Jakarta - Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, telah menggenggam tiket tampil di Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda tahun depan. Alih-alih terbebani, Praveen/Melati justru tertantang meneruskan tradisi bulutangkis menyumbangkan medali emas di kancah olimpiade.
Tiket ke Olimpiade Tokyo masuk ke genggaman Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti setelah perolehan poin mereka sudah memenuhi syarat untuk tampil di pesta olahraga empat tahunan tersebut.
Lolos ke Olimpiade, mengaku tidak terbebani dengan tradisi medali emas. Pasangan peringkat empat dunia itu justru tertantang untuk melanjutkan tradisi tersebut.
"Tak merasa beban. Saya selalu bilang kepada Meli, kami menuju ke sana bukan proses yang gampang. Kami menganggap proses ini sebagai tantangan," kata Praveen di Pelatnas Cipayung dalam jumpa pers virtual, Kamis (11/6/2020).
"Karena tradisi emas sudah didapatkan Owi / Butet di 2016, kami punya keinginan melanjutkan tradisi emas," tambahnya.
Jaga Fokus dan Motivasi
Olimpade Tokyo 2020 terpaksa diundur tahun depan karena pandemi corona COVID-19 yang melanda dunia. Situasi ini membuat persiapan semua atlet, termasuk Praveen Jordan / Melati Daeva Oktavianti terganggu.
Mereka harus menjalani karantina di Pelatnas Cipayung, Jakarta, dan tak bisa berlatih seperti biasanya. "Dengan kondisi begini, harus tetap jaga stamina, walau tak 100 persen, paling tidak kita tetap berlatih," kata Praveen.
"Jadi saat ini lebih menjaga daya tubuh, stamina, dan pukulan. Yang penting ada latihan, tidak nol aja," lanjut pemain yang akrab disapa Ucok itu.
Setelah Praveen / Melati menjuarai All England 2020, Maret lalu, BWF menghentikan semua turnamen bulutangkis. Padahal, prestasi di All England menjadi modal bagus bagi pasangan peringkat empat dunia itu untuk menghadapi Olimpiade Tokyo yang sedianya berlangsung Juli.
"Buat Olimpiade Tokyo, tetap fokus, jaga motivasinya, harus mengontrol keinginan, jangan berlebihan, tidak bagus malah nanti lose control. Tetap fokus dan jaga motivasi, itu yang paling penting," ucap Praveen.
Tradisi Medali Emas
Seperti diketahui, Indonesia meraih emas Olimpiade pertama lewat cabang bulu tangkis di Barcelona pada 1992. Saat itu, Susy Susanti meraih medali emas pertama lewat nomor tunggal putri.
Masih di Olimpiade yang sama, medali emas juga didapat tunggal putra Indonesia Alan Budikusuma. Tradisi emas kemudian dilanjutkan ganda putra Ricky Soebagdja / Rexy Mainaky di Olimpiade Atalanta 1996.
Empat tahun kemudian di Olimpiade Sydney, ganda putra meneruskan tradisi itu setelah ganda putra Tony Gunawan / Chandra Wijaya merebut medali emas. Tradisi medali emas dipertahankan Taufik Hidayat lewat nomor tunggal putra di Olimpiade Athena 2004.
Ganda putra Markis Kido / Hendra Setiawan meneruskan tradisi mendapat medali emas di Olimpiade Beijing 2008. Sayang, pada Olimpiade London 2012, Indonesia gagal meneruskan tradisi itu.
Baru di Olimpiade Rio 2016, Indonesia kembali meraih medali emas di cabang bulu tangkis. Ketika itu, medali emas diraih pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad.
Disadur dari: Liputan6.com (Penulis Jonatan Pandapotan Purba/Editor Edu Krisnadefa, published: 11/6/2020)