Bola.com, Makassar - Sosok Yunan Helmi lebih familiar sebagai pelatih dibandingkan kariernya sebagai pemain sepak bola. Padahal Yunan adalah bagian dari Barito Putera ketika menembus semifinal Liga Indonesia 1994-1995. Musim itu, Barito Putera jadi sorotan karena hanya mengandalkan pemain lokal dengan mayoritas masih berusia muda.
Pada channel youtube Barito Putera, Yunan Helmi menceritakan momen manisnya itu. Menurut Yunan, suasana kekeluargaan yang kental, dukungan manajemen, dan antusiasme suporter jadi modal Barito Putera yang ditangani Daniel Roekito.
"Hal ini membuat semua pemain jadi nyaman dan termotivasi untuk menunjukkan kemampuan terbaik. Apalagi saat bermain kandang. Itulah mengapa, Stadion 17 Mei Banjarmasin kala itu dikenal sebagai tempat yang angker buat tim tamu," kenang Yunan yang pernah memperkuat Timnas Indonesia U-16 dan U-19 ini.
Barito Putera pun akhirnya lolos ke 8 Besar mewakili Wilayah Timur bersama Petrokimia Putera, PKT Bontang, dan Assyabaab SGS. Padahal di wilayah ini ada sejumlah tim besar seperti PSM Makassar, Persipura Jayapura, Arema Malang, dan Persebaya Surabaya.
Pada 8 Besar, Barito Putera yang tergabung di Grup A bersama PKT, Bandung Raya, dan Pelita Jaya tak terkalahkan dalam 3 partai. Skuat Daniel Roekito pun melenggang ke semifinal bersama PKT. Sayang, langkah mereka dihentikan oleh Persib Bandung di empat besar. Barito kalah 0-1 lewat gol tunggal penyerang Persib, Kekey Zakaria.
Seperti diketahui, Persib akhirnya meraih trofi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putera 1-0 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 30 Juli 1995. Gol kemenangan Persib saat itu dicetak oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Musim 1994-1995 adalah pencapaian terbaik Barito Putera di Liga Indonesia. Setelah itu, penampilan mereka terbilang datar. Malah pada 2003 mereka turun ke Divisi Satu, atau yang kini disebut Liga 2, dan musim berikutnya turun lagi ke Divisi II. Pada momen ini, Yunan yang sudah gantung sepatu dan mencoba berkarier sebagai pelatih setelah diajak oleh Salahuddin yang diberi mandat sebagai pelatih kepala Barito.
"Saya menjadi asisten Salahuddin. Alhamdulilah setiap musim, Barito Putera selalu promosi dan akhirnya kembali ke kasta tertinggi kompetisi Indonesia pada 2013," kenang Yunan.
Sepanjang kariernya sebagai pelatih, Yunan memang lebih banyak berperan sebagai asisten pelatih. Ia pernah menjadi carateker pelatih kepala saat Jacksen Tiago mundur dan kemudian digantikan oleh Djajang Nurdjaman pada Liga 1 2019.
"Sebagai asisten, saya masih banyak belajar dari para pelatih kepala di Barito Putera. Terutama, totalitas mereka di dunia sepak bola," tutur Yunan Helmi yang kini sudah mengantongi sertifikat pelatih AFC Pro ini.
Video
Isolasi Satu Bulan untuk Sembuh dari COVID-19
Pada kesempatan itu, Yunan Helmi juga mengungkap pengalamannya saat divonis positif Covid-19. Hal itu berawal dari saat mendampingi tim bertandang ke Madura United pada 29 Februari silam.
"Sepulang dari Madura, saya sudah merasa kondisi tubuh agak bermasalah. Kondisi itu semakin terasa setelah Barito Putera menjamu Bali United (6/3/2020)," papar Yunan.
Awalnya demam tinggi yang menjangkiti Yunan diagnosa demam berdarah. Setelah menjalani perawatan, Yunan diperbolehkan pulang ke rumah.
"Tapi, saat menjalani pemulihan di rumah, saya merasakan kesulitan bernafas dan batuk. Saat saya merasa terpapar COVID-19 karena gejalanya sesuai dengan apa yang saya pelajari," kata Yunan.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, Yunan pun dirujuk ke Rumah Sakit Ulin Banjarmasin pada 14 Maret. Sehari kemudian, ia menjalani tes dan hasilnya baru diketahui pada 21 Maret.
"Saat itu hasil tesnya dibawa ke Jakarta. Apalagi, saya adalah pasien pertama di Banjarmasin yang terindikasi COVID-19," kisah Yunan.
Yunan menambahkan, secara mental, ia sudah siap menerima apa pun hasil tes.
"Saya berpikir positif saja. Ini mungkin adalah teguran dari Allah SWT. Jadi ketika diberitahu hasilnya, saya ikhlas. Dukungan dari keluarga dan manajemen Barito Putera membuat saya lebih kuat," ungkap Yunan.
Yunan pun menjalani isolasi selama sebulan di RS Ulin. Pada tiga hari pertama, ia mengalami kesulitan luar biasa saat bernafas dan harus dibantu tabung oksigen.
"Untuk terapi pernapasan, saya awalnya hanya bisa bertahan paling lama 10 detik saat menahan nafas. Setelah itu, secara bertahap naik jadi 20 detik, 30 detik, dan terakhir bisa satu menit,"
Selain obat dari dokter, Yunan juga mengasup ramuan tradisional yang disiapkan keluarga, di antaranya minyak daun sirih dan jahe.
"Saya juga membuat jadwal kegiatan harian yang harus saya dilakukan secara ketat dan disiplin. Alhamdulilah pada hari ke-12, infusnya sudah dicabut," pungkas Yunan.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan