Bola.com, Jakarta - Ketika masih aktif sebagai pemain, Firman Utina pernah meraih trofi juara Liga Indonesia bersama Sriwijaya FC di musim 2011-2012 dan Persib Bandung pada 2014. Ia juga membawa Arema Malang juara Copa Indonesia 2005.
Di ajang terakhir inilah, Firman Utina mengaku menyimpan momen berkesan dalam perjalanan karier sepak bolanya. Pada channel Ricky Nelson Coaching, Firman menjelaskan alasannya mengapa dirinya memilih ajang Copa Indonesia yang secara gengsi setingkat dibawah Liga Indonesia sebagai momen terbaik.
Menurut Firman, trofi Copa Indonesia adalah pencapaian gelar pertamanya sebagai pemain profesional sekaligus membuktikan keputusannya menanggalkan status PNS membuahkan hasil.
"Yang paling utama, trofi itu jadi bukti Om Benny Dolo tak salah membawa saya dari Manado ke Tangerang dan kemudian ke Malang," ujar Firman.
Di ajang itu, selain membawa Arema juara, Firman terpilih sebagai pemain terbaik. Itu berkat hattrick-nya ke gawang Persija Jakarta pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan. Berkat tiga gol Firman, Arema mengalahkan Persija 4-3.
"Hattrick saya itu berkat strategi jitu Om Benny yang sudah mempelajari kelemahan Persija," tutur Firman Utina.
Video
Puji Kecermatan Benny Dolo
Firman menjabarkan taktik dan instruksi Benny Dolo sehari sebelum pertandingan. Mengusung pola 3-5-2, secara khusus Benny meminta Firman lebih banyak berkeliaran di daerah pertahanan Persija. Sedang dua gelandang lainnya, I Putu Gede dan Joao Carlos punya fungsi berbeda.
Putu Gede lebih fokus melapis pertahanan dan menjaga keseimbangan tim. Sedang Carlos sebagai pengatur serangan. Firman turut menambahkan, saat bertahan, formasi Arema menjadi 5-3-2.
"Om Benny bilang saya tak boleh lama menahan bola. Bermain satu sentuhan dengan Carlos atau duet striker saat itu, Franco Hitta dan Emaleu Serge."
"Inti dari strategi Om Benny adalah Arema selalu lebih unggul dalam jumlah pemain saat bertahan dan menyerang. Sebelum pertandingan, Om Benny mewanti-wanti para pemain, kalau ada yang tidak mematuhi intruksi maka akan dianggap indisipliner," ungkap Firman.
Meski dikenal disiplin dan tegas, Benny dimata Firman selalu melindungi dan mengayomi pemain. "Om Benny tidak pernah menyalahkan pemain. Nanti, saat evaluasi dan latihan tim, kami diminta tidak akan melakukan kesalahan itu lagi," kata Firman.
Selain faktor strategi, Benny tahu betul kondisi psikologis yang dialami Persija yang bermain di hadapan suporternya. "Om Benny bilang, mereka pasti bernafsu melakukan serangan. Kita biarkan mereka melakukannya dan balik menekan dengan cepat. Om Benny tahu lini belakang Persija yang mengandalkan Hamka Hamzah agak lemah mengantisipasi serangan balik," tutur Firman.
Peran Pemain Lainnya
Firman merujuk tiga gol yang dicetaknya semuanya berawal dari serangan balik yang cepat. Dua gol berkat umpan berkelas Carlos. Satu gol lainnya lewat umpan terukur Erol Iba.
Dari tiga gol itu, Firman paling menyukai gol keduanya. Ketika itu, setelah mendapat bola dari Erol, ia berlari melewati Hamka Hamzah yang sudah terlanjur naik. Saat mendekati kotak penalti, bek Persija, Ismed Sofyan berlari menghadang.
"Ismed mendekat, tapi saya pasang badan untuk menutup. Karena kalau tersentuh pasti penalti, Ismed pun tak berani mengambil tindakan itu. Saya pun leluasa memperdaya Mukti Ali Raja (kiper Persija," papar Firman.
Di lain pihak, Firman kembali memuji sang mentor yang dinilainya jeli melihat potensi pemain sesuai kebutuhan tim. Ia merujuk keputusan Benny memasukkan nama Alexander Pulalo yang dipecat Persib Bandung dan Warsidi yang terbuang dari Persija. Selain faktor Benny, Firman juga menunjuk peran penting I Putu Gede, sebagai pemain senior di Arema.
"Putu Gede adalah leader yang mengayomi pemain. Ia berani pasang badan saat suporter mengeritik pemain rekrutan Arema dengan mengatakan siap bertanggung jawab kalau tim ini gagal meraih prestasi," kata Firman.