Bola.com, Makassar - Aksi Ronald Fagundez dengan gocekan bola plus akurasi umpan yang luar biasa pernah mewarnai kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Penyerang sayap berpaspor Uruguay ini pertama kali berkiprah di Liga Indonesia saat direkrut oleh PSM Makassar jelang musim 2004. Walau berstatus debutan, Ronald langsung menjelma menjadi idola suporter Juku Eja.
Kesehatan Ronald Fagundez yang menggantikan peran Jorge Toledo membuat PSM Makassar tampil trengginas setelah pada musim sebelumnya menjadi runner-up liga. Pola 4-4-2 ala pelatih PSM saat itu, Miroslav Janu, kian menakutkan lawan.
Pergerakan Ronald di sisi kiri serta Irsyad Aras di kanan menjadikan mereka selayaknya pelayan bagi duet striker di depan, Marcelo Ramos dan Cristian Gonzales. Apalagi duet gelandang jangkar, Syamsul Chaeruddin dan Ponaryo Astaman kerap merangsek membantu serangan.
Sayang permainan indah PSM gagal membuahkan trofi juara. Sanksi larangan tampil sampai akhir musim yang diterima Cristian Gonzales pada pengujung putaran pertama menggoyang hegemoni Juku Eja. Skuat asuhan Janu kembali bertengger di peringkat dua karena selisih gol dengan sang juara, Persebaya Surabaya yang sama-sama mengoleksi 61 poin.
Musim berikutnya, permainan indah Ronald kembali jadi tumpuan PSM. Tapi, eks gelandang klub Uruaguay, Huracan Buceo ini hanya mampu membawa Juku Eja menembus 8 Besar. Mundurnya Persebaya Surabaya yang menolak tampil melawan Persija Jakarta membuat persaingan di Grup Barat yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno jadi hambar.
Meski belum mempersembahkan gelar buat PSM, Ronald jadi incaran berbagai klub di Indonesia. Persija termasuk klub yang paling serius ingin memakai jasanya untuk menghadapi musim 2006.
Agen yang menaungi Ronald pun sudah melakukan negosiasi dengan manajemen Macan Kemayoran. Selain Ronald, Persija memasukkan nama bek PSM, Abanda Herman, sebagai calon pemain rekrutan.
Manajemen PSM yang merasa tidak dilibatkan dalam proses ini keberatan. Mereka bersikeras menahan Ronald Fagundes dan Abanda Herman.
Setelah negosiasi yang alot, PSM setuju melepas Abanda. Tapi, tidak untuk Ronald. Sebaliknya, agen Ronald mengultimatum manajemen PSM dengan memberi waktu hanya sehari untuk membayar uang muka kontrak yang telah disekapati.
Manajemen PSM yang saat itu masih berharap kepada dana APBD sempat kelimpungan mendapatkan uang tunai yang jumlah mencapai ratusan juta. Pada momen inilah peran penting Syamsul Chaeruddin terlihat.
Syamsul yang baru saja didapuk menjadi kapten PSM menggantikan peran Ponaryo Astaman yang hengkang ke klub Malaysia, Melaka TMFC, rela dana pribadi sebagai pinjaman untuk menalangi pembayaran uang muka itu. Ronald pun akhirnya tetap PSM.
Kepada Bola.com, Syamsul Chaeruddin menjelaskan alasannya spontan meminjamkan uang pribadinya.
"PSM butuh peran Ronald karena materi pemain musim 2006 mengandalkan mayoritas pemain lokal yang masih berusia muda. Apalagi, saya yakin manajemen pasti mengembalikan uang saya," kata Syamsul.
Prediksi Syamsul benar. Dengan mayoritas pemain muda, PSM akhirnya tetap di jajaran elit dengan menembus delapan besar. Setelah musim berakhir, PSM akkhirnya merelakan Ronald Fagundez yang ingin bermain bersama sahabatnya, Cristian Gonzales, yang lebih dulu ke Persik Kediri.
Kabar gembira bagi Sahabat Bola.com yang berstatus penggila sepak bola dan gim FIFA 20. Saksikan keseruan acara BOLA Esports Challenge bersama Andritany Ardhiyasa dan Rezaldi Hehanusa, 25 - 26 Juni 2020. Caranya mudah, cukup KLIK TAUTAN INI ya.
Video
Bintang Tanpa Trofi juara
Bersama Persik Kediri yang baru saja meraih trofi juara Liga, Ronald Fagundez tetap tampil menghibur. Namun, peruntungannya Ronald memang bukan meraih trofi juara buat klub yang dibelanya. Pada 2009, ia hengkang ke Persisam Samarinda. Bersama klub asal Kalimantan Timur itu, Ronald tampil sebanyak 67 partai dengan koleksi 8 gol.
Selepas dari Persisam, Ronald melanjutkan petualanganya dengan memperkuat PSIS Semarang. Bersama klub terakhir, Ronald 'dipaksa' pensiun sebagai pemain menyusul sanksi lima tahun tak boleh beraktivitas di sepak bola akibat 'partai dagelan' antara PSS dan PSIS pada babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014.
Pada partai yang dimenangi PSS dengan skor 3-2 itu, semua gol yang terjadi lewat proses bunuh diri atau menjebol gawang sendiri dengan sengaja. Baik PSS maupun PSIS sama-sama memilih untuk kalah agar terhindar dari Borneo FC, yang di Grup P, menjadi runner-up di bawah Martapura FC.
"Saya ikut kena sanksi. Padahal, saya tidak tahu apa-apa dan tidak dimainkan dalam pertandingan itu," ujar Fagundez kepada Bola.com di rumahnya yang berada di kawasan kota tua Makassar berapa waktu lalu.
Sejak 2018, Fagundez dan sang istri, Nancy Kondengis, yang asli Makassar memilih menetap di Kota Daeng. Hari-hari pasangan ini diisi untuk mengasuh kedua buah hati mereka, Franco dan Alexandra.
Baca Juga