Cara NPC Indonesia Membuat Atlet Disabilitas Tetap Bugar Selama Pandemi Corona

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 12 Jun 2020, 12:47 WIB
Presiden NPC Indonesia Senny Marbun (kiri) didampingi Wasekjen NPC, Rima Ferdiyanto dalam konferensi pers di Kantor pusat NPC Indonesia, Solo, Rabu (18/3/2020). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - National Paralympic Committee (NPC) Indonesia tak ingin para atletnya mengalami penurunan performa di tengah pandemi virus corona. Wabah COVID-19 sangat berdampak bagi seluruh aktivitas, termasuk olahraga penyandang disabilitas.

Berbagai kegiatan terutama kejuaraan antarnegara ikut batal karena wabah virus corona. ASEAN Paragames (APG) Filipina tahun 2020 ini sudah dipastikan ditiadakan. Agenda APG langsung dialihkan untuk tahun depan di Hanoi, Vietnam.

Advertisement

Sementara Paralimpiade Tokyo yang seharusnya digelar bulan Agustus mendatang, terpaksa ditunda pelaksanaannya menjadi tahun depan. Hal ini membuat pelatnas atlet NPC Indonesia terganggu, bahkan sudah diliburkan dan kembali ke rumah masing-masing.

Untuk tetap menjaga kualitas performa para atletnya, NPC Indonesia mempunyai program latihan secara virtual atau jarak jauh. Program ini dimulai sejak 2 Juni lalu, dan akan berjalan sampai 31 Desember 2020.

"Meski di tengah pandemi, kami harus tetap bisa mempertahankan performa mereka. Jika tidak dikontrol, akan sangat merugikan ketika mereka dipanggil kembali di pelatnas," beber Wakil Sekjen NPC Indonesia, Rima Ferdianto kepada Bola.com, Kamis (11/6/2020).

"Untuk aplikasikannya dengan berbagai macam, termasuk Zoom baik live atau dengan WhatsApp dengan cara di-capture sebagai bukti bahwa atlet latihan. Pelatih harus membuat kuisioner dulu, karena ada daerah yang kesulitan mencari sinyal seperti di NTB. Ada atlet yang harus ke kota dulu untuk mengirimkan hasil latihan ke pelatih setiap tiga hari sekali," terangnya.

 

Video

2 dari 2 halaman

Biaya Ditanggung NPC

Atlet angkat berat NPC Indonesia, Ni Nengah Widiasih. (Bola.com/Ronald Seger Prabowo)

Rima Ferdianto menambahkan bahwa untuk biaya operasional latihan virtual para atlet sepenuhnya ditanggung oleh NPC Indonesia. Setiap atlet mendapat subsidi berupa paket data senilai Rp300 ribu setiap bulannya.

"Misalnya untuk zoom memerlukan data hingga 1 giga byte. Untuk itu ada subsidi kuota paket data 300 ribu perbulan, untuk membantu atlet berlatih maksimal. Sudah kami ajukan, jika disetujui kami kirimkan dalam bentuk paket data, bukan uang tunai," lanjut Rima.

"Secara umum 90 persen atlet bisa mengikuti program daring ini. Termasuk meminta bantuan dari orang lain di sekitar rumahnya. Tidak hanya dari NPC, karena Kemenpora juga punya pelatihan terutama untuk manajemen keuangan di masa pandemi seperti ini," jelasnya.

Berita Terkait