuk Tim Senior PSM
Meski sudah masuk dalam daftar 30 pemain yang lolos, Hendra dan kawan-kawan tak otomatis resmi menjadi pemain PSM Pra-Ligina.
"Ada proses seleksi lagi yang berlangsung tujuh bulan. Dari 30 pemain akan dikurangi menjadi 25. Itulah yang resmi menjadi anggota skuat PSM Pra-Ligina dengan fasilitas honor dan mes," kata Hendra.
Saat berada di PSM Pra-Ligina, kemampuan Hendra diasah. Meski tingginya hanya 172 cm atau kurang ideal sebagai stoper, Hendra selalu jadi pilihan utama kala timnya melakukan uji coba.
"Bagi saya, kesempatan itu tidak datang dua kali. Saya terus berlatih keras untuk tetap menjadi plihan utama pelatih," ujarnya.
Kerja keras Hendra membuahkan hasil. Jelang Liga Indonesia 2008, pelatih PSM Makassar saat itu, Radoy Minkovski asal Bulgaria, datang memantau latihan tim Pra-Ligina. "Saat itu, memang ada aturan pelatih PSM harus memproritaskan pemain Pra-Ligina," tutur Hendra.
Dari hasil pantauan, Radoy memilih tiga nama yang dinilai pantas masuk tim senior, yakni Abdul Rahman Abanda, M. Aidil, dan Hendra.
"Bangganya luar biasa, karena saya bisa bermain bersama pemain senior seperti Syamsul Chaeruddin, Ahmad Amiruddin, Handi Hamzah dan Irsyad Aras," kenang Hendra.
Hendra pun resmi bergabung di PSM sejak 2008 sebelum dipinjamkan ke PSIM Yogyakarta pada putaran kedua Liga 1 2019.
Baca Juga
4 Fakta di Balik Pertengkaran David Beckham dan Alex Ferguson pada 2003
Sumardji Sebut Shin Tae-yong Baru Bisa Jadi Sasaran Tembak Jika Timnas Indonesia Melempem di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Manajer Timnas Indonesia Tanggapi Tagar Shin Tae-yong Out Gara-gara Piala AFF 2024: Salah Alamat dan Salah Sasaran!