Bola.com, Solo - Indriyanto Nugroho meroket di sepak bola nasional setelah mengenyam pengalaman lewat program PSSI Primavera 1995-1996. Pemain asal Kabupaten Sukoharjo ini menjadi pusat perhatian dengan pemberitaan ia ditransfer hanya dengan nilai Rp100.
Nunung, sapaan akrab Indriyanto Nugroho, direkrut Pelita Jaya dari Arseto Solo pada tahun 1996-1997. Saat itu, dua klub eks Galatama, Pelita Jaya dan Arseto Solo berebut untuk memakai jasanya sepulang dari Italia dalam program Primavera. Terjadi perseteruan antara Arseto dan Pelita Jaya.
Setelah menjalani latihan di Italia, Nunung memang sempat pulang ke Solo, untuk berlatih di Diklat Arseto yakni timnya terdahulu. Menuju kariernya ke jenjang profesional, manajemen Arseto tak kunjung memberikan kepastian kontrak untuknya.
Lantas dirinya menerima tawaran Pelita Jaya yang serius meminangnya. Di sisi lain, Arseto mengklaim jadi klub asal Nunung. Alasannya, Nunung pernah terdaftar sebagai pemain Diklat Arseto.
Alhasil sempat terjadi polemik di media massa dan berujung perdamaian di Sekretariat PSSI Senayan pada 29 Maret 1996. Pada pertemuan yang sempat berjalan panas itu, manajemen Arseto dan Pelita Jaya akhirnya menemui kesepakatan.
Arseto mau melepas Nunung dengan nilai transfer yang tak masuk akal yakni Rp100. Ini merupakan rekor transfer termurah dalam sejarah sepak bola modern sampai saat ini. Kabar tersebut pun membuat dirinya dicap sebagai mister Mr. Cepek, karena direkrut dengan nilai 100 rupiah pada masa itu.
Saat ditemui Bola.com di rumah lahirnya Pasoepati, Solo, Jumat (26/6/2020), Nunung bercerita panjang lebar mengenai masa-masa sulitnya saat itu. Predikat Mr, cepek sempat membuatnya tertekan, padahal baru merintis sebagai pesepakbola profesional.
"Selama dua tahun itu saya seperti kaget, tertekan. Bagaimana tidak, sebutan pemain cepek selalu ditujukan ke saya," terangnya.
"Saya masih ingat setiap pertandingan di luar, seperti main di Medan, Bandung, atau Padang, banyak penonton yang melempari saya uang koin seratus perak," tutur pemain asal Bekonang, Kabupaten Sukoharjo ini.
Video
Alasan Gabung Pelita Jaya
Indriyanto Nugroho membeberkan cerita proses menerima pinangan dari Pelita Jaya. Sebagai pemain Diklat Arseto, sepulangnya dari Italia, Nunung kembali ke Solo untuk tetap berlatih.
Akan tetapi, tidak ada kepastian dari manajemen Arseto mengenai statusnya untuk ke jenjang profesional. Sebelumnya juga tidak ada ikatan kontrak hitam di atas putih dengan manajemen Arseto, sehingga membuatnya berpaling ke Pelita Jaya.
"Saya juga menunggu langkah manajemen Arseto waktu itu mau bagaimana. Sebagai pemain kan wajar menunggu kepastian. Jujur saja saya tidak ada ikatan apapun dengan Arseto waktu itu, termasuk perjanjian apapun," terangnya.
"Pelita datang datang menawari saya dan terjadi kesepakatan. Kemudian muncul pemberitaan soal mister cepek yang sejujurnya saya tidak tahu apa-apa," lanjut pemain Timnas Piala Asia 1996.
Dukungan dari Rekan
Perlu waktu dua tahun baginya untuk bisa melepaskan tekanan tersebut. Ia mengaku bersyukur dapat berjuang melawan predikat Mr. Cepek, berkat orang-orang di sekitarnya.
Terutama rekan-rekannya di tim Pelita Jaya waktu itu. Perlahan pamor Indriyanto semakin bersinar, dengan membuktikan diri sebagai pemain potensial. Pelita Jaya yang kemudian hijrah ke Solo.
Kariernya semakin melejit dengan menjadi bintang di PSIS Semarang, sampai keberhasilannya membawa Persepam Madura menembus kasta ISL tahun 2012.
Nunung juga mulai menikmati kiprahnya sebagai pelatih usia muda. Diawali dengan menjadi pelatih SSB Kabomania Bogor, bersama adiknya Haryanto Prasetyo. Bahkan kini Nunung ditunjuk menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia U-16, mendampingi Bima Sakti.
"Saya buktikan di lapangan saja, bikin gol, dan akhirnya mereka juga hormat. Saya tidak perlu membalas dengan aksi yang berlebihan. Lama-lama saya bisa keluar dari tekanan itu. Memang masih terngiang-ngiang saja," katanya.
"Banyak pemain senior di tim yang selalu memberikan saya motivasi. Bahwa harus tetap fokus pada karier ke depan demi prestasi. Lama-lama bakal hilang sendiri, dan terbukti benar. Ansyari Lubis, Bonggo Pribadi, dan pemain lain, mereka semua memberikan support untuk saya," jelas Indriyanto Nugroho menutup pembicaraan.