Bola.com, Malang - PSSI tengah menggodok regulasi yang mengharuskan setiap klub memaksimalkan peran pemain U-20 dalam lanjutan Shopee Liga 1 dan 2 pada September dan Oktober mendatang. Bentuk respons terhadap rencana ini bermacam-macam, bahkan dua pemain Arema FC punya cerita tak menyenangkan dengan adanya regulasi tersebut.
Bentuk regulasi pemain muda itu memang belum diputuskan. Apakah pemain U-20 wajib dimainkan di setiap laga atau mungkin dalam bentuk lain. Regulasi ini tujuannya untuk memberikan banyak pilihan bagi Timnas Indonesia U-20 yang akan berkiprah di Piala Dunia U-20 tahun depan, di mana Indonesia akan menjadi tuan rumah.
Jika membahas regulasi usia muda, sebenarnya ini bukan pertama kali diterapkan. Musim 2015, sudah ada aturan seperti ini. Tepatnya di ajang Piala Jenderal Sudirman. Waktu itu setiap klub wajib menurunkan 2 pemain U-21 sebagai starter.
Arema FC jadi tim yang paling disorot waktu itu. Tim berjulukan Singo Edan ini seakan mengakali regulasi tersebut.
Arema selalu menurunkan dua pemain muda, Junda Irawan dan Dio Permana kurang dari 15 menit. Keduanya sering digantikan oleh dua seniornya, Ahmad Alfarizi dan Hendro Siswanto.
Pelatih Arema waktu itu, Joko ‘Getuk’ Susilo, membuat keputusan itu karena target tinggi yang membebaninya.
“Kami ingin memenangkan setiap pertandingan. Jadi harus menurunkan komposisi tim terbaik,” kata pelatih yang kini menangani Persik Kediri.
Namun Arema FC akhirnya harus tersingkir di semifinal oleh Mitra Kukar. Selain gagal juara, imbas mengakali regulasi tersebut tidak disadari telah memberikan kekecewaan mendalam di hati dua pemain mudanya.
Regulasi itu sudah terlanjur memberikan harapan kepada dua pemain itu untuk bisa mengeluarkan potensi yang dimiliki. Mereka juga punya modal sebagai mantan pemain Timnas Indonesia di kelompok usia 19 tahun.
Tapi nyatanya, mereka dijadikan pelengkap untuk menggugurkan regulasi itu. Kini, dua pemain tersebut harus mengalami penurunan karier di usia emas. Dio tak membela klub profesional sejak tahun lalu. Sedangkan Junda berkutat di kasta kedua dengan membela Mitra Kukar.
Video
Dio Permana
Gelandang jebolan Persema Malang ini sempat jadi anggota Timnas Indonesia U-19 yang dibesut Indra Sjafri pada 2013. Dia jadi cadangan Evan Dimas Darmono.
Tapi, modal itu tidak cukup membuat Arema FC memberikan menit bermain yang banyak kepada Dio yang saat itu berusia 20 tahun. Maklum, Singo Edan punya deretan gelandang senior di posisinya, seperti Hendro Siswanto, Juan Revi, hingga Fery Aman Saragih.
“Saya tidak menyalahkan siapapun waktu itu. Saya paham kondisi di Arema seperti apa. Setiap pertandingan butuh hasil maksimal. Tapi rasa kecewa pasti ada. Karena belum panas sudah diganti,” kenangnya.
Saat ada regulasi pemain U-20 tahun ini akan diberlakukan, Dio mengaku senang. Mengingat cukup banyak pemain yang lahir dari regulasi.
“Satu di antaranya Febri Hariyadi. Dia pemain yang muncul ketika ada regulasi itu pada 2015 lalu. Semoga nanti ada pemain muda lagi yang muncul dengan regulasi itu. Tentunya pelatih juga berperan dalam melahirkan pemain muda ini,” sambungnya.
Pemain asal Kabupaten Malang ini memutuskan hengkang dari Arema pengujung musim 2017. Dio bergabung Persela Lamongan semusim berikutnya.
Junda Irawan
Pemain kidal ini alumni program SAD Uruguay. Dia juga pernah membela klub Australia, Brisbane Roar. Tapi, justru di Arema FC dia kalah bersaing dengan Ahmad Alfarizi yang sudah kenyang pengalaman kerasnya kompetisi di Indonesia.
Junda merasa beban lebih berat karena dia harus memperlihatkan pengalaman di luar negeri yang didapatkannya. Sayang, dia hanya jadi pelengkap regulasi pada 2015.
Namun, nasibnya sedikit lebih baik dari Dio. Pada musim 2016, pelatih Arema, Milomir Seslija, beberapa kali memberikan kesempatan, tapi bukan sebagai bek kiri, melainkan stoper.
Kariernya sempat menanjak ketika direkrut klub bertabur bintang Madura United pada musim 2018. Sayang, justru di tim itu Junda kembali jarang dapat kesempatan. Sehingga dia harus mencari kesempatan lebih banyak di Liga 2 bersama Mitra Kukar sejak musim 2019 lalu.
Tapi mimpinya untuk kembali ke Liga 1 masih belum pupus. Junda berharap suatu saat dia bisa kembali merasakan kompetisi level tertinggi sebagai pemain inti.
Baca Juga